Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat
  • Beranda
  • Berita Utama DPkM
  • RCE
Arsip:

RCE

RCE Yogyakarta Ajak Siswa SMA Negeri 6 Yogyakarta Wujudkan SDGs Melalui Prestasi dan Kolaborasi

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatRCESDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 15: Ekosistem DaratanSDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuanSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education)SDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan EkonomiSDGs 9 : Industri, Inovasi dan Infrastruktur Tuesday, 7 October 2025

Yogyakarta, 3 Oktober 2025 — Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPkM UGM) yang merupakan koordinator RCE Yogyakarta kembali menyelenggarakan kegiatan RCE Yogyakarta Goes to School dengan tema “Wujudkan Prestasi Akademik dan Non-Akademik Melalui Kolaborasi untuk Mencapai Target SDGs” di SMA Negeri 6 Yogyakarta, Jumat (3/10). Acara yang berlangsung di Ruang AVA tersebut dihadiri oleh puluhan siswa yang antusias mengikuti sesi inspiratif bersama para pemateri.

Acara dibuka oleh MC sekaligus fasilitator, Farah Raihanah, yang mengajak peserta untuk mengenal tujuan kegiatan serta pentingnya peran generasi muda dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Program ini dirancang untuk mendidik dan menginspirasi siswa agar mengambil tindakan yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam bidang pendidikan berkualitas (SDGs 4) dan kemitraan untuk mencapai tujuan (SDGs 17).

 

Pada sesi pertama, Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D., selaku Koordinator RCE Youth Yogyakarta dan dosen DTAP UGM, menjelaskan bahwa berbagai kegiatan siswa di sekolah sesungguhnya dapat berkontribusi terhadap SDGs. Ia mencontohkan bahwa upaya menjaga lingkungan sekolah, berinovasi dalam kegiatan sosial, hingga meningkatkan semangat belajar merupakan bentuk nyata keterlibatan dalam pembangunan berkelanjutan. Menurutnya, pembangunan yang baik harus memperhatikan kesejahteraan manusia sekaligus kelestarian lingkungan. “Generasi muda seperti kalian, dengan kreativitas dan ide-ide baru, bisa berperan besar dalam menciptakan kesejahteraan bersama,” ungkapnya. Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya peran anak muda dalam menjaga keseimbangan antara kemajuan dan keberlanjutan, sejalan dengan SDGs 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan SDGs 15 (Ekosistem Daratan).

Melanjutkan semangat kolaboratif tersebut, Farah Raihanah yang kebetulan adalah Koordinator Go English Social Community sekaligus penulis Kedaulatan Rakyat mengajak siswa untuk memahami pentingnya kerja tim dalam mencapai tujuan bersama. Ia menekankan bahwa perubahan tidak mungkin dilakukan seorang diri, melainkan harus melalui kolaborasi yang solid dan berlandaskan visi yang sama. Farah juga mendorong siswa untuk membuat target kecil yang dapat dijalankan secara konsisten agar perubahan besar dapat terwujud. Pesannya sejalan dengan semangat SDGs 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) yang menitikberatkan pada pengembangan kapasitas manusia melalui kerja sama dan inovasi berkelanjutan.

 

Sesi berikutnya dilanjutkan oleh M. Farrel Adinata, mahasiswa Manajemen FEB UGM sekaligus Juara 3 EDP Business Competition 2024. Ia membagikan kisah perjuangannya dalam mengikuti berbagai kompetisi bisnis. Farrel menuturkan bahwa prestasi tidak hanya soal kemenangan, melainkan tentang proses belajar dan keberanian untuk mencoba. Ia berbagi langkah-langkah praktis dalam mengembangkan ide bisnis melalui analisis SWOT, business model canvas, hingga perencanaan keuangan sederhana. Baginya, pengalaman berkompetisi membuka peluang untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, komunikasi, dan jejaring. “Jangan tunggu siap baru mulai, tapi mulai dulu lalu siapkan diri di sepanjang prosesnya,” ujarnya. Semangat ini merefleksikan nilai-nilai SDGs 4 (Pendidikan Berkualitas) dan SDGs 9 (Inovasi dan Infrastruktur) yang mendorong pembelajaran sepanjang hayat dan kreativitas generasi muda.

 

Suasana semakin hidup saat sesi diskusi dan tanya jawab berlangsung. Para siswa aktif mengajukan pertanyaan seputar jalur masuk perguruan tinggi, beasiswa luar negeri, hingga tips mengembangkan diri di bidang akademik maupun non-akademik. Salah satu siswa, Azizi Wibowo (kelas 10 E7), berbagi pandangannya tentang pentingnya menjaga lingkungan dari alih fungsi lahan hijau—isu yang relevan dengan SDGs 11 (Kota dan Permukiman Berkelanjutan). Ia menilai kegiatan ini membuka wawasan dan menumbuhkan kesadaran baru di kalangan siswa tentang peran mereka dalam mencapai SDGs. “Materi hari ini bermanfaat dan menarik, membuat kami lebih semangat menentukan langkah untuk masa depan,” ujarnya.

Kegiatan yang ditutup dengan sesi foto bersama ini menjadi refleksi nyata kolaborasi antara UGM, komunitas, dan sekolah dalam mendorong keterlibatan generasi muda sebagai agen perubahan. Melalui program ini, DPkM UGM dan RCE Yogyakarta berharap dapat menanamkan nilai keberlanjutan, kepemimpinan, dan kepedulian sosial di kalangan pelajar sehingga mereka mampu tumbuh sebagai generasi yang berprestasi dan berkontribusi bagi dunia yang lebih baik.

 

 

Belajar Kepemimpinan Melalui Coaching: Leading With Impact Bersama RCE Youth Yogyakarta

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatRCESDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 15: Ekosistem DaratanSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Monday, 22 September 2025

Yogyakarta, 20 September 2025 – Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPkM UGM) bersama RCE Yogyakarta menyelenggarakan Coaching RCE Yogyakarta bertajuk Leading with Impact – Belajar dari Kepemimpinan Akar Rumput pada Sabtu (20/9) di Ruang Sidang 1, DPkM UGM. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Totok Pratopo (Ketua Pemerti Kali Code) dan Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D (Koordinator RCE Yogyakarta), serta dipandu oleh Farah Raihanah selaku MC dan moderator. Kegiatan ini dirancang untuk menginspirasi masyarakat, terutama generasi muda agar melakukan tindakan nyata yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

 

 

Acara dibuka dengan sambutan oleh Direktur DPkM UGM, Dr. dr. Rustamaji, M.Kes. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya perjuangan bersama dalam menghadapi tantangan lingkungan, khususnya masalah sampah. “Pemikiran original diperlukan untuk membedah fenomena yang ada dengan teori baru. Hal-hal kecil yang dilakukan perlu digaungkan keluar agar memberikan dampak positif yang lebih luas,” ungkapnya. Selain itu, beliau juga menyoroti pentingnya partisipasi generasi muda dalam menulis, bersuara, dan menciptakan gagasan baru terkait isu lingkungan. Pernyataan ini sejalan dengan poin SDGs nomor 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan poin SDGs nomor 15 (Ekosistem Daratan) yang mendorong aksi nyata untuk mengurangi degradasi lingkungan.

 

 

Materi pertama disampaikan oleh Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D yang menekankan peran pemuda dalam membangun semangat kerelawanan dan meningkatkan literasi lingkungan. Ia menjelaskan bahwa volunteerism atau kerelawanan merupakan bentuk partisipasi tanpa paksaan, yang memberikan manfaat tidak hanya bagi masyarakat dan lingkungan, tetapi juga bagi pengembangan diri. “Pemuda adalah agent of change. Dengan kerelawanan, mereka akan terhubung dengan komunitas, peduli terhadap lingkungannya, sekaligus memperoleh pengalaman, jaringan, dan keterampilan hidup,” jelasnya.

 

 

Sesi berikutnya menghadirkan Totok Pratopo yang membagikan pengalaman kepemimpinannya melalui gerakan Pemerti Kali Code yang telah berdiri sejak 2008. Beliau menekankan pentingnya menghadirkan tokoh lokal sebagai motivator dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap sungai yang sering kali dipandang negatif. “Mengelola sungai membutuhkan aksi nyata, dimulai dari kesadaran, kepedulian, hingga tumbuhnya cinta. Sungai bukan hanya sumber daya, tetapi juga warisan nasional yang perlu dijaga,” ujarnya. Hal ini sejalan dengan poin SDGs nomor 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) dan poin SDGs nomor 11 (Kota dan Pemukiman Berkelanjutan), yaitu pengelolaan sungai yang baik akan berkontribusi pada keberlanjutan sumber air dan kualitas hidup masyarakat sekitar. Ia juga mendorong generasi muda RCE Yogyakarta untuk melakukan ekspedisi sungai dan menuliskannya menjadi karya yang menginspirasi masyarakat luas.

Tidak hanya itu, setelah kegiatan penyampaian materi berlangsung, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan penyampaian pengalaman dari para peserta. Peserta antusias menyampaikan pengalamannya dalam hal kepemimpinan dan organisasi, serta aktif mengemukakan pertanyaan kepada kedua narasumber. Sesi diskusi berlangsung lancar dan aktif dengan dipandu oleh Zuliyati Rohmah, S.Si., M.Si., Ph.D. Diskusi tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar komunitas, pemerintah, dan masyarakat dalam mengelola isu lingkungan, termasuk pengelolaan sampah dan pemeliharaan sungai. Masyarakat perlu diberikan edukasi yang berkesinambungan untuk mengubah mindset dan kebiasaan yang sudah mengakar. Selain itu, menjaga semangat kerelawanan melalui bukti nyata dan mengajak orang yang sefrekuensi adalah kunci untuk memperkuat gerakan-gerakan berbasis kerelawanan dan lingkungan.

 

 

Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat kepemimpinan, kerelawanan, serta kepedulian lingkungan dapat terus digelorakan. Kolaborasi antara akademisi, komunitas, dan generasi muda diyakini mampu memperkuat gerakan bersama menuju pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan berbagai target SDGs yang menjadi agenda global.

DPkM UGM Gelar Workshop dan Expo RCE Yogyakarta: Kolaborasi untuk Pendidikan dan Pengelolaan Sampah

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatPengumuman DPkMPengumuman RCEPengumuman RCERCErce aktivitasSDGs 12 : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung JawabSDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuanSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education) Friday, 20 December 2024

Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPkM UGM) melalui Regional Center of Expertise (RCE) Yogyakarta kembali menggelar sebuah acara sebagai kontribusi mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs). Workshop dan Expo RCE Yogyakarta 2024 telah sukses digelar pada Rabu, 11 Desember 2024, di Gelanggang Inovasi dan Kreativitas, Universitas Gadjah Mada. Tahun ini, kegiatan berfokus pada dua isu penting: solusi permasalahan sampah dan pendidikan inklusif berkualitas.

Salah satu momen penting dalam rangkaian acara ini yaitu penandatanganan perjanjian kerja sama antara DPkM UGM dengan Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Dikpora) DIY. Perjanjian kerja sama ditandatangani secara langsung oleh Direktur Pengabdian kepada Masyarakat, Dr. dr. Rustamaji.,M.Kes, dan Drs. Raden Suci Rohmadi, M.I.P perwakilan dari Dikpora DIY. Kerja sama ini bertujuan untuk mendukung pelaksanaan program pengabdian masyarakat melalui kegiatan implementasi Education for Sustainable Development (ESD) yang berfokus pada mendukung SDGs di sekolah-sekolah selama periode 2024-2025. Penandatanganan ini menjadi langkah strategis dalam mengintegrasikan pendidikan berkelanjutan ke dalam program pembelajaran di DIY.

Terdapat empat inti dalam rangkaian kegiatan ini, yaitu diskusi panel, presentasi program kerja RCE Yogyakarta 2024, forum group discussion (FGD), dan expo komunitas. Diskusi panel pertama menghadirkan tiga narasumber, yaitu Dr. Gunawan Zakki (UNESCO Jakarta), Muhammad Karim Amrulloh, S.H., M.H. (Koordinator Difapedia), dan S.R. Widyastuti, S.Psi. (Sekolah Tumbuh). Diskusi ini menyoroti pentingnya pendidikan inklusif bagi peserta didik difabel. Dr. Gunawan Zakki menegaskan pentingnya sinkronisasi data difabel untuk mendukung kebijakan pemerintah. Sementara itu, Mas Karim berbagi praktik terbaik dari komunitas dan institusi mereka dalam memfasilitasi pendidikan inklusif. “Setiap orang memiliki kebutuhan khusus dalam belajar sehingga setiap guru, setiap orang tua, siapapun harus peduli dan mengusahakan pendidikan yang terbaik untuk setiap keberagaman peserta didik,” ungkapnya.

Diskusi panel kedua membahas permasalahan sampah, khususnya di DIY. Empat narasumber, yakni Ni Nyoman Nepi Marleni, S.T., M.Sc., Ph.D. (akademisi), Aris P., S.Si., M.Sc. (pemangku kebijakan), Sidik Firmansyah (Ketua TPST Mekarsari), dan Totok Pratopo (Ketua Pemerti Kali Code), menyampaikan perspektif mereka. Mereka menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menangani isu ini secara efektif.

Kegiatan diakhiri dengan presentasi capaian program kerja RCE Yogyakarta dan forum group discussion (FGD) untuk menemukan ide-ide baru dari pegiat komunitas, guru, mahasiswa, dan individu lainnya dalam mewujudkan pendidikan inklusif yang berkualitas dan menyelesaikan permasalahan sampah di Yogyakarta. Peserta kegiatan ini berharap supaya diskusi dan kolaborasi tidak selesai di workshop ini, namun bisa berkelanjutan. Kegiatan ini menjadi langkah awal dari kolaborasi yang berkelanjutan. Setelah mengikuti rangkaian workshop, perserta dapat mengunjungi expo komunitas seperti Komunitas Sayur Sleman, Desamind, dan Sekolah Marjinal menambah semarak acara, menampilkan inisiatif lokal yang inspiratif.

 

Sumber: Tim RCE Yogyakarta, Editor: Dn Halimah, Foto: RCE Yogyakarta

 

 

RCE Yogyakarta Receives Three Prestigious Awards for Sustainable Development Initiatives

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatPengumuman RCEPengumuman RCERCErce activityrce aktivitasrce_bestpractRCEen newsSDGs 10 : Mengurangi KesenjanganSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 12 : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung JawabSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Wednesday, 18 December 2024

Yogyakarta, Indonesia – The Regional Centre of Expertise (RCE) Yogyakarta has garnered significant recognition for its outstanding contributions to sustainable development, receiving three awards at the RCE Awards 2024. The awards, which highlight the transformative efforts of RCEs worldwide in advancing sustainability and achieving the United Nations Sustainable Development Goals (SDGs), were conferred on December 1, 2024, by Jonghwi Park, the Head of the Innovation and Education Programme at the United Nations University – Institute for Advanced Study of Sustainability. These awards underscore the critical role of RCE Yogyakarta and its strategic partnership with Universitas Gadjah Mada in addressing local and global sustainability challenges.

Outstanding Flagship Project: Youth-Led Category

The first award was received by RCE Yogyakarta for Outstanding Flagship Project in the Youth-Led category for its innovative initiative, The Application of an Integrated Farming System as a Medium for Emotional and Behavioral Therapy and Entrepreneurship for Special Needs Children. This project, proposed by Prof. Dr. drh. Sarmin, M.P., a faculty member of Universitas Gadjah Mada’s Department of Physiology, addresses the needs of children with special needs through integrated farming and therapeutic methods.

Implemented at the Indonesian Special Children Ainul Yakin Foundation in Sumber Wungu, Tepus, Gunung Kidul, the program engages children with special needs—ranging from autism and ADHD to Down syndrome—in farming activities that provide both emotional and behavioral therapy, alongside valuable entrepreneurship skills. The initiative utilizes 14 hectares of land owned by the Ainul Yakin Islamic Boarding School, which also serves as an inclusive education hub for children with special needs. Through collaboration with the local community and the government, the program establishes a circular economy that integrates livestock farming and provides a platform for enhancing life skills, cognitive development, and social interaction.

The program aligns with multiple SDGs, including SDG 4 (Quality Education), SDG 8 (Decent Work and Economic Growth), and SDG 10 (Reduced Inequality), as it empowers children to overcome disabilities, improve their quality of life and integrate into the broader society through education and employment opportunities.

Honorable Mention for the Kampus Mengajar Project

RCE Yogyakarta also received an Honorable Mention Project for its involvement in the Kampus Mengajar initiative, which has become a cornerstone in improving educational outcomes across Indonesia. Proposed by Dr. Gugup Kismono, M.B.A., Ph.D., and Asri Aldila Putri, S.Sos., M.Si., Kampus Mengajar places university students in underserved primary and secondary schools nationwide to serve as teaching assistants. The goal of this program is twofold: to enhance the 21st-century skills of university students, such as leadership, critical thinking, and problem-solving, and to improve literacy and numeracy in targeted schools.

 

This initiative has contributed to educational equity and boosted student motivation to pursue higher education, creating a ripple effect that raises the socio-economic status of entire communities. Through its innovative approach, Kampus Mengajar contributes to SDG 4 (Quality Education) and SDG 10 (Reduced Inequality) by fostering educational and socio-economic development, especially in rural and remote areas.

Acknowledged Flagship Project: Enhancing Smart Field Learning Centre

The third award recognized RCE Yogyakarta’s role in Integrating Digital Technological Innovations and Local Excellence: Enhancing Smart Field Learning Centre to Drive Pro-Climate Agricultural-Educational (Agro-Edu) Tourism. Proposed by Prieskarinda Lestari from Universitas Gadjah Mada’s Department of Agricultural and Biosystems Engineering, this initiative aims to create a sustainable and circular green economy in Sambak Village, Central Java, through a zero-waste, agro-tourism model.

The project integrates cutting-edge digital technologies with local agricultural expertise to establish a Smart Field Learning Centre that serves as a hub for climate-conscious education and eco-tourism. The project promotes sustainable agricultural practices, such as coffee agroforestry, and enhances environmental sustainability through biodigesters and waste-to-energy technologies. This initiative has received national acclaim, with Sambak Village earning awards for its climate action and self-sufficiency in energy.

The project is directly aligned with SDG 13 (Climate Action), SDG 4 (Quality Education), and SDG 12 (Responsible Consumption and Production). It empowers local communities, raises climate awareness, and improves productivity through sustainable agricultural practices, all while contributing to the broader goal of promoting responsible consumption and fostering environmental stewardship.

About RCE Yogyakarta and Its Support for SDGs through Education

RCE Yogyakarta is one of 174 RCEs worldwide and is recognized as a member of the Global RCE network coordinated by the United Nations University Institute of Advanced Studies (UNU-IAS) in Japan. It is a network of individuals, organizations, and institutions involved in education—whether formal, informal, or non-formal—working to deliver Education for Sustainable Development (ESD) to local and regional communities, particularly in Yogyakarta and its surrounding areas.

RCE Yogyakarta, which is based in Universitas Gadjah Mada, plays a central role in addressing critical sustainability challenges at the local and global levels. Through a range of community-driven initiatives, RCE Yogyakarta has made significant strides in advancing the Sustainable Development Goals (SDGs), particularly those related to education, economic growth, environmental sustainability, and social inclusion.

RCE Yogyakarta has shown how education, research, and technological advancements can be seamlessly integrated to build a more sustainable future by promoting innovative solutions and actively involving local communities. These awards underscore the vital role of partnerships between academic institutions, local governments, and communities in achieving the SDGs. The recognition of these projects further reinforces RCE Yogyakarta and Universitas Gadjah Mada’s unwavering commitment to fostering sustainability in all its dimensions.

Looking ahead, RCE Yogyakarta remains a source of inspiration, leading initiatives that contribute to creating more inclusive, sustainable, and resilient societies. Their work exemplifies how local efforts can make a meaningful global impact on sustainable development.

Tags: #SDG 4 #SDG8 #SDG10 #SDG11 #SDG12 #SDG13

writer: bil

Building Resilient Communities Through Education: Insights from the 12th ESD Forum 2024 Hosted by Universitas Gadjah Mada

Berita Utama DPkMPengumuman RCERCErce activityRCEen newsSDGs 10 : Mengurangi KesenjanganSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuanSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education) Friday, 6 December 2024

Yogyakarta, Indonesia – The 12th Education for Sustainable Development (ESD) Forum 2024, hosted by Universitas Gadjah Mada (UGM), took place on December 5-6, 2024 at Hotel MM UGM, Yogyakarta. The forum brought together education experts, students, and practitioners from around the world to explore how Education for Sustainable Development (ESD) can drive solutions for global sustainability challenges.

 

This year’s theme, “Building Resilient Communities through Education for Sustainable Development: Advancing the SDGs for a Better and Sustainable Planet,” emphasized the crucial role of education in building resilient communities and advancing the United Nations Sustainable Development Goals (SDGs). The forum highlighted SDGs such as Quality Education (Goal 4), Reduced Inequalities (Goal 10), Sustainable Cities (Goal 11), Climate Action (Goal 13), and Partnerships for the Goals (Goal 17).

 

 

The forum was inaugurated with a keynote address from Prof. Dr. M. Baiquni, M.A., who shared UGM’s efforts in promoting community resilience through collaborative learning and local solutions. He emphasized that universities should not only provide education but also actively engage with communities to address local sustainability challenges.

The opening ceremony, held on December 6, featured Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., Vice Rector of Students Affairs, Community Service, and Alumnae of UGM, and Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed.,Sp.OG(K)., Ph.D., the UGM Rector, both of whom welcomed participants and reaffirmed UGM’s commitment to advancing Education for Sustainable Development.

 

The forum was attended by members from partner universities, including Shizuoka University (Japan), Srinakharinwirot University (Thailand), Burapha University (Thailand), Mariano Marcos State University (Philippines), and Universitas Pendidikan Indonesia. The hybrid format of the forum allowed both in-person and online participation, enabling a wide range of voices to contribute to the discussions on advancing the SDGs.

Dr. dr. Rustamaji, M.Kes., Director of Community Service at UGM, spoke about the importance of education in fostering real-world impact. He said, “At UGM, we believe in the power of education to transform communities. Through programs like KKN-PPM, we connect students with local communities, empowering them to implement sustainable solutions. This forum serves as an essential platform for sharing ideas and building partnerships that contribute to achieving the SDGs.”

Throughout the forum, participants engaged in a series of parallel sessions, where experts discussed the practical implementation of ESD and shared innovative strategies for integrating sustainability into educational systems, community development, and environmental management. The sessions fostered rich discussions on topics such as the role of digital tools in ESD, the integration of traditional knowledge with modern sustainability practices, and the building of effective partnerships for community resilience.

Prof. Ir. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM, the UGM Manager for the 12th ESD Forum, highlighted the importance of international collaboration in advancing sustainable development through education. He stated, “The ESD Forum is a testament to the power of global collaboration. Bringing together diverse perspectives allows us to tackle the complex issues of sustainability from various angles. Through this forum, we hope to create a lasting impact, not only within academia but also in local communities, where true change begins.”

 

In addition to the seminar sessions, the forum featured a field trip to Gunungkidul, a district in Yogyakarta known for its sustainable development initiatives. Participants visited local projects supported by UGM students through the KKN-PPM (UGM Student Community Service) program in Patuk. This program allows students to work directly with communities on sustainable solutions in education, agriculture, and environmental management.

The trip also included a visit to the Gunkid Chocolate House, operated by the Sarimulyo Farmer Group, showcasing how local farmers are integrating sustainable agricultural practices. The field trip highlighted the importance of community-driven projects and the role of education in fostering these initiatives.

The 12th ESD Forum 2024 underscored the importance of collaboration among educational institutions, local communities, governments, and organizations to address global sustainability challenges. As the event concluded, participants left with a renewed commitment to advancing Education for Sustainable Development in their own countries and institutions, with a shared vision of building a sustainable, equitable future.

This year’s forum has also actively contributed to advancing SDG Goal 4: Quality Education, by discussing innovative educational approaches that foster sustainability; SDG Goal 11: Sustainable Cities and Communities, by highlighting community-driven initiatives and local solutions; and SDG Goal 17: Partnerships for the Goals, by bringing together global participants to collaborate on achieving the SDGs. The forum reinforced the essential role of education in realizing a more sustainable, inclusive, and resilient future for all.

The forum will continue to serve as a vital platform for exchanging ideas, forging partnerships, and taking concrete steps toward achieving the SDGs. Looking ahead, the ESD Forum promises to remain a central space for global dialogue on sustainable development through education.

writer: bil

 

International Conference of Community Engagement and Exhibition

Berita Utama DPkMDERUKKNRCETTGUMKM Tuesday, 26 November 2024

International Conference of Community Engagement and Exhibition

 

Gelanggang Inovasi dan Kreativitas UGM , 9-12 Desember 2024

 

ACARA :

Merti Kampus

Pesta Rakyat dan Pagelaran Wayang Kulit

Pameran

TalkShow Temu Bisnis 1000 UMKM

Seminar

Klasikal

Lomba Fashion Show Baju Adat Kamis Pon

 

 

 

 

Poster International Conference

 

Formulir Pendaftaran Konferensi Nasional 1000 UMKM dan Temu Bisnis Nasional UMKM VII Tahun 2024

Bangun Kesadaran Masyarakat tentang Sampah Laut, RCE Yogyakarta, RCE Tongyeong, dan GNIDCC Berikan Edukasi untuk Warga Desa Bugel Kabupaten Kulon Progo

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatPengumuman RCEPengumuman RCERCESDGs 14: Ekosistem LautanSDGs 15: Ekosistem Daratan Monday, 21 October 2024

Hari Kamis dan Jumat (17-18 Oktober) ini, kegiatan kolaborasi antara RCE Yogyakarta Universitas Gadjah Mada, RCE Tongyeong Korea Selatan, dan Gyeongnam International Development Cooperation Center (GNIDCC) bertajuk “Indonesia Marine Debris Social Issue Resident Participation Awareness Improvement Capacity Building Project” kembali dilaksanakan di Desa Budel, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan edukasi untuk masyarakat mengenai sampah laut ini melibatkan siswa dari SD Negeri Ngebung Beran, ibu-ibu PKK, serta para nelayan setempat. Tujuan utama dari edukasi ini adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak serius sampah laut bagi lingkungan, khususnya sampah plastik.

Pada hari pertama, narasumber dari RCE Yogyakarta, Zuliyati Rohmah, S.Si., Ph.D. Eng., yang juga merupakan dosen Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, menyampaikan materi tentang masalah sampah laut kepada para kepala dukuh di Desa Bugel. Nantinya, para kepala dukuh inilah yang bertanggung untuk terus mengajak dan mengingatkan masyarakakat dalam mengelola sampah mereka.

Dalam penjelasannya, Zuliyati menyoroti betapa seriusnya masalah sampah laut, terutama sampah plastik, yang menjadi salah satu jenis sampah paling umum. “Sampah di pantai yang kita temui saat ini tidak hanya berasal dari generasi kita saja, tetapi juga merupakan warisan dari nenek moyang kita. Hal ini dikarenakan setiap jenis sampah memiliki periode dekomposisi yang berbeda; misalnya, plastik bisa memakan waktu hingga 400 tahun untuk terurai,” jelasnya.

Indonesia, yang sebelumnya menduduki peringkat kedua sebagai penghasil sampah plastik terbesar di dunia, menghadapi tantangan besar dalam menjaga kelestarian lingkungan akibat sampah yang tidak terkelola dengan baik. Bahkan, sampah dari darat yang mengalir ke laut dan terpapar sinar matahari dapat terurai menjadi mikroplastik yang kemudian dimakan oleh ikan. “Sudah banyak ikan yang mengonsumsi mikroplastik, dan ini berpotensi berbahaya bagi kesehatan manusia, terutama bagi wanita hamil dan anak-anak,” tambahnya.

Selain itu, jaring ikan yang hanyut dapat membunuh penyu dan merusak kapal nelayan, mengancam keselamatan mereka saat melaut. Dalam kesempatan ini, para dukuh dari Desa Bugel juga mengingatkan para guru untuk terus mengajak siswa menjaga kebersihan dan mengelola sampah yang mereka hasilkan. “Penting untuk menanamkan kebiasaan positif ini sejak usia dini agar saat dewasa, mereka memahami betapa krusialnya pengelolaan sampah,” ujarnya.

Dr. Kim Minji dari GNIDCC sepakat dengan yang disampaikan oleh Pak Dukuh. Ia menekankan bahwa perlu waktu yang tidak sebentar untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang ada di laut. “Sampah yang kita hasilkan saat ini dapat berada di laut hingga puluhan tahun ke depan jika tidak kelola dengan baik. Menjaga laut tidak cukup hanya dengan membersihkan pantai sesekali. Kita perlu mulai dari rumah, di mana kita menghasilkan sampah pertama kali, dengan menerapkan prinsip 3R – Reduce, Reuse, Recycle,” ungkapnya.

Sebagai masyarakat, kita harus merasa memiliki tanggung jawab terhadap sampah yang kita hasilkan.  Setiap individu memiliki peran penting dalam mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan. Tindakan sederhana seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, memilah sampah, dan mendukung program daur ulang dapat memberikan dampak yang signifikan.

Hal ini sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Goal 14 yang berfokus pada kehidupan di bawah air dan Goal 15 yang mengedepankan ekosistem daratan. Dengan meningkatkan kesadaran dan bertindak secara kolektif, kita dapat menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah dapat membantu menciptakan budaya peduli lingkungan. Upaya ini tidak hanya akan memperbaiki kondisi lingkungan saat ini, tetapi juga mewariskan planet yang lebih baik kepada generasi mendatang.

author: bil

 

Sosialisasi Pengelolaan Sampah Laut untuk Siswa SD Negeri Karangwuni: Kolaborasi RCE Yogyakarta, RCE Tongyeong, dan GNIDCC Korea Selatan

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatRCESDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuan Wednesday, 16 October 2024

Kulon Progo, 16 Oktober 2024 – RCE Yogyakarta Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan RCE Tongyeong dan Gyeongnam International Development Cooperation Center (GNIDCC) dari Korea Selatan, menggelar sosialisasi terkait pengelolaan sampah laut untuk siswa SD Negeri Karangwuni di Balai Desa Karangwuni, Kabupaten Kulon Progo. Kegiatan ini merupakan bagian dari program “Indonesia Marine Debris Social Issue Resident Participation Awareness Improvement Capacity Building Project”, kerjasama antara Universitas Gadjah Mada, RCE Tongyeong, dan GNIDCC.

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pelatihan yang diberikan kepada para kepala dukuh di Desa Karangwuni sehari sebelumnya. Pada hari ini, para kepala dukuh yagg telah dilatih, berperan sebagai fasilitator dalam sosialisasi yang ditujukan kepada siswa SD Negeri Karangwuni, untuk membagikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kebersihan laut dan dampaknya terhadap lingkungan serta kehidupan masyarakat desa. Salah satu dukuh, R. Subagya, menyampaikan kepada para siswa bahwa sebagai warga Desa Karangwuni, harus menjadi contoh dalam menjaga laut. “Sampah yang kita buang ke laut akan kembali kepada kita, mempengaruhi hasil tangkapan ikan dan lingkungan tempat tinggal kita. Jadi, mari kita bersama-sama belajar dari sekarang, menjaga laut agar tetap bersih untuk masa depan kalian dan anak cucu kita.”, pesannya.

 

 

Selain kepala dukuh, dosen Fakultas Biologi UGM, Zuliyati Rohmah, M.Si., Ph.D. Eng., juga memberikan penjelasan kepada siswa bahwa sampah rumah tangga pun bisa berakhir di laut dan mencemari ikan yang hidup di sana. “Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik atau dibuang di sungai dapat berakhir di laut karena terbawa aliran air sungai yang menuju ke laut. Selain itu, sampah plastik yang berakhir di laut dapat termakan oleh ikan dan menjadi micro plastik yang akan membahayakan warga desa jika dikonsumsi.”, jelasnya.

Program pelatihan dan sosialisasi tentang sampah laut ini memiliki keterkaitan erat dengan upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama Goal ke-14 yang berfokus pada “Menjaga Ekosistem Laut” (Life Below Water). Dengan mayoritas penduduk Desa Karangwuni yang berprofesi sebagai nelayan dan tinggal di wilayah yang sangat dekat dengan pantai, masalah sampah laut menjadi isu krusial yang mempengaruhi kelestarian sumber daya alam laut. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat lokal agar dapat lebih bertanggung jawab dalam menjaga ekosistem laut, mengurangi pencemaran, dan mendorong pengelolaan sumber daya laut yang berkelanjutan.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Kim Minji sebagai representatif dari i GNIDCC turut menyampaikan pesannya kepada para siswa yang hadir dengan menekankan pentingnya peran generasi muda dalam menjaga kelestarian laut. “Laut ini adalah masa depan kalian. Kalian harus berani mengingatkan orang dewasa untuk ikut serta dalam menjaga kebersihan laut dan mengurangi polusi, demi lingkungan yang lebih baik,” katanya saat berbicara kepada para siswa SD Negeri Karangwuni.

Kegiatan ini juga mencerminkan implementasi Goal ke-17, yaitu “Kemitraan untuk Mencapai Tujuan” (Partnerships for the Goals), di mana program ini merupakan hasil kolaborasi internasional antara UGM, RCE Tongyeong, dan GNIDCC, yang menunjukkan pentingnya kerjasama lintas negara dan institusi dalam menangani isu-isu global, seperti sampah laut. Melalui sinergi ini, transfer pengetahuan dan teknologi dari berbagai pihak memungkinkan implementasi program yang lebih efektif dan berkelanjutan, terutama dalam menghadapi tantangan lingkungan yang bersifat global.

Dengan melibatkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pemimpin lokal hingga generasi muda, diharapkan program ini dapat menciptakan dampak jangka panjang yang positif dalam upaya menjaga ekosistem laut dan mencapai target-target SDGs secara berkelanjutan.

author: bil

 

Berita dari Media Korea :

(뉴스경남) https://www.newsgn.com/news/articleView.html?idxno=444552

(베리타스알파) https://www.veritas-a.com/news/articleView.html?idxno=524675

(경남뉴스투데이) http://www.knnewstoday.co.kr/news/articleView.html?idxno=210544

(경남에나뉴스) http://www.jjinews.net/news/articleView.html?idxno=223023

(경남경제) https://www.gnen.net/news/articleView.html?idxno=92996

(경남저널) https://www.gnjnews.co.kr/news/articleView.html?idxno=81436

(경남탑뉴스) https://www.topnews24.kr/news/articleView.html?idxno=45489

(웹이코노미) https://webeconomy.co.kr/news/article.html?no=1038946

 

Berbagi Inspirasi Program Pengabdian Dukung Pencapaian Tujuan SDGs, DPkM UGM Selenggarakan RCE Goes to School di SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta

Berita Utama DPkMPengumuman RCEPengumuman RCERCESDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education) Thursday, 1 August 2024

 

Direktorat Pengabdian kepada Masyarkat (DPkM)  menyelenggarakan program RCE Goes to School di SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta yang telah berlangsung pada tanggal 17 Juli 2024. Acara ini terlaksana bersamaan dengan penyambutan siswa baru. Inisiatif ini muncul dari permintaan siswa tahun lalu yang sebelumnya terlibat dalam kegiatan bersama RCE Yogyakarta. Mereka mengungkapkan keinginan agar RCE Yogyakarta dapat berkontribusi dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) dengan menyampaikan materi yang memotivasi dan menginspirasi bagi para siswa baru.

RCE Yogyakarta diwakili oleh Farah Raihanah, seorang anggota muda dari komunitas Go English. Meskipun masih muda, Farah dianggap sebagai sumber inspirasi dan motivasi bagi siswa baru yang tidak terpaut jauh usianya. Acara ini mencakup pengenalan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), metode belajar yang menyenangkan, dan pendidikan karakter, yang semuanya mendukung SDGs poin 4: Pendidikan Berkualitas.

Selama acara, Farah membagikan pengalaman dan wawasan, menekankan pentingnya literasi dasar sebagai fondasi untuk pembelajaran seumur hidup. Dia mendorong siswa untuk merangkul pengetahuan dan menjelajahi dunia di luar lingkungan mereka. “Senang sekali bisa bertemu mbak Farah lagi, beliau bisa melakukan hal-hal luar biasa yang menginspirasi kita. Jadi lebih semangat cari tahu lebih jauh tentang pengetahuan yang ada di luar sana,” ungkap seorang siswa dari SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta.

Pengenalan terhadap SDGs sangat berdampak, karena menyoroti komitmen global untuk memastikan pendidikan yang inklusif dan berkualitas. Farah menjelaskan bagaimana pendidikan bukan hanya tentang pencapaian akademis, tetapi juga tentang mengembangkan pemikiran kritis, kreativitas, dan tanggung jawab sosial. Ini sangat selaras dengan misi sekolah untuk membentuk individu yang utuh yang dapat berkontribusi positif bagi masyarakat.

Selain membahas SDGs, acara ini juga menampilkan kegiatan interaktif yang membuat pembelajaran menjadi menyenangkan. Siswa berpartisipasi dalam diskusi kelompok dan proyek praktis yang mendorong kolaborasi dan kreativitas. Pendekatan ini tidak hanya membuat proses belajar lebih menarik tetapi juga membantu siswa membangun keterampilan penting untuk karier masa depan mereka.

Segmen pendidikan karakter berfokus pada nilai-nilai seperti rasa hormat, integritas, dan empati. Farah menekankan bahwa kualitas ini sangat penting untuk pengembangan pribadi dan untuk menciptakan komunitas yang harmonis. Dengan menanamkan nilai-nilai ini pada siswa, SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta bertujuan untuk membentuk warga negara yang bertanggung jawab dan sadar akan peran mereka dalam masyarakat.

Umpan balik dari siswa sangat positif. Banyak yang mengungkapkan rasa terima kasih atas kesempatan untuk belajar dari sosok dinamis seperti Farah. Acara ini tidak hanya memberikan pengetahuan berharga tetapi juga membangun rasa kebersamaan di antara siswa baru, membantu mereka merasa lebih terhubung dengan lingkungan sekolah mereka.

Saat acara berakhir, siswa meninggalkan tempat dengan semangat dan motivasi yang baru. Mereka didorong untuk mengambil kendali atas pendidikan mereka dan mencari peluang untuk pertumbuhan dan pengembangan. Kolaborasi antara SMK Perkebunan MM 52 Yogyakarta dan RCE Yogyakarta merupakan contoh kekuatan keterlibatan komunitas dalam mempromosikan pendidikan berkualitas dan menginspirasi generasi mendatang.

Penulis/Editor: Dn Halimah, Foto: Humas_DPkM

 

Tingkatkan Semangat Mengabdi Bagi Generasi Muda, DPkM UGM Selenggarakan RCE Goes to School di SMA 8 Yogyakarta

Berita Utama DPkMPengumuman RCEPengumuman RCERCESDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education) Thursday, 1 August 2024

 

Sebuah inisiatif luar biasa bertujuan untuk memberdayakan kaum muda Indonesia, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM menyelenggarakan program RCE Goes to Scholl di SMA N 8 Yogyakarta berlangsung pada tanggal 15-16 Juli 2024. Acara dua hari ini mengumpulkan sepuluh pembicara inspiratif dari berbagai komunitas, masing-masing berkomitmen untuk mendorong perubahan positif dan mempromosikan literasi bagi generasi muda. Program ini dirancang untuk mendidik dan menginspirasi siswa agar mengambil tindakan yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Acara dimulai dengan pengenalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), menekankan pentingnya literasi dasar sebagai fondasi untuk mencapai tujuan global ini. Herdhanu Jayanto dari Komunitas Konklusi berbagi wawasan tentang bagaimana pendidikan dapat memberdayakan individu untuk berkontribusi secara efektif kepada komunitas mereka. Pesannya sangat mengena di hati siswa, mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang peran mereka dalam masyarakat.

Setelah pengenalan SDGs, peserta diperkenalkan dengan RCE Yogyakarta, sebuah pusat keahlian regional yang fokus pada pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Janu Muhammad dari Komunitas Sayur Sleman menyoroti pentingnya inisiatif lokal dalam mempromosikan keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Presentasinya menginspirasi siswa untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menerapkan proyek serupa di lingkungan mereka sendiri.

 

Program ini juga mencakup sesi tentang praktik pemberdayaan masyarakat, para siswa dapat belajar dari Lamiasih dari Komunitas Desamind. Ia menekankan pentingnya gerakan akar rumput dan bagaimana kaum muda dapat memimpin inisiatif mengatasi masalah lokal. Sesi ini sangat berdampak, karena memberikan siswa alat praktis untuk terlibat dengan komunitas mereka.

Salah satu sorotan acara adalah lokakarya tentang pembuatan mading bertema SDGs, yang dipimpin oleh Shindy Ainun dari Komunitas Sekolah Marjinal. Sesi interaktif ini mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang tantangan yang dihadapi komunitas mereka dan mencari solusi potensial. Kreativitas yang ditunjukkan oleh siswa sangat mengesankan, menunjukkan komitmen mereka untuk membuat perbedaan.

Selain lokakarya, acara ini juga menampilkan serangkaian pengenalan komunitas. Mukhanif Yasin Yusuf dari Difapedia, Muhammad Asruri Faishal dari Yayasan Pandara, dan Deena Nirmala dari Program Interkultural AFS masing-masing berbagi pengalaman dan dampak dari organisasi mereka. Cerita-cerita ini menjadi pengingat yang kuat tentang perbedaan yang dapat dibuat oleh individu yang berdedikasi di komunitas mereka.

Dwi Ajeng Vye dari Komunitas Kita Muda Berdaya juga memimpin sesi tentang pemberdayaan pemuda, mendorong siswa untuk mengambil kepemilikan atas masa depan mereka. Pendekatannya yang menarik memotivasi banyak siswa untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menjadi peserta aktif di komunitas mereka, bukan sekadar pengamat pasif.

Acara ini ditutup dengan kompetisi yang menantang siswa untuk mempresentasikan ide-ide mereka untuk proyek komunitas berdasarkan SDGs. Ika Feni Setiyaningrum dari Komunitas GenSirkular dan Farah Raihanah dari Komunitas Go English bertindak sebagai juri, memberikan umpan balik dan dorongan yang berharga kepada para peserta. Antusiasme dan kreativitas yang ditunjukkan selama kompetisi adalah bukti potensi kaum muda Indonesia.

Secara keseluruhan, program “RCE Goes to School” di SMA N 8 Yogyakarta terlaksana dengan sukses, kesan positif disampaikan oleh guru dan siswa yang terlibat. Acara tersebut dapat memupuk semangat kolaborasi dan inovasi di antara siswa, dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan lokal, membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi Indonesia. Hal tersebut senada yang disampaikan oleh  Sunrise Pandhita salah satu pelajar SMA 8 Yogyakarta, “Benar-benar dapat banyak ilmu dan bisa bertemu orang yang keren-keren, semoga acara seperti ini dapat terus berlanjut,”pungkasnya.

 

Penulis/Editor: Dn Halimah, Foto: Humas_DPkM

 

 

123…7
Universitas Gadjah Mada

Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Gadjah Mada

Jl. Pancasila Bulaksumur UGM, Blok G7,
Yogyakarta, Indonesia 55281
+62-274-552432
  +62-274-6492082, +62-274-6492083

whatsapp : 08112576939 (KKN)

 dit.pengabdian@ugm.ac.id
 Sekretariat DPKM : sekdit.dpkm@ugm.ac.id
Telepon Internal UGM : 82488(Sekretariat), 82486(KKN), 82490(Pemberdayaan Masyarakat).

 

© Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY