Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat
  • Beranda
  • SDG'S
  • SDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak
Arsip:

SDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak

Belajar Kepemimpinan Melalui Coaching: Leading With Impact Bersama RCE Youth Yogyakarta

Berita Utama DPkMPemberdayaan MasyarakatRCESDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 15: Ekosistem DaratanSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Monday, 22 September 2025

Yogyakarta, 20 September 2025 – Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPkM UGM) bersama RCE Yogyakarta menyelenggarakan Coaching RCE Yogyakarta bertajuk Leading with Impact – Belajar dari Kepemimpinan Akar Rumput pada Sabtu (20/9) di Ruang Sidang 1, DPkM UGM. Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Totok Pratopo (Ketua Pemerti Kali Code) dan Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D (Koordinator RCE Yogyakarta), serta dipandu oleh Farah Raihanah selaku MC dan moderator. Kegiatan ini dirancang untuk menginspirasi masyarakat, terutama generasi muda agar melakukan tindakan nyata yang mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

 

 

Acara dibuka dengan sambutan oleh Direktur DPkM UGM, Dr. dr. Rustamaji, M.Kes. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya perjuangan bersama dalam menghadapi tantangan lingkungan, khususnya masalah sampah. “Pemikiran original diperlukan untuk membedah fenomena yang ada dengan teori baru. Hal-hal kecil yang dilakukan perlu digaungkan keluar agar memberikan dampak positif yang lebih luas,” ungkapnya. Selain itu, beliau juga menyoroti pentingnya partisipasi generasi muda dalam menulis, bersuara, dan menciptakan gagasan baru terkait isu lingkungan. Pernyataan ini sejalan dengan poin SDGs nomor 13 (Penanganan Perubahan Iklim) dan poin SDGs nomor 15 (Ekosistem Daratan) yang mendorong aksi nyata untuk mengurangi degradasi lingkungan.

 

 

Materi pertama disampaikan oleh Atrida Hadianti, S.T., M.Sc., Ph.D yang menekankan peran pemuda dalam membangun semangat kerelawanan dan meningkatkan literasi lingkungan. Ia menjelaskan bahwa volunteerism atau kerelawanan merupakan bentuk partisipasi tanpa paksaan, yang memberikan manfaat tidak hanya bagi masyarakat dan lingkungan, tetapi juga bagi pengembangan diri. “Pemuda adalah agent of change. Dengan kerelawanan, mereka akan terhubung dengan komunitas, peduli terhadap lingkungannya, sekaligus memperoleh pengalaman, jaringan, dan keterampilan hidup,” jelasnya.

 

 

Sesi berikutnya menghadirkan Totok Pratopo yang membagikan pengalaman kepemimpinannya melalui gerakan Pemerti Kali Code yang telah berdiri sejak 2008. Beliau menekankan pentingnya menghadirkan tokoh lokal sebagai motivator dalam mengubah persepsi masyarakat terhadap sungai yang sering kali dipandang negatif. “Mengelola sungai membutuhkan aksi nyata, dimulai dari kesadaran, kepedulian, hingga tumbuhnya cinta. Sungai bukan hanya sumber daya, tetapi juga warisan nasional yang perlu dijaga,” ujarnya. Hal ini sejalan dengan poin SDGs nomor 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak) dan poin SDGs nomor 11 (Kota dan Pemukiman Berkelanjutan), yaitu pengelolaan sungai yang baik akan berkontribusi pada keberlanjutan sumber air dan kualitas hidup masyarakat sekitar. Ia juga mendorong generasi muda RCE Yogyakarta untuk melakukan ekspedisi sungai dan menuliskannya menjadi karya yang menginspirasi masyarakat luas.

Tidak hanya itu, setelah kegiatan penyampaian materi berlangsung, acara dilanjutkan dengan sesi diskusi dan penyampaian pengalaman dari para peserta. Peserta antusias menyampaikan pengalamannya dalam hal kepemimpinan dan organisasi, serta aktif mengemukakan pertanyaan kepada kedua narasumber. Sesi diskusi berlangsung lancar dan aktif dengan dipandu oleh Zuliyati Rohmah, S.Si., M.Si., Ph.D. Diskusi tersebut menyoroti pentingnya kolaborasi antar komunitas, pemerintah, dan masyarakat dalam mengelola isu lingkungan, termasuk pengelolaan sampah dan pemeliharaan sungai. Masyarakat perlu diberikan edukasi yang berkesinambungan untuk mengubah mindset dan kebiasaan yang sudah mengakar. Selain itu, menjaga semangat kerelawanan melalui bukti nyata dan mengajak orang yang sefrekuensi adalah kunci untuk memperkuat gerakan-gerakan berbasis kerelawanan dan lingkungan.

 

 

Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat kepemimpinan, kerelawanan, serta kepedulian lingkungan dapat terus digelorakan. Kolaborasi antara akademisi, komunitas, dan generasi muda diyakini mampu memperkuat gerakan bersama menuju pembangunan berkelanjutan, sesuai dengan berbagai target SDGs yang menjadi agenda global.

Sendang Kamulyan: Situs Budaya di Sentolo, Kulon Progo

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh.SDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Friday, 29 August 2025

Suasana di Sendang Kamulyan yang terletak di Taruban, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-YO137 Sentolo, Kab. Kulon Progo

Kabupaten Kulon Progo merupakan kabupaten yang berada di ujung barat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kabupaten ini memiliki banyak destinasi wisata menarik, baik budaya maupun alam yang menarik untuk dikunjungi.

Salah satu destinasi tersebut adalah Sendang Kamulyan yang terletak di Dusun Taruban, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo. Desa Tuksono sendiri memiliki status Desa Mandiri Budaya yang ditetapkan langsung oleh Gubernur DIY melalui Keputusan Gubernur.

Sendang Kamulyan adalah salah satu sumber mata air yang tidak pernah kering walau di musim kemarau. Sendang ini berjarak sekitar 15 km dari pusat kota Kabupaten Kulon Progo atau sekitar 25 km dari pusat Kota Yogyakarta.

Kompleks Sendang Kamulyan ini baru saja dipugar pada 2022 lalu. Pemugaran dilakukan tanpa mengubah kolam berbentuk setengah elips dengan tangga berukuran kecil yang merupakan sumur utama sendang.

Pemugaran hanya dilakukan untuk mengganti dinding di sekeliling sendang dengan batu-batuan yang disusun rapi. Selain itu, di tambahkan juga saluran irigasi serta semacam pendopo di sekitar kompleks sendang.

Selain dikenal sebagai sumber mata air, menurut Siti Aisyah, Dukuh Taruban Wetan, sendang ini juga merupakan situs yang diyakini menjadi petilasan dari Jaka Tarub. Hal ini dikarenakan terdapat batu yang menampakkan bekas lutut dan tangan dari Jaka Tarub. Nama dusun pun memiliki kaitan dengan kisah Jaka Tarub tersebut.

Warga Dusun Taruban, khususnya dan Desa Tuksono pada umumnya sangat menjaga kelestarian peninggalan leluhur mereka ini. Upaya tersebut dilakukan dengan secara rutin menggelar berbagai seremoni budaya di Sendang Kamulyan.

Salah satu di antaranya adalah bersih desa dan luwaran yang rutin dilaksanakan setiap pasca panen setahun sekali. Menurut Dinas Kebudayaan DIY, upacara adat tersebut sudah berlangsung sejak tahun 1855.

Upacara adat bersih desan dan luwaran diisi dengan pementasan Tayub. Menurut tradisi lisan yang berkembang di Dusun Taruban, Tayub berasal dari kalimat “ditata ben guyub” yang bermakna “pertunjukan tariannya (Ledhek Barangan) ditata sedemikian rupa dan sebaik mungkin agar tercipta suasana harmoni dan kerukunan di masyarakat.

Pentas tayub diawali terlebih dulu dengan ritual permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh juru kunci Sendang Kamulyan.

Selanjutnya, dilakukan pembelahan ketupat oleh juru kunci sebagai simbol “Luwaran (Ngluwari Nadar) yang bermakna “telah terpenuhinya janji”.

Melalui upacara adat ini, diharapkan seluruh warga desa terhindar dari marabahaya dan selalu mendapatkan rejeki yang berlimpah serta berkah.

Penulis: Mahasiswa KKN-PPM UGM Sentolo Makaryo, Unit 2024-YO137 Sentolo, Kab. Kulon Progo, DI Yogyakarta

Artikel ini telah dimuat di kumparan.com

Bendungan Kamijoro: Bendungan Multifungsi di Sungai Progo

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 12 : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung JawabSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi LayakSDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan EkonomiSDGs 9 : Industri, Inovasi dan Infrastruktur Friday, 29 August 2025

Bendungan Kamijoro diambil dari sisi Kabupaten Kulon Progo. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-YO137 Sentolo, Kab. Kulon Progo

Bendungan Kamijoro adalah salah satu bendungan yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bendungan ini membendung Sungai Progo dan terletak di antara Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo. Bendungan ini mengatur debit air Sungai Progo untuk kemudian digunakan mengaliri areal persawahan di sekitar bendungan. Bendungan Kamioro diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo pada akhir 2019 lalu.

Menariknya, bendungan ini tidak hanya sebatas berfungsi sebagai pintu air yang mengatur debit air dari Sungai Progo. Oleh karena di atas bendungan ini ada jembatan estetik dengan corak mirip Jembatan Ampera di Palembang, bendungan ini sekaligus berfungsi sebagai peghubung dua kabupaten.

Sisi Timur dari Bendungan Kamijoro adalah Dusun Plambongan, Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul. Sedangkan, di sisi Barat dari bendungan adalah Dusun Kaliwiru, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo.

Meskipun jembatan yang ada di atas bendungan tersebut hanya dapat dilalui oleh moda transportasi beroda dua, namun keberadaan jembatan ini sudah sangat membantu warga sekitar. Sebab, tanpa adanya jembatan tersebut, warga dari kedua desa harus memutar hingga lebih dari dua kali lipat jauhnya.

Selain jembatan yang estetik dan pintu air, di sisi Bendungan Kamijoro yang terletak di Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulon Progo, terdapat Taman Bendungan Kamijoro yang bisa menjadi pilihan tempat untuk bersantai sembari menikmati pemandangan dari Sungai Progo dan Bendungan Kamijoro.

Taman Bendungan Kamijoro memiliki plaza besar yang dapat digunakan untuk bersantai, berkumpul untuk mengadakan event, atau pun berfoto-foto. Salah satu spot foto andalah yang menjadi favorit adalah bagian undakan tertinggi plaza dengan latar belakang tulisan “Bendungan Kamijoro”.

Selain itu, Taman Bendungan Kamijoro juga memiliki taman bermain yang dapat digunakan untuk menghabiskan waktu bersama buah hati tercinta. Uniknya, taman bermain ini tidak hanya sebatas berisi ayunan, jungkat-jungkit, atau papan luncur, namun juga ditanam banyak jenis pohon buah-buahan yang dapat menjadi sarana edukasi.

Kemudian, untuk fasilitas umum yang ada di Taman Bendungan Kamijoro sendiri bisa dibilang sudah sangat lengkap. Terdapat beberapa toilet, mushola, warung makan, dan kantong parkir. Segala fasilitas dan layanan ini dapat diakses cukup dengan membayar parkir motor dan mobil masing-masing sebesar dua ribu rupiah dan lima ribu rupiah saja.

Penulis: Mahasiswa KKN-PPM UGM Sentolo Makaryo, Unit 2024-YO137 Sentolo, Kab. Kulon Progo, DI Yogyakarta

Artikel ini telah dimuat di kumparan.com

“Menuju Desa Bijak Limbah” (DEBILAH): Gerakan Nyata untuk Warga Desa Sukaluyu Wujudkan Lingkungan Bersih dan Berkelanjutan

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 12 : Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung JawabSDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahteraSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Tuesday, 26 August 2025

Salah satu tumpukan sampah di area perkebunan teh di Desa Sukaluyu. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-JB005 Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat

Kebersihan bukan hanya soal keindahan, melainkan juga kesehatan dan masa depan. Di tengah keasrian alam Desa Sukaluyu yang dikelilingi hamparan kebun teh dan pemandangan hijau, tersimpan persoalan serius yang tak bisa lagi diabaikan: tumpukan sampah yang dibuang sembarangan, mulai dari tepi jalan, saluran air, hingga sela-sela kebun teh. Tentu hal ini disebabkan oleh belum adanya pengelolaan sampah yang memadai, baik pengelolaan sampah bersama maupun mandiri. Tanpa kesadaran bersama, kebiasaan membuang sampah sembarangan ini mengancam kualitas lingkungan, kesehatan warga, serta kelestarian potensi alam desa yang seharusnya menjadi kebanggaan.

Menanggapi hal tersebut, mahasiswa tim KKN-PPM Universitas Gadjah Mada Lokaraya Pangalengan melaksanakan program pengabdian masyarakat bertajuk “Menuju Desa Bijak Limbah (Program DEBILAH)” pada 18 Juli 2025. kegiatan ini bertujuan menumbuhkan pola pikir bijak dalam menghadapi persoalan limbah di masyarakat. Melalui pendekatan edukatif dan aksi nyata, DEBILAH mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut menjadi bagian dari perubahan.

Sosialisasi Program DEBILAH di Aula Kantor Desa Sukaluyu. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-JB005 Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat

Sesi pagi hari dibuka dengan sambutan dari Kepala Desa Sukaluyu yang menyampaikan apresiasi atas inisiasi program ini. Sesi pagi ini juga dihadiri oleh perangkat Desa Sukaluyu, perwakilan pihak puskesmas terdekat, dan tentunya masyarakat RW 4 Desa Sukaluyu yang menjadi peserta utama kegiatan ini.

Sosialisasi yang dilaksanakan di aula desa menjadi ruang edukasi penting bagi warga untuk memahami berbagai persoalan dan solusi seputar limbah. Materi disampaikan secara komunikatif dan aplikatif, mencakup beragam topik penting seperti pentingnya sanitasi yang layak, dampak limbah terhadap lingkungan dan kesehatan, fakta-fakta permasalahan limbah di Indonesia, peran masyarakat dan pemerintah, serta penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam kehidupan sehari-hari. Warga juga dikenalkan pada klasifikasi limbah serta cara memilah dan mengelolanya dengan benar, dari sampah organik hingga B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Dalam sesi sosialisasi ini, peserta tidak hanya diajak memahami masalah, tetapi juga dikenalkan pada berbagai solusi nyata dan inspiratif dalam pemanfaatan limbah. Untuk limbah organik, dijelaskan beberapa alternatif pengolahan seperti pembuatan kompos alami, budidaya maggot (larva BSF) untuk limbah dapur, biopori sebagai metode resapan dan pengomposan langsung di tanah, hingga pemanfaatan limbah kotoran ternak menjadi biogas yang ramah lingkungan dan bernilai guna.

Sementara itu, untuk limbah anorganik, disampaikan contoh kreatif dan aplikatif seperti ecobrick dari sampah plastik, pembuatan paving block dari limbah plastik, dll. Dengan pendekatan ini, warga didorong untuk melihat limbah bukan sebagai masalah, tetapi sebagai sumber daya yang bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Tidak kalah penting, pengenalan terhadap teknologi pengolahan limbah skala menengah hingga besar juga disampaikan secara ringan, seperti insinerasi, pirolisis, dan gasifikasi. Meskipun bersifat teknis, konsep-konsep ini memperluas wawasan warga bahwa pengelolaan limbah memiliki banyak pendekatan dari tradisional hingga modern menyesuaikan kebutuhan. Sesi sosialisasi pagi juga diramaikan dengan beberapa pertanyaan warga yang mencerminkan antusias mereka terkait masalah sampah dari pengalaman sehari-hari.

Kerja bakti area jalan utama RW 4 Desa Sukaluyu. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-JB005 Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat

Setelah mendapatkan pemahaman mendalam melalui sesi sosialisasi di pagi hari, kegiatan dilanjutkan dengan aksi nyata berupa kerja bakti bersama pada sore harinya untuk area jalan utama RW 4. Warga dari berbagai usia bahu membahu membersihkan lingkungan, menyapu jalan, dan mengumpulkan sampah yang berserakan. Momentum ini bukan sekadar bersih-bersih, tapi diharapkan juga dapat menjadi simbol komitmen bersama untuk menjaga lingkungan yang sehat dan lestari.

Program DEBILAH menjadi pengingat bahwa perubahan besar dimulai dari langkah kecil dari rumah masing-masing, dari kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, hingga inisiatif warga menjaga ruang hidup bersama. Ke depan, diharapkan kerja bakti ini bisa menjadi agenda rutin warga, dan edukasi lingkungan menjadi budaya yang mengakar.

Sebagai bagian dari kontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 3 (Kehidupan Sehat dan Sejahtera), SDG 6 (Air Bersih dan Sanitasi Layak), dan SDG 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan), SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), program ini diharapkan mampu mendorong peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui lingkungan yang bersih dan sehat.

Penulis: Arum Bunga Kinanthi, Mahasiswa Prodi Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, KKN-PPM Unit 2025-JB005 Pangalengan, Kab. Bandung, Jawa Barat

Artikel ini telah terbit di kompasiana.com

Air Bersih dari Pesisir: Inovasi Teknologi Tepat Guna Air Payau untuk Warga Tanjungpinang

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Friday, 22 August 2025

Pada tahun 2025 ini, Universitas Gadjah Mada kembali diberikan kesempatan untuk melaksanakan KKN-PPM di Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau, tepatnya di Kelurahan Kampung Bugis dan Senggarang. Lokasi KKN yang berada di pesisir laut menghadirkan tantangan tersendiri: rata-rata air sumur yang digunakan masyarakat merupakan air payau dan bahkan terkadang mengandung bauksit, mengingat tanah di Tanjungpinang didominasi oleh mineral ini. Akibatnya, air sering berbau, berwarna kemerahan, serta tidak layak konsumsi.

Kondisi ini berdampak langsung pada kesehatan warga. Banyak masyarakat mengalami karies gigi akibat penggunaan air dengan kandungan bauksit, sehingga masalah kesehatan gigi menjadi isu serius di wilayah tersebut. Program kerja KKN berupa pengadaan teknologi tepat guna pengolahan air payau skala rumah tangga hadir sebagai jawaban atas urgensi kesehatan masyarakat dan keterbatasan akses air bersih. Upaya ini sekaligus mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya poin tentang akses air bersih dan sanitasi (SDG 6).

Pemilihan program kerja ini berangkat dari kebutuhan mendesak masyarakat akan air bersih sebagai penopang kualitas hidup dan kesehatan. Sayangnya, teknologi tepat guna untuk pengolahan air masih tergolong asing bagi sebagian besar masyarakat. Mereka hanya sekadar tahu, namun tidak memahami komponen maupun cara perakitan teknologi tersebut. Oleh karena itu, tim KKN berinisiatif memperkenalkan teknologi tepat guna pengolahan air payau agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan oleh warga.

Dalam pelaksanaannya terdapat beberapa tahapan yang kami lalui, dimulai dari:

1. Survei Awal

Tim KKN melakukan survei lapangan dengan mewawancarai masyarakat mengenai cara mereka memenuhi kebutuhan air bersih. Hasilnya menunjukkan bahwa memperoleh air bersih memang sangat sulit. Survei juga dilengkapi dengan pengujian kualitas air, termasuk pH, TDS, DHL, keasinan, bau, dan warna, yang hasilnya terbukti tidak memenuhi standar air bersih.

2. Sosialisasi
Dilaksanakan kegiatan sosialisasi mengenai pentingnya air bersih dan pengenalan teknologi pengolahan air. Hasil yang dicapai meliputi:

  • Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya air bersih dan teknologi pengolahan air.
  • Komitmen keterlibatan masyarakat dalam proses sosialisasi hingga implementasi.
  • Dukungan penuh masyarakat untuk berpartisipasi dalam penggunaan teknologi tepat guna.

3. Perakitan dan Pemasangan
Teknologi tepat guna dipasang di empat titik strategis: tiga titik di Kelurahan Kampung Bugis (posyandu, masjid, dan rumah warga), serta satu titik di Kelurahan Senggarang yang mampu menyalurkan air bersih ke 30–40 rumah warga.

4. Pendampingan Masyarakat
Pendampingan dilakukan mulai dari proses perakitan, pemeliharaan, hingga evaluasi. Antusiasme masyarakat terlihat jelas, terlebih dengan dukungan pemerintah lokal. Dinas PUPR Kota Tanjungpinang bahkan merencanakan keberlanjutan program ini dengan mengedukasi masyarakat agar mampu menggunakan teknologi tersebut secara mandiri.

Hasil dari program kerja ini adalah terpasangnya teknologi tepat guna yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kualitas air meningkat signifikan, sehingga berdampak pada perbaikan kualitas kesehatan masyarakat.

Dampak yang diharapkan antara lain:

  • Kesehatan lebih terjaga, terutama mengurangi risiko penyakit gigi akibat air berkualitas rendah.
  • Hemat biaya pengolahan air, karena teknologi dapat digunakan secara mandiri.
  • Peningkatan kualitas hidup masyarakat pesisir Tanjungpinang.

Kegiatan ini sejalan dengan komitmen global, mendukung:

  • SDG 6: Air Bersih dan Sanitasi
  • SDG 3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera
  • SDG 9: Inovasi dan Infrastruktur
  • SDG 11: Kota dan Permukiman Berkelanjutan

Harapannya, teknologi tepat guna air payau ini dapat terus dikembangkan sehingga setiap rumah di Tanjungpinang memiliki akses air bersih. Program kerja KKN ini diharapkan menjadi titik awal bagi pemerintah daerah untuk menjadikan pemenuhan air bersih sebagai salah satu fokus pembangunan. Sebab, jika ingin meningkatkan kualitas hidup masyarakat, maka yang pertama harus diperbaiki adalah kualitas kesehatan, dan kesehatan berawal dari air bersih.

Penulis : Audi Muthia Aqila, Mahasiswa Prodi Teknik Sipil Fakultas Teknik UGM, KKN-PPM Unit 2025-KR008 Tanjungpinang Kota, Kota Tanjung Pinang, Kepulauan Riau

Artikel ini telah dimuat di kompasiana.com

Dari Coral Restoration hingga Taman Baca, Ini Inovasi KKN UGM di Maluku Tenggara

KKNSDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahteraSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Wednesday, 13 August 2025

Tim Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada

Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan komitmen menghadirkan perubahan nyata di Kecamatan Manyeuw, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra). Setelah sukses berkontribusi di Kecamatan Hoat Sorbay pada dua tahun sebelumnya, tahun ini mahasiswa UGM melaksanakan berbagai program inovatif yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.

Salah satu program unggulan adalah Mandiri (Manajemen Instalasi Infrastruktur Air Minum dan Irigasi). Selama dua bulan, mahasiswa UGM memasang jaringan perpipaan untuk mengatasi masalah air bersih dan melengkapi Taman Baca Ohoi Rumahdian dengan instalasi pemanen air hujan. “Tahun lalu kami membangun dua taman baca, tahun ini kami lengkapi dengan sistem penampungan air hujan agar lebih bermanfaat,” ujar Asisten Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM UGM, Ilham Maulana, di Manyenauw pada Selasa (12/8/2025).

Melalui program Saturasi (Sampah Terkelola untuk Generasi yang Asri), mahasiswa membangun Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di dekat Ohoi Debut dan menggandeng Badan Lingkungan Hidup (BLH) untuk memberikan pelatihan pengolahan sampah, termasuk mengubah sampah menjadi produk bernilai ekonomi.

Kepedulian lingkungan juga diwujudkan lewat Coral Restoration dengan penurunan 10 Artificial Patch Reef (APR) untuk memulihkan terumbu karang yang rusak akibat jangkar kapal, serta penanaman 1.000 bibit mangrove di Ohoi Rumahdian lengkap dengan rumah semai.

Di bidang kesehatan, tim KKN-PPM UGM menggelar pemeriksaan kesehatan gratis untuk 288 warga dan pemeriksaan gigi bagi 68 siswa SD. Sementara di sektor ekonomi, mereka bekerja sama dengan Dinas Koperasi Maluku Tenggara mengadakan pelatihan penguatan kelembagaan BUMO (Badan Usaha Milik Ohoi).

Sebagai puncak kegiatan, mahasiswa bersama Garuda Indonesia meresmikan Gapura Kampung Wisata Garuda Indonesia, simbol komitmen pengembangan pariwisata berkelanjutan Manyeuw. Meski direksi Garuda tidak dapat hadir, program Dosen Mengajar tetap berlangsung dengan kehadiran Wakil Rektor UGM yang memotivasi pelajar Maluku Tenggara untuk melanjutkan pendidikan di UGM. “Kami berterima kasih atas dukungan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara. Semoga program ini memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” tutup Ilham.

Dengan program yang menyasar air bersih, lingkungan, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi, KKN PPM UGM kembali membuktikan perannya sebagai agen perubahan di Maluku Tenggara.

Membangun Akses Air Bersih yang Setara dan Inklusif di Desa Patengan

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Tuesday, 12 August 2025

Sumber air di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Foto: Faradila Danis Wahidiyah

Desa Patengan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, yang dikenal sebagai desa yang kaya akan wisata alamnya. Namun, di balik indahnya potensi wisata alam yang ada, terdapat tantangan besar perihal pemerataan akses air bersih dan kualitas air yang tersedia di desa. Salah satu unit mahasiswa KKN-PPM UGM 2025 yaitu Galura Ciwidey pun berusaha dalam menghadirkan jawaban dari permasalahan pemerataan air bersih tersebut. Upaya tersebut terdiri dari pembuatan teknologi sederhana, pembuatan peta titik air, uji lab sumber mata air, kajian rancangan peraturan desa, dan edukasi partisipatif.

Dimulai dari observasi dan survei awal yang dilakukan oleh para mahasiswa pada 1 Juli 2025, permasalahan mengenai air di Desa Patengan berkaitan pada distribusi air yang belum merata dan juga terkait kualitas kandungan air. Terkait distribusi air, ditemukan bahwa terdapat beberapa RW yang memperoleh air dalam skala yang besar seperti Kampung Sindangreret (RW 02) dan Kampung Rahayu (RW 11), tetapi sebaliknya juga masih terdapat beberapa RW yang mendapat aliran air dalam skala kecil, seperti salah satunya di Kampung Patengan Baru (RW 13) dan Kampung Pamager Saren (RW 4). Selain mengenai distribusi, kualitas air juga menjadi sorotan utama. Berdasarkan survei dan wawancara yang telah dilakukan, beberapa mata air berpotensi tercemar akibat aktivitas pertanian dan juga limbah domestik, seperti contohnya pestisida dan pupuk kimia yang digunakan di area perkebunan, serta aliran air hujan yang membawa limbah rumah tangga ke mata air, yang menjadi faktor kontaminasi biologis dan kimiawi.

Untuk membuktikan kualitas sumber mata air secara ilmiah, mahasiswa KKN pun mengambil dua sampel utama yaitu mata air PELTON dan Curug Ceret, lalu mengirimkannya ke UPTD Laboratorium Kesehatan Kota Bandung untuk dianalisis kandungannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa air dari kedua sumber tersebut tidak memenuhi syarat kesehatan. Dari segi mikrobiologi, hasil kandungan air yang ditunjukkan berada di luar ambang batas dari parameter yang ditentukan oleh Permenkes No. 2 Tahun 2023, yaitu: Total Coliform di atas 200 CFU/100 ml (jauh dari batas yaitu 0/100 ml); E. Coli ditemukan sebanyak >200 CFU/100 ml (jauh dari batas yaitu 0/100 ml); serta Angka Lempeng Total sangat tinggi (308 koloni/ml).

Peta lokasi sumber air di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Foto: Tita Amalia Sudarma

Membangun Sistem Filtrasi Sederhana

Hasil analisis lengkap tersebut menandakan bahwa mata air di Desa Patengan sebenarnya sangat berisiko dan berbahaya apabila dikonsumsi langsung tanpa pengolahan lebih lanjut. Menjawab tantangan mengenai kualitas air tersebut, mahasiswa pun merancang dan membangun prototype sistem filtrasi sederhana. Teknologi ini menggunakan metode backwash, yaitu pembalikan aliran air secara manual untuk membersihkan kotoran yang menumpuk pada media filter. Sistem ini menggunakan isian berlapis berupa pasir silika, karbon aktif, zeolit, kerikil, dakron, dan spons yang bekerja secara bertahap dalam menyaring sedimen, partikel, hingga kontaminan mikrobiologis. Sistem ini dipilih karena memiliki beberapa keunggulan seperti memperpanjang umur media filter, minim perawatan, hemat biaya, tahan lama, serta ramah lingkungan dan aplikatif untuk masyarakat desa.

Inisiatif mahasiswa tersebut pun mendapat respons positif dari masyarakat. Pak Dadang, selaku Ketua RW 02, menyampaikan apresiasinya kepada mahasiswa atas usaha yang telah dilakukan oleh mahasiswa mulai dari pengujian sampel mata air hingga pengembangan sistem penyaringan air.

“Saya mewakili warga Kampung Sindangreret sangat mengapresiasi usaha yang diberikan oleh adik-adik mahasiswa yang telah menguji langsung kualitas air kami. Rancangan teknologi alat penyaringnya juga sangat menarik, dan saya berharap dapat dibantu untuk dibuatkan juga, dan diajarkan langsung kepada warga cara penggunaannya.” ujarnya. Permintaan tersebut pun mencerminkan antusiasme dan kebutuhan nyata dari warga terhadap upaya yang dilakukan oleh mahasiswa.

Selain sistem filtrasi sederhana tersebut, mahasiswa juga menyusun peta titik-titik mata air dan peta kondisi distribusi air di seluruh RW. Pemetaan ini digunakan untuk menunjukkan RW mana saja yang mengalami kelangkaan air, serta potensi lokasi penempatan sistem filtrasi selanjutnya. Tak hanya berhenti di situ, untuk masalah distribusi air yang tidak merata, mahasiswa juga menyusun rancangan awal kajian peraturan desa mengenai pemerataan air yang digunakan untuk mendorong pengelolaan air berbasis keadilan dan keberlanjutan. Substansi peraturan yang dikembangkan mencakup peraturan pembagian pemerataan air, serta dasar hukum dan kewenangan pemerintah desa dalam pengelolaan sumber daya air.

Selain solusi-solusi teknis, mahasiswa juga memperkuat upaya dengan melaksanakan sosialisasi edukasi konservasi air kepada warga desa. Dalam kegiatan ini, masyarakat pun diberikan edukasi mengenai pentingnya menghemat penggunaan air, menjaga kebersihan mata air, serta pengelolaan limbah domestik. Partisipasi aktif warga yang ditunjukkan dari sesi tanya jawab hingga pertanyaan lanjutan mengenai sistem filtrasi air menunjukkan potensi besar Desa Patengan dalam mengupayakan tata kelola air yang berkeadilan dan inklusif.

Penulis : Raia Ajeng Novradia, Mahasiswa Prodi Manajemen dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM< Sedang KKN-PPM Di Rancabali, Kab. Bandung (2025-JB010)

 

Kualitas Air Desa Patengan Disorot, Tim KKN-PPM UGM Ungkap Hasil Uji

KKNSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Tuesday, 12 August 2025

Tim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata-Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada yang menjalankan pengabdian di Desa Patengan, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung, menginisiasi kegiatan analisis kualitas air bersih yang digunakan warga. Penelitian ini berfokus pada dua sumber utama mata air di desa, yaitu mata air Pelton dan Curug Ceret, yang menjadi sumber utama kebutuhan air rumah tangga warga. Sampel air diambil dari kedua lokasi dan diuji di Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tanggal 14 Juli 2025. Pengujian mencakup parameter fisika, kimiawi, dan mikrobiologi.

Untuk sampel dari mata air Pelton, parameter fisika seperti warna, kekeruhan, Total Dissolved Solid (TDS) dan  masih berada di bawah batas maksimal yang diperbolehkan. Namun, uji kimiawi menunjukkan kandungan mangan (Mn) sebesar 0,27 mg/L, melebihi batas maksimum yang diperbolehkan yaitu 0,1 mg/L. Selain itu, hasil uji mikrobiologi menemukan jumlah bakteri Total Coliform dan E. coli lebih dari 200 CFU/100 ml, jauh di atas batas yang diperbolehkan yaitu 0 CFU/100 ml.

Sementara itu, hasil sampel dari mata air Curug Ceret menunjukkan parameter fisika dalam kondisi baik. Parameter kimiawi sebagian besar memenuhi baku mutu, kecuali nilai pH sebesar 6,01 yang berada di bawah rentang standar 6,5-8,5. Namun, hasil uji mikrobiologi juga menunjukkan kontaminasi yang cukup tinggi dengan Total Coliform lebih dari 200 CFU/100 ml, yang berarti air ini juga tidak memenuhi persyaratan air minum langsung tanpa pengolahan.

“Air bersih adalah salah satu kebutuhan mendasar bagi masyarakat. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa walaupun kondisi air secara fisik baik, pencemaran secara kimiawi dan mikrobiologi masih menjadi perhatian utama sehingga perlu pengolahan lebih lanjut seperti perebusan atau filtrasi sebelum dikonsumsi,” ujar Samuel, salah satu anggota tim KKN yang bertanggung jawab dalam kegiatan ini.

Sebagai bentuk keberlanjutan, tim KKN menyerahkan laporan hasil uji laboratorium kepada pemerintah desa untuk dijadikan dasar dalam perencanaan pengelolaan air bersih yang lebih baik di masa mendatang.

Penulis/Editor : Samuel Krishna Wira Waskita, Mahasiswa Prodi Kimia,Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM, Sedang KKN-PPM di Rancabali, Kab. Bandung (2025-JB010)

 

Pemetaan Sumber Mata Air Lokok Prabu oleh Tim KKN PPM UGM bersama Tim PAMDes

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi Layak Friday, 8 August 2025

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-NB002 Bayan, Kab. Lombok Utara

Minggu, 6 Juli 2025 Tim KKN-PPM UGM Lembaran Bayan 2025 bersama Tim PAMDes (Pengelola Air Minum Desa) Senaru melakukan survey untuk kebutuhan program kerja ke sumber Mata Air yang bernama Lokok Prabu. Lokok Prabu mungkin terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat di luar Desa Senaru.

Namun, bagi penduduk desa ini, Lokok Prabu adalah salah satu sumber mata air utama yang menopang kebutuhan air bersih ratusan kepala keluarga. Terletak di kawasan perbukitan hutan lindung yang masih alami, Lokok Prabu menyimpan potensi besar dalam mendukung ketahanan air masyarakat.

Awalnya, sumber mata air Lokok Prabu di Desa Senaru dikelola swadaya oleh masyarakat. Namun, seiring waktu muncul masalah distribusi air yang tidak merata, di mana rumah yang jauh dari sumber sering kekurangan air atau bahkan tidak mendapatkannya sama sekali.

Menurut Ketua PAMDes Senaru, Pak Saroan, hal ini diperparah oleh tidak adanya water meter, kurangnya pencatatan, minimnya pemeliharaan pipa, kurang koordinasi, dan ketiadaan dana perawatan, seperti ditambahkan oleh Bendahara PAMDes, Pak Saparwadi.

Untuk mengatasi ini, BUMDesa Senaru membentuk PAMDes pada tahun 2021 untuk mengelola dan mendistribusikan air bersih. Meskipun awalnya berbayar dan sempat ditolak warga, komitmen PAMDes telah meratakan akses air bersih dan membuat warga lebih tenang karena adanya pihak yang bertanggung jawab atas perawatan dan perbaikan.

Meski demikian, PAMDes masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk tunggakan iuran warga, minimnya data awal jalur distribusi, keterbatasan infrastruktur, kerusakan pipa akibat bencana alam, dan sistem pencatatan yang masih manual.

Menjawab berbagai tantangan yang dihadapi PAMDes Senaru, Tim KKN-PPM UGM Lembaran Bayan 2025 turut berkolaborasi.

Dari klaster Saintek, Tim KKN UGM merancang program kerja, yaitu pembuatan desain infografis PAMDes untuk edukasi masyarakat dan pemetaan serta analisis sistem aliran PAMDes untuk optimalisasi layanan air.

Kolaborasi Tim KKN UGM dan PAMDes Senaru: Solusi untuk Optimalisasi Sistem Air

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-NB002 Bayan, Kab. Lombok Utara

Survey kami lakukan pada pagi hari dengan persiapan yang cukup matang, Tim KKN-PPM UGM Lembaran Bayan 2025 yang berjumlah 12 beserta 4 orang dari Tim PAMDes berangkat dari titik kumpul di dekat pintu gerbang pendakian Gunung Rinjani Via Senaru.

Kurang lebih selama satu jam setengah yang terhitung sekitar 2,5 km kami berjalan menyusuri hutan lebat, jalan yang cukup curam, serta menurun. Dari Tim KKN-PPM UGM Lembaran Bayan 2025 dalam perjalanan sembari menitiki titik koordinat arah pipa menuju ke sumber Mata Air.

Rute pun tidak lupa kami catat, walaupun jalur yang lumayan sulit dilewati dan beberapa kali tergelincir tetapi semangat masih tetap membara untuk menuju ke sumber Mata Air Lokok Prabu.

Sampai pada sumber Mata Air Lokok Prabu, kami sempat beristirahat setelahnya langsung melakukan aksi pengukuran debit air, kemudian memastikan kembali rute dari titik kumpul hingga ke sumber Mata Air tepat baik dari segi waktu dan titik keberadaan pipa air.

Kaitannya dengan desain infografis yang akan dibuat adalah bertujuan untuk menyediakan informasi yang komprehensif dan mudah dipahami oleh masyarakat.

Infografis tersebut akan mencakup berbagai detail penting, mulai dari latar belakang terbentuknya PAMDes, sumber mata air utama yang digunakan, kualitas air PAMDes, pemetaan jaringan pipa air, sebaran pengguna layanan PAMDes, informasi tarif penggunaan, kontak narahubung, hingga dokumentasi visual kegiatan PAMDes.

Harapannya, dengan adanya infografis ini, masyarakat Senaru dapat lebih memahami dan mendukung upaya PAMDes dalam menjaga keberlanjutan pasokan air bersih di desa mereka.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-NB002 Bayan, Kab. Lombok Utara

Bersamaan dengan itu, program pemetaan dan analisis sistem aliran PAMDes akan menjadi langkah krusial untuk mengidentifikasi titik-titik krusial dalam jaringan distribusi. Dengan data yang lebih akurat dan visualisasi yang jelas, tim PAMDes dapat membuat keputusan yang lebih tepat untuk perbaikan, perluasan, dan pemeliharaan sistem, sehingga layanan air bersih dapat terdistribusi secara lebih merata dan efisien kepada seluruh warga Senaru.

Kolaborasi antara Tim KKN-PPM UGM Lembaran Bayan 2025 dan PAMDes Senaru ini diharapkan menjadi langkah awal yang signifikan dalam mewujudkan sistem aliran air yang optimal di Desa Senaru.

Penulis : Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-NB002 Bayan, Kab. Lombok Utara

Artikel ini telah tayang di goodnewsfromindonesia.id

Apresiasi Sekda Morowali Utara saat Pelepasan Mahasiswa KKN-PPM UGM

KKNSDGs 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh.SDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahteraSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education)SDGs 6 : Air Bersih dan Sanitasi LayakSDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Wednesday, 6 August 2025

Foto bersama usai Pelepasan Mahasiswa KKN-PPM UGM oleh Sekda Morowali Utara. Foto: KKN-PPM Morowali Utara

Sekretaris Daerah Kabupaten Morowali Utara, Musda Guntur, menghadiri kegiatan Ekspos Laporan sekaligus pelepasan mahasiswa KKN-PPM Universitas Gadjah Mada (UGM) di Aula Penginapan Thekozi Kota Kolonodale, Selasa (05/08/2025).

Kegiatan ini menandai berakhirnya masa pengabdian mahasiswa UGM di wilayah kabupaten Morowali Utara selama kurang lebih 50 hari, dalam kesempatan tersebut, mahasiswa KKN memaparkan hasil kerja mereka melalui laporan bertema “Optimalisasi Pengelolaan Lingkungan, Bencana Alam, dan Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat.

Laporan tersebut merangkum berbagai program yang telah dijalankan secara kolaborasi dengan masyarakat dan pemerintah desa. Beberapa program unggulan yang dipresentasikan meliputi peningkatan literasi pengelolaan UMKM, pembentukan sekolah siaga bencana, inovasi sistem deteksi peringatan banjir, gerakan sekolah hijau, serta pengelolaan sampah dan air bersih, program-program ini menjadi solusi langsung atas isu lingkungan dan kebencanaan yang dihadapi masyarakat Morut.

Mahasiswa KKN juga terlibat dalam pengembangan pariwisata berkelanjutan, khususnya di desa Tokonanaka, kolaborasi ini membuat daya tarik wisata desa semakin dikenal oleh masyarakat luas dan berpotensi menjadi destinasi unggulan di Morowali Utara.

Sekda Morut dalam sambutannya menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada seluruh mahasiswa UGM. Ia menyebut bahwa eksplorasi program kerja yang dijalankan sangat bermanfaat dan dapat menjadi bahan referensi bagi pemerintah daerah dalam menyusun langkah tindak lanjut ke depan. “ Dedikasi ini adalah hadiah besar bagi kami. Di saat yang sama, mahasiswa juga mendapatkan pengalaman luar biasa sebagai bekal untuk menghadapi dunia nyata setelah masa studi,” Jelas Sekda Morut.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN-PPM UGM, Dr. Djati Mardiatno, menyampaikan bahwa seluruh kegiatan mahasiswa selama KKN merupakan bagian dari proses pembelajaran dan pemberdayaan masyarakat, ia juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah kabupaten Morowali Utara atas dukungan dan persaudaraan yang terjalin selama kegiatan berlangsung.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua DWP Morut Husna Musda Guntur, Kepala Dinas Pendidikan M. Ridwan Dg. Malureng, serta sejumlah pejabat daerah lainnya yang hadir dalam penutupan program KKN-PPM UGM tahun 2025 di Morowali Utara.

1234
Universitas Gadjah Mada

Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Gadjah Mada

Jl. Pancasila Bulaksumur UGM, Blok G7,
Yogyakarta, Indonesia 55281
+62-274-552432
  +62-274-6492082, +62-274-6492083

whatsapp : 08112576939 (KKN)

 dit.pengabdian@ugm.ac.id
 Sekretariat DPKM : sekdit.dpkm@ugm.ac.id
Telepon Internal UGM : 82488(Sekretariat), 82486(KKN), 82490(Pemberdayaan Masyarakat).

 

© Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY