Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat
  • Beranda
  • Pos oleh
Pos oleh :

prayudhi.kurniawan

Sinergi KKN Sorai Waisai & BPJS Raja Ampat, Hadirkan Edukasi Literasi Asuransi di Raja Ampat

KKNSDGs 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh.SDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuanSDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuanSDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahtera Tuesday, 9 September 2025

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perlindungan keuangan diwujudkan oleh mahasiswa Aktuaria Universitas Gadjah Mada (UGM), Nathanael Yosefen, melalui kegiatan Edukasi Literasi Asuransi dan BPJS Ketenagakerjaan yang dilaksanakan di RW 05 Sapordanco, Waisai, Kabupaten Raja Ampat.

Kegiatan ini berlangsung sederhana di teras salah satu rumah warga, tapi diikuti dengan penuh antusias oleh puluhan masyarakat Kampung Warbayam.

Kehadiran warga yang bersemangat menunjukkan tingginya minat mereka untuk mengetahui lebih jauh tentang cara melindungi masa depan keluarga melalui asuransi maupun program jaminan sosial ketenagakerjaan.

Acara ini dapat terselenggara berkat kolaborasi erat antara mahasiswa dengan BPJS Ketenagakerjaan setempat, sebuah sinergi yang lahir dari kebutuhan nyata di lapangan bahwa literasi keuangan, khususnya mengenai asuransi, masih rendah di wilayah Raja Ampat.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Menurut data yang dimiliki oleh BPJS setempat, tingkat literasi dan inklusi keuangan di Indonesia memang menunjukkan tren positif dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi, di daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal) seperti Papua Barat Daya, pemahaman masyarakat tentang asuransi dan produk perlindungan keuangan masih jauh tertinggal.

Kondisi ini menjadikan banyak keluarga tidak memiliki jaring pengaman saat menghadapi risiko sosial maupun ekonomi, mulai dari kecelakaan kerja, penyakit, hingga ketidakpastian yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup sehari-hari.

Dari sinilah, mahasiswa UGM merasa perlu menghadirkan kegiatan edukasi yang bisa langsung menyentuh kebutuhan masyarakat.

Acara diawali dengan sambutan Ketua RW 05 yang menyampaikan apresiasinya atas kehadiran mahasiswa UGM di lingkungannya. Ia menekankan pentingnya kegiatan ini sebagai bentuk pembelajaran yang relevan bagi masyarakat.

“Kami menyambut baik inisiatif ini, karena masyarakat memang perlu lebih paham bagaimana melindungi keluarga melalui asuransi dan program pemerintah,” ujarnya di hadapan peserta.

Sambutan tersebut menjadi pembuka yang hangat sekaligus penanda dimulainya rangkaian kegiatan yang sarat makna.

Sebelum masuk pada materi utama mengenai literasi asuransi, sekumpulan mahasiswa dari kluster agro terlebih dahulu memperkenalkan beberapa program kerja yang tak kalah penting. Warga mendapat sosialisasi mengenai house farming atau pertanian rumah tangga, pembuatan pupuk organik, hingga pengolahan limbah rumah tangga.

Materi tersebut sangat diapresiasi karena berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat yang mayoritas masih mengandalkan pertanian dan sumber daya alam untuk menopang ekonomi keluarga.

Dengan cara ini, kegiatan terasa lebih komprehensif karena tidak hanya berbicara tentang perencanaan keuangan, tetapi juga menyentuh aspek keberlanjutan hidup masyarakat dari sisi pangan dan lingkungan.

Setelah itu, Nathanael Yosefen bersama tim memaparkan materi literasi asuransi dengan menggunakan media presentasi dan leaflet yang telah mereka siapkan secara khusus. Bahasa yang digunakan sengaja dibuat sederhana dan komunikatif agar dapat menjangkau seluruh peserta, tanpa terkendala perbedaan latar belakang pendidikan maupun usia.

Penjelasan mengenai fungsi dasar asuransi, manfaat perlindungan, serta kaitannya dengan kestabilan keluarga disampaikan dengan contoh-contoh nyata yang mudah dipahami warga. Suasana semakin hidup ketika warga mulai aktif mengajukan pertanyaan mengenai pengalaman pribadi mereka dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi.

Tidak hanya berhenti di situ, perwakilan dari BPJS Ketenagakerjaan juga turut memberikan sosialisasi yang lebih mendalam mengenai program perlindungan sosial bagi tenaga kerja. Warga diperkenalkan pada berbagai manfaat kepesertaan, termasuk jumlah subsidi, hak yang melekat bagi pemilik kartu, serta kewajiban yang perlu dipenuhi.

Penjelasan ini menjadi sangat penting karena sebagian besar masyarakat baru pertama kali mendapatkan informasi lengkap mengenai layanan BPJS Ketenagakerjaan.

Banyak peserta terlihat serius mencatat informasi yang diberikan, sementara yang lain antusias mengajukan pertanyaan seputar prosedur pendaftaran, iuran, hingga manfaat yang akan diperoleh ketika memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan kerja.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Sesi tanya jawab menjadi salah satu momen paling menarik dalam kegiatan ini. Berbagai pertanyaan dilontarkan dengan penuh rasa ingin tahu, mulai dari perbedaan asuransi swasta dengan BPJS, cara mendaftar secara kolektif, hingga bagaimana keluarga bisa tetap terlindungi meski penghasilan terbatas.

Mahasiswa maupun perwakilan BPJS dengan sabar menjawab setiap pertanyaan, sekaligus memberikan solusi praktis yang bisa diterapkan oleh masyarakat. Interaksi hangat ini menunjukkan bahwa masyarakat tidak hanya hadir sebagai pendengar pasif, tetapi benar-benar ingin memahami dan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka peroleh.

Dalam kesempatan itu, Nathanael Yosefen menegaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah membangun kesadaran baru di tengah masyarakat. “Harapannya, setelah memahami asuransi dan BPJS Ketenagakerjaan, bapak ibu di sini semakin sadar bahwa melindungi keuangan keluarga dari risiko tak terduga adalah bentuk nyata menjaga masa depan,” ujarnya. 

Hal senada juga diungkapkan oleh perwakilan dari BPJS Ketenagakerjaan setempat yang hadir dalam acara tersebut. Ia menyebut bahwa kerja sama dengan mahasiswa menjadi cara efektif untuk memperluas jangkauan edukasi, terutama di daerah yang selama ini sulit dijangkau oleh program sosialisasi pemerintah.

“Kolaborasi dengan mahasiswa bisa mempercepat penyebaran informasi. Kami berharap masyarakat lebih siap memanfaatkan fasilitas perlindungan sosial yang telah tersedia,” katanya.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa dan lembaga pemerintah mampu membawa manfaat nyata bagi masyarakat. Tidak hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa menghadapi risiko sosial dan ekonomi tidak bisa hanya mengandalkan keberuntungan, melainkan memerlukan perlindungan yang terencana.

Dengan terselenggaranya edukasi literasi asuransi dan BPJS Ketenagakerjaan di Raja Ampat, masyarakat diharapkan semakin melek terhadap pentingnya jaminan sosial. Lebih dari itu, kegiatan ini juga diharapkan mampu memotivasi warga untuk mengambil langkah preventif demi keberlanjutan kesejahteraan keluarga di masa depan.

Sebuah langkah kecil dari mahasiswa, namun dengan dampak yang besar bagi komunitas, sekaligus menjadi inspirasi bahwa literasi keuangan harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat tanpa terkecuali.

Penulis: Fakhri Muhammad, Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Artikel ini telah dimuat di goodnewsfromindonesia.id

Dari Fenomena Nikah Tak Tercatat, KKN Sorai Waisai Ajak Remaja Pahami Pentingnya Nikah Secara Sah

KKNSDGs 10 : Mengurangi KesenjanganSDGs 16: PerdamaianSDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahteraSDGs 5: Kesetaraan Gender Tuesday, 9 September 2025

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Puluhan siswa kelas 12 SMKS YPK Bukit Zaitun, Waisai, Raja Ampat tampak serius menyimak pemaparan dalam kegiatan sosialisasi bertajuk “Nikah Sah, Hidup Berkah: Kesadaran Hukum Perkawinan di Waisai”. Acara ini digelar oleh mahasiswa KKN-PPM UGM Tim Sorai Waisai pada Kamis, 17 Juli 2025, dengan tujuan menanamkan pemahaman hukum perkawinan kepada remaja sejak usia sekolah.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Program ini dipelopori oleh Sekar Wahyu, mahasiswa Program Studi Hukum UGM, yang menekankan pentingnya kesadaran hukum perkawinan bagi generasi muda. Sosialisasi berfokus pada aturan hukum perkawinan di Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019.

Melalui materi yang disampaikan, para siswa diperkenalkan pada hal-hal mendasar, mulai dari batas usia minimal perkawinan, risiko perkawinan dini, kewajiban pencatatan perkawinan melalui KUA atau Dukcapil, hingga konsekuensi hukum jika perkawinan dilakukan tanpa pencatatan negara.

Menurut Sekar, penting bagi siswa untuk memahami bahwa perkawinan tidak hanya berkaitan dengan persoalan pribadi atau budaya, tetapi juga memiliki aspek legal yang melindungi hak dan kewajiban setiap pihak. “Kesadaran hukum sejak remaja akan menciptakan generasi yang lebih kritis, rasional, dan taat aturan. Sosialisasi ini penting karena siswa kelas 12 sudah mendekati usia minimal perkawinan dan rentan terhadap isu perkawinan dini,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti fenomena yang masih sering dijumpai di Kelurahan Bonkawir, Distrik Kota Waisai, di mana pasangan muda hidup bersama tanpa ikatan perkawinan sah. Kondisi ini, menurutnya, berpotensi merugikan perempuan dan anak.

“Perempuan yang tidak memiliki status istri secara hukum sangat rentan kehilangan hak-haknya, baik dalam perlindungan, warisan, maupun pengakuan sebagai pasangan sah. Demikian pula anak yang lahir dari perkawinan tidak tercatat berisiko kehilangan hak identitas, perlindungan hukum, dan kepastian status di mata negara,” jelas Sekar.

Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa hubungan tanpa ikatan hukum sah juga rawan memicu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Bentuknya bisa berupa penelantaran ekonomi, kekerasan fisik, hingga kekerasan psikis. Tanpa perlindungan hukum yang jelas, perempuan dan anak kerap menjadi pihak yang paling dirugikan.

Sosialisasi yang digelar di aula sekolah ini dikemas secara interaktif. Tidak hanya berupa penyampaian materi, kegiatan juga menghadirkan studi kasus dan sesi tanya jawab agar siswa lebih mudah memahami.

Dalam salah satu sesi, siswa diajak berdiskusi mengenai kesulitan nyata yang dihadapi anak dari perkawinan tidak tercatat, misalnya saat mengurus akta kelahiran. Melalui contoh tersebut, siswa dapat melihat secara langsung pentingnya legalitas perkawinan dalam kehidupan sehari-hari.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Kepala SMKS YPK Bukit Zaitun, Martina Bonsapia, menyambut baik kegiatan ini. Ia menilai sosialisasi kesadaran hukum perkawinan sangat relevan dengan kondisi para siswa, khususnya kelas 12 yang tengah memasuki usia rentan.

“Kesadaran hukum sejak dini akan membantu siswa memahami bahwa perkawinan bukan hanya persoalan pribadi, tetapi juga menyangkut aspek legal yang melindungi hak suami-istri maupun anak. Kegiatan seperti ini sejalan dengan misi pendidikan menengah yang tidak hanya menyiapkan siswa secara akademik, tetapi juga membentuk karakter dan kesadaran sebagai warga negara yang baik,” ujarnya.

Melalui program “Nikah Sah, Hidup Berkah”, mahasiswa KKN Sorai Waisai berharap dapat memberikan bekal pemahaman hukum bagi siswa SMA/SMK di Raja Ampat.

Dengan pemahaman tersebut, generasi muda diharapkan mampu menghindari risiko perkawinan dini, lebih kritis dalam memandang persoalan hukum keluarga, serta menyadari pentingnya pencatatan perkawinan demi kepastian hukum, perlindungan, dan kesejahteraan keluarga di masa depan.

Kegiatan ini menjadi bukti nyata peran mahasiswa KKN-PPM UGM dalam mendukung pembangunan masyarakat melalui jalur edukasi hukum. Harapannya, program serupa dapat diperluas ke sekolah-sekolah lain di Raja Ampat agar semakin banyak generasi muda yang sadar akan pentingnya perkawinan sah dan tercatat sesuai hukum negara.

Penulis: Fakhri Muhammad, Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Artikel ini telah dimuat di goodnewsfromindonesia.id

Belajar Mitigasi Sejak Dini, Siswa SD Regina Antusias Ikuti Sosialisasi Tanggap Bencana dari Mahasiswa KKN Sorai Waisai

KKNSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 13: Penanganan Perubahan IklimSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education) Tuesday, 9 September 2025

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Puluhan siswa SD YPPK Santa Maria Regina, Distrik Kota Waisai, Kabupaten Raja Ampat, tampak antusias mengikuti kegiatan sosialisasi kebencanaan bertajuk “Awas Ada Bencana Alam”. Program ini digagas oleh mahasiswa KKN-PPM UGM Tim Sorai Waisai, Muhammad Faris Rizkyansyah dan Fadhilah Sava Kirana, dengan tujuan membekali siswa sekolah dasar mengenai pengetahuan serta keterampilan dasar dalam menghadapi potensi bencana alam.

Sebagai daerah kepulauan dengan kondisi geografis yang kompleks, Raja Ampat dikenal sebagai wilayah rawan bencana. Risiko gempa bumi, tsunami, tanah longsor, hingga banjir kerap mengancam kehidupan masyarakat.

Minimnya pengetahuan dasar mengenai mitigasi bencana, terutama di kalangan anak-anak, menjadi latar belakang utama mahasiswa KKN menginisiasi program edukatif ini.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Faris menjelaskan bahwa sosialisasi kebencanaan sejak usia sekolah dasar sangat penting, mengingat anak-anak adalah kelompok rentan sekaligus agen perubahan di lingkungan keluarga.

“Senang sekali melihat antusiasme anak-anak selama kegiatan ini, ditambah dukungan penuh dari para guru yang menerima kami dengan sangat baik. Edukasi ini penting agar siswa lebih paham bagaimana cara mencegah dan menanggulangi bencana, serta mengetahui langkah-langkah penyelamatan diri. Harapannya, mereka bisa menularkan pengetahuan ini kepada keluarga dan masyarakat, sehingga budaya sadar bencana terbentuk sejak dini,” ujar Faris.

Kegiatan dimulai dengan apel pagi dan doa bersama, diikuti sesi perkenalan mahasiswa KKN dengan para siswa untuk mencairkan suasana. Selanjutnya, siswa diberikan pengantar mengenai apa itu bencana alam dan potensi yang ada di sekitar lingkungan mereka disertai ilustrasi agar mengasah imajinasi langsung kepada para siswa.

Materi utama disampaikan dengan bahasa yang muda dimengerti, dilengkapi pemutaran video animasi edukasi bencana agar lebih mudah dipahami. Tidak hanya pasif menerima materi, siswa juga diajak aktif berdiskusi dan berbagi pengalaman tentang bencana yang pernah mereka alami, mereka bahkan sampai berebut untuk menjawab pertanyaan dengan meriah. 

Beberapa siswa menceritakan bagaimana rumah mereka pernah tergenang banjir dan bagaimana mereka merespons saat itu dengan pengetahuan yang seadanya.

Suasana semakin hidup ketika para siswa diajak mempraktikkan langkah tanggap bencana menggunakan metode bernyanyi.

Lagu jingle berjudul “Kalau Ada Gempa” yang menarik berisi panduan penyelamatan diri ini membuat siswa lebih mudah mengingat prosedur evakuasi dalam kondisi darurat. Dengan cara tersebut, pesan penting dapat tersampaikan tanpa terasa sulit dipahami.

Dalam merancang materi, mahasiswa KKN Sorai Waisai turut melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Raja Ampat.

Hal ini dilakukan agar konten edukasi benar-benar sesuai dengan kondisi lingkungan serta ancaman bencana yang kerap terjadi di Distrik Kota Waisai. Dengan begitu, siswa tidak hanya memahami teori, tetapi juga menyadari realitas kebencanaan yang ada di sekitar mereka.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Kepala Sekolah SD YPPK Santa Maria Regina memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. “Kami mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa KKN UGM yang telah melaksanakan program edukasi kebencanaan di sekolah kami. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk anak-anak, dan kami mendoakan semoga seluruh kegiatan KKN di Waisai dapat berjalan lancar hingga selesai,” ungkap Kepala Sekolah.

Melalui program “Awas Ada Bencana Alam”, siswa SD YPPK Santa Maria Regina diharapkan mampu memahami langkah mitigasi sejak dini, mengenali tindakan penyelamatan diri ketika menghadapi kondisi darurat, serta menumbuhkan budaya sadar bencana di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Kegiatan ini menjadi inspirasi untuk terus memperluas upaya edukasi kebencanaan ke sekolah-sekolah lain di Raja Ampat. Dengan bekal pengetahuan dan keterampilan yang tepat, generasi muda dapat tumbuh lebih siap, tangguh, dan berdaya dalam menghadapi berbagai kemungkinan bencana alam di masa depan.

Penulis: Fakhri Muhammad, Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Artikel ini telah dimuat di goodnewsfromindonesia.id

Lewat Program SIGIBER, KKN Sorai Waisai Lakukan Edukasi Kesehatan Gigi di Raja Ampat

KKNSDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahteraSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education) Tuesday, 9 September 2025

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Tawa anak-anak di SDN 33 Waiminir pagi itu pecah ketika mereka berbaris sambil memegang sikat gigi baru. Di antara sorak sorai, terdengar suara riuh menyanyikan lagu ceria yang dibawakan mahasiswa KKN-PPM UGM Sorai Waisai 2025.

Bagi sebagian orang, sikat gigi hanyalah rutinitas sepele. Namun,di Waisai, Raja Ampat, kegiatan ini terasa istimewa: sebuah cara baru untuk mengajarkan pentingnya menjaga kesehatan mulut sejak dini.

Selama Juni hingga Agustus 2025, mahasiswa Medika dari KKN-PPM UGM rutin menghadirkan program bertema “Gigi Sehat, Waisai Hebat” yang dirancang khusus untuk anak-anak sekolah dasar.

Diprakarsai oleh Intan Nur Sya’baningsih, Safira Maharani Wijaya, dan Seco Angelisa Widodo, program ini menghadirkan empat kegiatan yang memadukan edukasi, praktik langsung, eksperimen, dan hiburan.

Dari ‘Gigi Sehat, Waisai Hebat’ (SiGiBer: Sikat Gigi Bersama), ‘Senyum Manis Waisai: Edukasi Gigi Sehat dan Seru untuk Anak SD’, ‘Fluoride Fun Lab: Eksperimen Seru Gigi Kuat’, serta ‘Melodi Ceria di Kota Waisai’ yang menghadirkan sesi bernyanyi bersama anak-anak.

Seluruh kegiatan tersebut dilaksanakan di SDN 33 Waiminir, Komunitas Ruang Belajar Mayalibit (RBM), dan MTs Language Insan Mandiri, semuanya dikemas agar anak-anak belajar tanpa tekanan dan membawa suasana yang menyenangkan.

Dalam setiap sesi, mereka mengikuti setiap instruksi dengan penuh semangat, menjawab pertanyaan dengan antusias, hingga berebut ingin mencoba eksperimen sederhana tentang fluoride.

“Kami ingin anak-anak tidak hanya tahu cara menjaga gigi, maka dari itu kami kemas kegiatan ini dengan cara menyenangkan agar mereka tidak hanya paham, tetapi juga dapat melakukannya dikesehariannya,” ujar Intan Nur Sya’baningsih sebagai Koordinator Kluster Medika. 

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Tak hanya anak-anak, pihak sekolah dan komunitas lokal juga terlibat aktif. Richard Mnsen, pendiri Ruang Belajar Mayalibit, menyebut kegiatan ini memberi warna baru di tengah keseharian mereka.

Menurutnya, langkah sederhana seperti sikat gigi bersama bisa menjadi pintu masuk untuk membangun gaya hidup sehat sejak kecil.

“Kegiatannya sangat seru dan asik. Anak-anak sangat antusias. Apalagi program sikat gigi itu, sangat baik untuk anak-anak belajar menjaga kebersihan diri mulai dari sikat gigi. Harapannya ke depannya, hal ini bukan hanya jadi program semata, tetapi bisa masuk ke dalam dan merubah cara hidup sehat dan bersih bagi anak-anak di kampung, mulai dari sikat gigi,” sebutnya. 

Meski sederhana, inisiatif ini menjawab persoalan nyata di lapangan. Banyak anak di Waisai yang belum memiliki kebiasaan menyikat gigi secara teratur, serta minimnya pengetahuan tentang dampak gigi berlubang atau kesehatan mulut terhadap aktivitas sehari-hari.

Masalah ini bukan sekadar soal lubang kecil di gigi anak-anak, tetapi bisa memengaruhi berbagai aspek lain seperti konsentrasi belajar, kualitas gizi, hingga rasa percaya diri mereka. Dengan pendekatan tersebut, Kluster Medika menunjukkan bahwa edukasi kesehatan tidak harus membosankan, bahkan bisa menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh para anak.

Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Senyum lebar anak-anak yang muncul setelah rangkaian kegiatan tersebut menjadi bukti bahwa pesan itu tersampaikan. Lebih dari sekadar program KKN, yang tertinggal adalah kebiasaan baru: menyikat gigi dengan benar, menjaga kebersihan mulut, dan menganggap kesehatan sebagai bagian penting dari keseharian.

Dari Waisai, Raja Ampat, kita belajar bahwa perubahan besar sering kali berawal dari hal-hal kecil—seperti kebiasaan sederhana memegang sikat gigi dengan benar di tangan seorang anak.

Penulis: Fakhri Muhammad, Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-PBD004 Kota Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat Daya

Artikel ini telah dimuat di goodnewsfromindonesia.id

Mahasiswa UGM Tuntaskan Program Unggulan Berbasis Digitalisasi di Kabupaten Ngada

KKNSDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahteraSDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Monday, 1 September 2025

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Tim KKN-PPM UGM Senada Ngada 2025 resmi menuntaskan rangkaian program unggulan berbasis digitalisasi di dua desa lokasi pengabdian, yakni Desa Wae Ia dan Desa Wogo, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. Program ini menjadi bagian dari misi utama tim dalam mengintegrasikan potensi lokal dengan teknologi digital, serta menjawab tantangan era modern di masyarakat akar rumput.

Selama 50 hari pengabdian, mahasiswa KKN Senada Ngada melaksanakan berbagai kegiatan pelatihan dan pendampingan yang mengangkat tema besar digitalisasi dan pengembangan potensi lokal. Di Desa Wae la, fokus utama program adalah pada penguatan literasi digital dan penerapan teknologi sederhana yang mendukung pengembangan usaha mikro, pengelolaan desa, serta peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat.

Beberapa kegiatan unggulan yang telah dilaksanakan di Desa Wae Ia antara lain Workshop Pemasaran Digital, Pelatihan Desain Grafis Sederhana untuk Pelaku Usaha dan Pengembangan Pariwisata, Pelatihan Pengelolaan E-Commerce Sederhana, hingga Pengenalan Kecerdasan Buatan (AI) dan penggunaannya secara bijak. Selain itu, tim juga memberikan pelatihan digitalisasi administrasi desa melalui platform seperti Google Docs dan Spreadsheet, serta menyelenggarakan kampanye kesadaran privasi digital.

Tak hanya fokus pada ekonomi, aspek pendidikan dan kesehatan juga menjadi perhatian utama. Melalui program seperti Pengenalan Aplikasi Edukasi, Kenali Tanda Tumbuh Kembang Anak, dan Sosialisasi Kesehatan Reproduksi melalui Aplikasi FLO, mahasiswa turut menghadirkan pendekatan berbasis teknologi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang isu-isu penting di sekitar mereka.

Sementara itu, di Desa Wogo, Tim Senada Ngada mengangkat kekayaan lokal sebagai pijakan utama. Melalui serangkaian pelatihan dan riset, mahasiswa mendorong pengolahan komoditas lokal menjadi produk bernilai jual tinggi. Kegiatan seperti Pelatihan Pembuatan Nata De Moke, Gula Aren, Manisan Kolang Kaling, hingga Permen Gummy dari Aren dan Kopi, menjadi upaya konkret dalam mendukung ketahanan pangan dan ekonomi lokal.

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang tergabung dalam Tim KKN-PPM UGM Senada Ngada 2025 resmi menuntaskan rangkaian program unggulan berbasis digitalisasi di dua desa lokasi pengabdian, yakni Desa Wae Ia dan Desa Wogo, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur. – (dokpri)

Tidak hanya itu, tim juga menyusun formulasi produk hasil pertanian dalam bentuk buku panduan (guide book) yang dapat digunakan oleh masyarakat secara berkelanjutan. Program “Gizi dari Alam Ngada” pun turut diselenggarakan untuk memperkenalkan manfaat kesehatan dari kolang kaling kepada masyarakat.

Melalui digitalisasi dan pendekatan partisipatif, Tim KKN Senada Ngada berhasil menciptakan program yang tidak hanya menyentuh kebutuhan masyarakat saat ini, tetapi juga memberi bekal untuk masa depan. Warga diberikan akses terhadap pengetahuan dan keterampilan baru, dengan harapan dapat terus mengembangkan potensi desa secara mandiri dan berkelanjutan.

Penutupan kegiatan KKN Senada Ngada disambut hangat oleh masyarakat setempat, aparat desa, serta berbagai pihak yang telah berkolaborasi selama program berlangsung. Program berbasis digitalisasi ini menjadi bukti bahwa pengabdian mahasiswa tak hanya hadir untuk mengajar, tetapi juga membuka ruang belajar bersama, dari dan untuk masyarakat.

KAGAMA NTB Dukung KKN UGM di Nusa Tenggara Barat Meliputi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Edukasi Kesehatan, dan Peningkatan Infrastruktur

KKNSDGs 10 : Mengurangi KesenjanganSDGs 11 :Kota dan Pemukiman yang BerkelanjutanSDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuanSDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education)SDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Friday, 29 August 2025

Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 18 Januari hingga 22 Januari 2025. Tim UGM yang terlibat dalam kunjungan ini terdiri dari Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, Prof. Ir. Nanung Agus Fitriyanto, serta beberapa staf DPKM. Kegiatan ini bertujuan untuk meninjau implementasi program KKN serta mengevaluasi dampak dan efektivitasnya bagi masyarakat setempat.

Kunjungan ini juga dihadiri oleh Prof. Bartjan Pennink dan Mr. John Falvey dari University of Groningen, Belanda, yang turut serta untuk melihat langsung proses pelaksanaan KKN UGM di wilayah NTB. Kehadiran mereka diharapkan dapat membuka peluang kolaborasi internasional dalam pengembangan program pengabdian kepada masyarakat yang lebih luas dan berkelanjutan.

Tak hanya itu, Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) Provinsi NTB yang diketuai oleh dr. Nurhandini Eka Dewi juga turut serta dalam kegiatan ini. Dukungan dari KAGAMA menegaskan pentingnya keterlibatan alumni dalam mendukung pengabdian kepada masyarakat serta memperkuat hubungan antara UGM dan komunitas lokal.

Kunjungan monitoring dan evaluasi dilakukan di dua lokasi, yaitu unit Lombok Barat yang berada di Kecamatan Sekotong dengan dosen pembimbing lapangan Prof. Amir Husni, serta unit Lombok Tengah yang berada di Kecamatan Batukliang di bawah bimbingan Ir. Bondan Galih Dewanto, S.T., M.S. Di kedua lokasi tersebut, tim bertemu dengan perangkat desa tempat pelaksanaan KKN, yakni Desa Pagutan dan Desa Bujak di Lombok Tengah, serta Desa Batu Putih dan Desa Persiapan di Lombok Barat.

Salah satu temuan penting dari monitoring ini adalah perlunya pelaksanaan KKN secara berkelanjutan agar dapat memberikan dampak yang lebih signifikan bagi masyarakat setempat. Dalam diskusi dengan perangkat desa dan masyarakat, terungkap bahwa program KKN telah memberikan kontribusi positif dalam berbagai sektor, seperti pemberdayaan ekonomi masyarakat, edukasi kesehatan, dan peningkatan infrastruktur dasar. Hal ini sesuai dengan SDGs 8, SDG 3, dan SDG 9.

UGM menekankan pentingnya kolaborasi dengan berbagai pihak seperti pemerintah daerah, universitas lain, sektor swasta, NGO, alumni di daerah, dan akademisi guna meningkatkan efektivitas dan optimalisasi program KKN. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat sinergi antara akademisi dan masyarakat dalam mengatasi berbagai tantangan sosial dan ekonomi di daerah setempat.

Selain melakukan evaluasi, tim juga memberikan beberapa rekomendasi untuk perbaikan program di masa mendatang, seperti penguatan koordinasi dengan mitra lokal, peningkatan kapasitas mahasiswa dalam bidang sosial dan teknis, serta pengembangan program berbasis kebutuhan spesifik masyarakat. Dengan adanya perbaikan ini, diharapkan KKN UGM dapat menjadi program yang lebih adaptif dan berdaya guna bagi masyarakat.

Dengan kunjungan ini, diharapkan program KKN UGM bersama KAGAMA dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan daerah, serta menjadi model bagi perguruan tinggi lainnya dalam mengimplementasikan program pengabdian  kepada masyarakat yang efektif dan berkelanjutan. 

[Sumber Berita: KAGAMA NTB, Editor: Kamila, Foto: KAGAMA NTB]

Kampung Madu Kedungpoh Lor Siap Menjadi Destinasi Eduwisata yang Menginspirasi

KKNSDGs 1 : Menghapus KemiskinanSDGs 2 : Tanpa KelaparanSDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan EkonomiSDGs 9 : Industri, Inovasi dan Infrastruktur Friday, 29 August 2025

Pasar Kampung Madu. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-YO174 Nglipar, Kab. Gunung Kidul

Dusun Kedungpoh Lor yang terletak di Nglipar, Gunungkidul, DI Yogyakarta, telah dikenal sebagai penghasil madu alami dan pusat kegiatan berbasis masyarakat yang patut diapresiasi. Kampung Binaan PLN, hasil kolaborasi antara PLN, UGM, dan masyarakat Kedungpoh ini memiliki berbagai kelompok swadaya masyarakat yang aktif bergerak, seperti Kelompok Wanita Tani, Kelompok Petani Madu, dan Kelompok Bank Sampah. Kegiatan utama meliputi budidaya lebah madu Apis cerana , pengelolaan Pasar Kampung Madu, pengoperasian greenhouse , pengelolaan sampah organik dan anorganik, serta pelestarian Hutan Rakyat Pandanwangi yang menjadi aset penting dalam mendukung keberlanjutan desa.

Dalam upaya meningkatkan potensi lokal tersebut, rencana pembangunan eduwisata Kampung Madu diharapkan mampu memperkenalkan keunikan desa ini kepada khalayak luas sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Eduwisata ini akan menggabungkan aspek edukasi, budaya, dan pariwisata untuk menarik minat wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Kemudian, pada 2025 PLN berencana melakukan pengelolaan dan pemberian fasilitas kepada kelompok seni tradisional dan mengintegrasikan aktivitas Kedungpoh sebagai desa eduwisata. Dan exit program di tahun 2026, PLN berkeyakinan Kedungpoh sudah berdaya melalui eduwisata berbasis budidaya lebah madu”, jelas Adi, Manager PLN UP3 Yogyakarta.

Eduwisata Kampung Madu akan menggabungkan pengalaman belajar, rekreasi, dan eksplorasi budaya. Pengunjung tidak hanya diajak untuk menikmati suasana pedesaan yang asri, tetapi juga memahami proses budidaya lebah madu, pengelolaan sampah, hingga pembuatan produk organik seperti pupuk vermikompos.

RENCANA PAKET WISATA  KAMPUNG MADU KEDUNGPOH LOR 

PAKET STUDI BANDING

Pengunjung dapat belajar dari alam dan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan baru tentang budidaya lebah madu, pengelolaan desa wisata, dan produktivitas lokal.

  •  10 orang.Rp. 200.000/orang

Fasilitas : Narasumber, cemilan 1x, makan prasmanan 1x, budidaya lebah madu Apis cerana , Pasar Kampung Madu, Greenhouse, Pengelolaan sampah organik dan Anorganik, Hutan Rakyat Pandanwangi

Pendopo    (speaker, LCD, tikar)

  • 11 — 20 orang Rp. 120.000/orang

Fasilitas : Narasumber, cemilan 1x, makan prasmanan 1x, budidaya lebah madu Apis cerana, Pasar Kampung Madu, Greenhouse, Pengelolaan sampah organik dan Unorganik, Hutan Rakyat Pandanwangi

Pendopo    (speaker, LCD, tikar)

  • 21 – 30 orang Rp. 100.000/orang

Fasilitas : Narasumber, cemilan 1x, makan prasmanan 1x, budidaya lebah madu Apis cerana, Pasar Kampung Madu, Greenhouse, Pengelolaan sampah organik dan Unorganik, Hutan Rakyat Pandanwangi

Pendopo    (speaker, LCD, tikar)

  • >30 orang Rp. 50.000/orang
Remaining Time

Fasilitas : Narasumber, cemilan 1x, makan prasmanan 1x, budidaya lebah madu apis cerana, Pasar Kampung Madu, Greenhouse, Pengelolaan sampah organik dan Unorganik, Hutan Rakyat Pandanwangi

Pendopo    (speaker, LCD, tikar)

PAKET EDUKASI

Pembuatan pupuk vermikomposting : Belajar proses pembuatan pupuk dari kotoran sapi menjadi pupuk organik/kompos siap pakai

  • Minimal 5 orang           = Rp. 40.000/orang
  • 6 — 10 orang                   = Rp. 35.000/orang
  • 11 — 20 orang                 = Rp. 30.000/orang
  • 21 — 30 orang                 = Rp. 25.000/orang
  • >30 orang                        = Rp. 10.000/orang 

Fasilitas :Narasumber, Pendopo

Budidaya Cacing. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-YO174 Nglipar, Kab. Gunung Kidul

Stup Lebah : Belajar proses pembuatan Stup Lebah

  • Minimal 5 orang           = Rp. 50.000/orang
  • 6 — 10 orang                   = Rp. 40.000/orang
  • 11 — 20 orang                 = Rp. 30.000/orang
  • 21 — 30 orang                 = Rp. 25.000/orang
  • >30 orang                        = Rp. 15.000/orang

Fasilitas :Narasumber, Pendopo

Stup Lebah. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-YO174 Nglipar, Kab. Gunung Kidul

Lebah Madu : Budidaya Lebah Madu Apis Cerana

  • Minimal 5 orang           = Rp. 50.000/orang
  • 6 — 10 orang                   = Rp. 40.000/orang
  • 11 — 20 orang                 = Rp. 30.000/orang
  • 21 — 30 orang                 = Rp. 25.000/orang
  •  >30 orang                       = Rp. 15.000/orang

Fasilitas :Narasumber,Pendopo

Bank Sampah : Belajar pengelolaan sampah

  • Minimal 5 orang           = Rp. 50.000/orang
  • 6 — 10 orang                   = Rp. 40.000/orang
  • 11 — 20 orang                 = Rp. 30.000/orang
  • 21 — 30 orang                 = Rp. 25.000/orang
  •  >30 orang                       = Rp. 15.000/orang

         Fasilitas :Narasumber, Pendopo  

Camping Ground : Kemah di Hutan Rakyat Pandanwangi

  • Minimal 5 orang           = Rp. 50.000/orang
  • 6 — 10 orang                   = Rp. 40.000/orang
  • 11 — 20 orang                 = Rp. 30.000/orang
  • 21 — 30 orang                 = Rp. 25.000/orang
  •  >30 orang                       = Rp. 15.000/orang

Fasilitas :Narasumber, Pendopo

PAKET OUTBOND

  • Minimal 30 orang         = RP. 185.000/orang
  • 31 — 50 orang                 = Rp. 165.000/orang
  • 51 — 100 orang              = Rp. 150.000/orang
  • >100 orang                     = Rp. 140.000/orang

Fasilitas : Icebreaking, 3 game, guide, fasilitator, cemilan lokal 1x, makan prasmanan 1x

Kegiatan Outbound MAPALA. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-YO174 Nglipar, Kab. Gunung Kidul

Pembangunan eduwisata ini diharapkan mampu mendukung pertumbuhan ekonomi lokal, memperkuat identitas budaya, dan meningkatkan kesadaran lingkungan. Dengan program wisata yang terstruktur, Kampung Madu Kedungpoh Lor siap menjadi destinasi unggulan yang menginspirasi. Kampung Madu Kedungpoh Lor bukan sekadar tempat untuk berkunjung, tetapi juga ruang belajar, berbagi, dan mendapatkan inspirasi dari harmoni yang terjalin antara manusia, alam, dan tradisi.

Penulis: Dwi Rini Wahyuningsih, Mahasiswa Fakultas Geografi UGM, KKN-PPM Unit 2024-YO174 Nglipar, Kab. Gunung Kidul, DI Yogyakarta

Artikel ini telah tayang di Kompasiana.com

 

Mahasiswa KKN-PPM UGM Melaksanakan Program Sosialisasi dan Pendampingan Pengelolaan Arsip di Kelurahan Waioti

KKNSDGs 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh. Friday, 29 August 2025

Kegiatan Sosialisasi Pengelolaan Arsip di Kantor Kelurahan Waioti. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-NT019 Alok, Kab. Sikka

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada, Dihya Ustman Kodaruslan (21) dari Program Studi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi dan Aqilur Rachman Abdul Charitzs (20)  dari Program Studi Antropologi Budaya melaksanakan program sosialisasi dan pendampingan arsip kepada perangkat Kelurahan Waioti pada tanggal 20-23 Januari 2025. Kegiatan sosialisasi dilaksanakan selama 1 hari dan kegiatan pendampingan dilaksanakan selama 3 hari. Dalam kegiatan sosialisasi, mereka menjelaskan tentang daur hidup arsip, empat pilar pengelolaan arsip dinamis, regulasi tentang pengelolaan arsip yang berlaku, tugaspokok, fungsi, dan struktur organisasi profil pencipta arsip, serta tahapan pengelolaan arsip di Kelurahan Waioti. Kegiatan pendampingan pengelolaan arsip dilakukan untuk memberikan contoh pengelolaan arsip yang sebaiknya dilaksanakan. Kegiatan pendampingan berkolaborasi dengan dua mahasiswa Unipa yang sedang melaksanakan magang di Kantor Kelurahan Waioti. Perangkat kelurahan sangat mendukung program tersebut karena beberapa arsip di kantor Kelurahan Waioti belum terkelola sesuai peraturan yang berlaku. Mahasiswa KKN berharap agar pendampingan yang telah dilakukan dapat berlanjut agar arsip yang diciptakan pada masa berikutnya tetap terkelola dengan baik. 

Penulis: Dihya Ustman Kodaruslan, Mahasiswa Prodi D4 Pengelolaan Arsip Dan Rekaman Informasi Sekolah Vokasi UGM, KKN-PPM Unit 2024-NT019 Alok, Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur

Artikel telah tayang di Kompasiana.com

Kelurahan Waioti Kini Memiliki Email Baru: Mahasiswa PPM-UGM Melakukan Pendampingan Pembuatan Email di Kelurahan Waioti

KKNSDGs 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh. Friday, 29 August 2025

Kegiatan sosialisasi pembuatan Email dengan pegawai kantor Kelurahan dan Bapak Lurah. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-NT019 Alok, Kab. Sikka

Waioti memiliki Email baru. Email baru ini merupakan hasil dari upaya pendampingan KKN-PPM UGM (Kuliah Kerja Nyata – Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah Mada) di Kelurahan Waioti. Kegiatan yang dilakukan dalam pendampingan ini adalah (1) Mensosialisasikan alamat Email dan kata sandi yang telah dibuatkan, (2) Mensosialisasikan cara merubah recovery Email, (3) dan terakhir mensosialisasikan fitur-fitur Gmail sebagai perangkat pembantu penyuratan dan perpindahan dokumen dengan efektif.Upaya pendampingan ini merupakan program lanjutan dari program kerja “Sosialisasi Pendampingan Pengelolaan Arsip di Keluarahan Waioti” yang dilaksanakan oleh saya dan Dihya Ustman Kodaruslan (21) dari Program Studi Pengelolaan Arsip dan Rekaman Informasi. Setelah melaksanakan pendampingan pengelolaan arsip, dari penataan hingga penyusunan berkas menggunakan aplikasi Microsoft Excel, kami mengidentifikasi bahwa Kelurahan Waioti tidak memiliki Email karena Email terdahulu yang dimiliki nya telah hilang.

Dari permasalahan tersebut pendampingan pembuatan Email dilakukan. Jenis Email yang dipilih untuk pendampingan ini adalah Gmail (Google Mail). Gmail adalah layanan email berbasis web gratis yang menyediakan penyimpanan pesan sebesar 15 GB untuk pengguna dan kemampuan untuk mencari pesan tertentu (Hanna,2022). Penyimpanan ini tidak hanya digunakan untuk menyimpan pesan. Akan tetapi, juga dimanfaatkan untuk menyimpan data keluar dan masuknya surat dan dokumen resmi Kelurahan Waioti. Pendataan keluar-masuk surat ini dicapai dengan Gmail dengan cara menggunakan aplikasi web Google Form dan Google Sheets.

Bapak Alwi selaku Lurah Waioti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada KKN-PPM UGM, telah menata kembali arsip dan membuatkan email resminya. Bapak Alwi mengatakan bahwa beliau telah menunggu lama ada seseorang untuk dapat membantu dalam pengarsipan dan mengembalikan sistem pengarsipan digital yang pernah dimiliki Kelurahan Waioti yang lama ditinggalkan karena pandemi Covid 19. Menurutnya pembuatan Email dan sosialisasi ini dapat menjadi langkah awal mengembalikan masa kejayaan kelurahan Waioti. Dimana semua persuratan dan dokumen tersimpan dan terintegrasikan secara digital dengan baik. Berikut adalah Email barunya Kelurahan Waioti: KelurahanWaioti10@gmail.com.

Penulis: Aqilurrachman Abdul Charitzs, Mahasiswa Prodi Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM, KKN-PPM Unit 2024-NT019 Alok, Kab. Sikka, Nusa Tenggara Timur

Artikel telah tayang di Kompasiana.com

Menggali Potensi Pertanian Desa Kepuh: Kunci Peningkatan Ekonomi Lokal

KKNSDGs 1 : Menghapus KemiskinanSDGs 2 : Tanpa KelaparanSDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Friday, 29 August 2025

Pertanian menjadi sektor unggulan Desa Kepuh. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-JB036 Lemahsugih, Kab. Majalengka

Desa Kepuh merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka. Desa ini menjadi desa dengan potensi pertanian yang menjanjikan. Tidak hanya iklim yang mendukung, Desa Kepuh memiliki lahan pertanian yang subur dengan hasil panen yang melimpah setiap tahunnya. Pertanian ini tentunya menjadi komoditas unggulan yang berperan sebagai kunci dalam peningkatan ekonomi lokal.

Keunggulan Geografis dan Komoditas

Secara geografis, Desa Kepuh berada di area perbukitan di sisi barat Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumedang. Meskipun dengan lereng yang cukup curam, desa ini terletak di ketinggian yang ideal untuk berbagai jenis komoditas pertanian seperti padi, jagung, dan tembakau. 

  1. Padi

    Sebagai komoditas utama, padi menjadi tulang punggung ekonomi Desa Kepuh. Sistem tanam yang terorganisir menjadi kunci hasil panen yang signifikan setiap tahunnya. Padi ditanam untuk dua hingga tiga kali musim panen yang mayoritas dimulai pada awal musim penghujan (November atau Desember)

  2. Jagung
    Jagung menjadi salah satu komoditas utama di samping padi. Jagung biasa ditanam pada periode kedua atau ketiga musim panen sebagai pengganti padi. Keunggulan jagung sendiri adalah tidak diperlukannya penyemaian seperti pada komoditas padi. 

  3. Tembakau
    Selain padi dan jagung, pada musim kemarau (periode panen ketiga), sebagian petani memilih untuk menanam tembakau. Hal ini dikarenakan tembakau tidak memerlukan air yang melimpah sehingga cocok ditanam saat hujan tidak terlalu intens.

Tantangan dan Peluang

Pertanian di Desa Kepuh menghadapi banyak tantangan. Foto: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2024-JB036 Lemahsugih, Kab. Majalengka

Di samping potensi pertanian yang melimpah, sektor ini tentunya tidak luput dari tantangan dan permasalahan. Salah satunya berasal dari sumber air yang merupakan aspek krusial dalam pertanian. Di area yang tinggi, sumber air terbatas pada air permukaan. Selain itu, akses terhadap sumur bor dan mata air cukup terbatas di beberapa situs.

Beralih ke hasil pertanian, surplus pertanian yang terjadi di Desa Kepuh belum diiringi dengan ketersediaan fasilitas penyimpanan. Hal ini berakibat pada petani harus menjual seluruh hasil panen di musim panen meskipun dengan harga rendah. Keuntungan yang kecil berdampak pada kurangnya modal untuk musim tanam selanjutnya. Lebih jauh lagi, hal ini berdampak pada berkurangnya minat anak muda untuk bekerja di sektor pertanian karena dianggap kurang menguntungkan.

Menuju Pertanian Berkelanjutan

Potensi pertanian di Desa Kepuh yang besar menjadikan desa ini sebagai aset berharga dalam sektor pertanian nasional. Untuk meningkatkan potensi ini, diperlukan penerapan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan seperti rotasi tanaman pertanian dan penerapan teknologi ramah lingkungan untuk mengurangi dampak-dampak permasalahan di sektor pertanian.

Kolaborasi antara masyarakat dengan pihak pemerintah juga turut menjadi kunci. Program-program seperti pembentukan koperasi tani serta pemberian edukasi dan pelatihan kepada petani dapat membantu optimalisasi hasil tani. Dengan arah pengembangan yang tepat, sektor pertanian tentunya dapat memberi kontribusi bagi ketahanan pangan dan penggerak utama dalam peningkatan ekonomi lokal.

Penulis: Anggit Risky Setyowati, Mahasiswa Fakultas Geografi UGM, KKN-PPM Unit 2024-JB036 Lemahsugih, Kab. Majalengka, Jawa Barat

Artikel ini telah dimuat di kompasiana.com

123…41
Universitas Gadjah Mada

Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Gadjah Mada

Jl. Pancasila Bulaksumur UGM, Blok G7,
Yogyakarta, Indonesia 55281
+62-274-552432
  +62-274-6492082, +62-274-6492083

whatsapp : 08112576939 (KKN)

 dit.pengabdian@ugm.ac.id
 Sekretariat DPKM : sekdit.dpkm@ugm.ac.id
Telepon Internal UGM : 82488(Sekretariat), 82486(KKN), 82490(Pemberdayaan Masyarakat).

 

© Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY