• Tentang UGM
  • Simaster
  • KKN-PPM
  • Student Community Service
  • Jurnal Pengabdian
  • Mitra Pengabdian
  • Workshop UMKM
  • Indonesia
    • Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat
  • Beranda
  • Subdirektorat
    • Kuliah Kerja Nyata
      • KKN-PPM
      • SCS-CEL
    • Pemberdayaan Masyarakat
      • RCE – Yogyakarta
      • UMKM
      • TTG
      • DERU – UGM
      • Wilayah Binaan
  • Galeri
    • Foto
    • Video
  • Data & Informasi
  • Publikasi
  • Tentang
    • Sekilas DPkM
    • Struktur Organisasi
    • Kontak
  • Beranda
  • Berita Utama DPkM
  • KKN
  • Jalan Panjang Pengabdian UGM di Tanjung Pinang

Jalan Panjang Pengabdian UGM di Tanjung Pinang

  • KKN, SDGs 10 : Mengurangi Kesenjangan, SDGs 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh., SDGs 17 : Kemitraan untuk mencapai tujuan, SDGs 3 Kehidupan sehat dan sejahtera, SDGs 4 : Pendidikan berkualitas (quality education), SDGs 8 : Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi, SDGs 9 : Industri, Inovasi dan Infrastruktur
  • 26 Agustus 2025, 11.49
  • Oleh: prayudhi.kurniawan
  • 0

Kaos biru-biru mahasiswa telah memadati lapangan Graha Sabha Pramana (GSP) pada Jumat, (20-6) menandai penerjunan ratusan Tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) periode 2 yang salah satunya datang dari Tim dari Gemerlap Pinang Tanjung Pinang, Kepulauan Riau untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat Kampung Madong, Sei nyirih, dan Senggarang. Tim KKN Gemerlap Pinang memeroleh kesempatan untuk menjalankan program kerja yang sesuai dengan minat studi yang dikelompokkan berdasarkan empat klaster, sosial- humaniora ( Soshum) , sains dan teknologi (Saintek), agro, dan medika.

Tiba kami di Bandara Raja Haji Fisabilillah Tanjungpinang setelah melewati penerbangan dari Jakarta pada (23-06), kami disambut oleh pemerintah Kota Tanjungpinang di Kantor Wali Kota, setelah itu kami tiba di perkampungan Madong dan Senggarang. Di perkampungan menjadi hal yang biasa terjadi untuk meminta petunjuk dari warga. Petunjuk dari warga adalah untuk membiasakan bertegur sapa dan jangan muka salemba (tembok) apabila bertemu dengan warga. Satu dari beberapa hal yang masih kami ingat untuk menjadi pedoman selama berkegiatan KKN.

Tentu kedatangan kami tidak bermodal kepala kosong. Latar belakang kedatangan kami berdasarkan alasan yang kuat. Tema “Penguatan Pilar Ekonomi Berkelanjutan Melalui Strategi Optimalisasi Sumber Daya Lokal dan Pelestarian Lingkungan” menjadi fokus utama kegiatan yang berlandaskan pada empat masalah utama yaitu masalah ekonomi pembangunan, masalah lingkungan, dan peningkatan sumber daya manusia.

Tanjungpinang memiliki potensi ekonomi besar sebab menjadi simpul sejarah ekonomi kuat yakni SIJORI (Singapura-Johor-Riau) yang akar historisnya sudah dibangun semenjak zaman perdagangan Gambir abad 19-an. Tanjungpinang memiliki historis sebagai kota pelabuhan yang menjadi tempat singgah bagi anak semua bangsa–dari beragam suku, ras, dan agama. Cerita pinggiran dari sekitaran pelantar menjadi ruang hidup ekonomi bagi komunitas yang tidak lagi memegang identitas tunggal. Telah terjadi pembauran multi etnisitas baik dari etnis Melayu, Tionghoa, Jawa, Bawen, Bugis, Flores, dan ragam suku lainnya. KKN Gemerlap Pinang periode 2 tahun 2025 memiliki kesempatan untuk tinggal di perkampungan Madong dan Senggarang. Adalah perkampungan yang sangat kental dengan pembauran budaya dari suku bangsa lain yakni, budaya Tionghoa. Pelacakan terhadap budaya Tionghoa banyak dijumpai di sekitaran pelantar senggarang. Di Senggarang terlihat perkampungan yang memiliki identitas kesukuan yang kuat, antara lain Kampung Melayu, Kampung Bringin, dan Kampung Boyan. Maka kampung-kampung ini disebut sebagai Kampung Pancasila sebab identitas multikulturalnya.

Bergeser di lokasi KKN yang lain, yakni Madong yang juga memiliki pelantar dengan menyimpan keindahan mangrove, potensi wisata dan budayanya yang masih sangat kental dengan kemelayuannya yang bercorak melayu-arab. Orang-orang Madong memiliki tradisi lisan yang kuat dari budaya berpantunnya, pepatah melayu, dan ikatan kultural yang kuat dengan kebiasaan melakukan kenduri untuk doa keselamatan atau arwah. Akar historis kampung ini sebenarnya adalah melayu-bugis karena banyak keturunannya yang memiliki trah tersebut. Meskipun tak sedikit dari mereka telah membaur dengan suku bangsa lain secara garis keturunan.

Perhatian kami pada ekonomi pembangunan dan faktor kebudayaan menjadi lokus program kerja selama 50 hari. Program yang dilaksanakan memiliki bentuk rupa tingkatan dan tantangan berbeda. Program kerja tersebut berdasarkan indikator keberlanjutan dan tingkat jangkauan yang tiap-tiap memiliki sasarannya masing-masing.

Ruang–interaksi di rumah, posyandu, sekolah, gubuk, kelong, gedung TPA, kedai kopi basket dan pelantar adalah tempat jumpa bercakap-cakap dalam melaksanakan program kerja keseharian. Di madong, sering-sering kami meminta bantuan dari Pak Am untuk mengantarkan dengan pongpong menuju Sei Nyirih. Tak lupa ada budak melayu yang selalu mendampingi, Daham. Menyusuri kerindangan pohon mangrove, perlahan-lahan menuju pelantar di sei nyirih. Kampung Senggarang adalah tempat berjumpa kulineran yang enak seperti teh tarik Pak Samsul, Mie Tarempak, dan Nasi Goreng Seafood. Di dekat klenteng, biasa kami bercengkrama untuk sekedar menikmati sunset sembari berfoto dan ngobrol ngalor ngidul.

Dari perkampungan madong satu hal menarik adalah merasakan untuk menjalin kegiatan seperti mengecat posyandu, mengikuti kenduri warga, main sampan, nongkrong di gubuk beri Rasa Cinta (BRC) dan tentu ngopi di perempatan gapura Reforma Agraria. Syahril adalah bestie kami selama menjalankan program kerja, tentu banyak hal dan pelajaran yang kami dapatkan. Pengecatan posyandu, pemasangan reflektor, pemasangan filter air bersih TTG selalu ada didampinginya.

Rusydi–adalah bapak asuh kami, yang mengenalkan kami pada sirkel kampung bernama BRC. Dari obrolan tiap malam kami selalu mendapatkan nasehat yang kerap kami sebut tiga S : sosial-sosial-sosial. Kopi tengker, kerupuk gonggong, dan gorengan adalah sahabat obrolan ditengah angin malam yang berhembus dari laut.

Petualangan yang paling berkesan selama kami di Madong adalah mencari gonggong. Dalam pencarian gonggong, hal yang perlu diperhatikan adalah membawa ratu gonggong atau disebut Killah. Menebar-nebarkan air dengan killah, sontak membawa keriuhan bagi gonggong lain untuk keluar dari kandangnya. Sudah nampak batangnya, lalu kami tangkap dan masukkan dalam tabung bak.

Selama menjalankan program kerja di kota, kami sering menggunakan transportasi laut di pelantar Senggarang. Atas petunjuk pemuda setempat, bernama Riki kami mendapatkan wejangan agar mendapatkan harga murah untuk naik pongpong–”jangan tanya harganya berapa, langsung selipkan uangnya di kotak pongpong”, ujarnya.

Menuju ke kota lama dengan menggunakan jalur laut adalah pengalaman yang mengenang dengan hanya membayar pongpong 5 ribu dari pagi-sore, bila malam 10 ribu. Biasa kami turun di pelantar 1 untuk menuju ke daerah kota lama dan pasar. Di balik keriuhan pasar dan kota lama terdapat destinasi yang masuk radar kami. Tentu atas rekomendasi Kak Asti, yang saat itu kami berjumpa pas banget kakaknya sedang melakukan tur-tur jalan kaki di Pulau Penyengat. Dari pertemuan itu, kami berniat untuk mengikuti tur itu dikemudian hari. Sampailah tiba kami diajak untuk dijajaki kuliner favorit seperti kedai kopi moro senang, roti srikaya, kedai apung desti, dan tentu diberikan alkisah sejarah tanjungpinang yang memiliki dialog kebudayaan seperti makanan-makan fusion yang diadaptasi dari masakan fusion tionghoa-melayu seperti kue gomak, cingcalong, kwetiaw, dan bakso.

Tentu ada banyak program kerja yang tak banyak bisa kami sebutkan, namun setidaknya terdapat empat program kerja utama sebagai tim yang menjadi program unggulan di tiap-tiap klaster disiplin ilmu. Proker itu meliputi TTG alat penyaringan air payau ataupun air kotor ke air bersih , kemudian Medical Check up adalah perhatian terhadap kondisi kesehatan masyarakat selanjutnya UMKM dan terakhir ada program Festival Budaya Melayu.

Pertama-tama kami melakukan pengecekan kualitas air dari sisi pH, DHL (Daya Hantar Listrik), TDS (Total Dissolved Solid), Tingkat keasinan, dan juga tingkat kekeruhan. Ternyata wilayah yang menjadi tempat kami KKN, yakni Kampung Madong, Kel. Kampung Bugis dan Kampung Melayu, Kel. Senggarang memiliki kualitas air yang tidak baik dan tidak memenuhi standar layaknya air bersih, seperti rata-rata pH berada dibawah 5, tingkat kekeruhan yang cukup tinggi sampai-sampai rata-rata air di daerah tersebut jauh dari kata layak untuk digunakan. Daerah kami tinggal yakni Kampung Madong, Kel. Kampung Bugis dan Kampung Melayu, Kel. Senggarang memang memiliki kondisi air yang buruk karena termasuk daerah pesisir laut dan didominasi oleh tanah bauksit yang menyebabkan air tanah yang terkandung terkadang berbau besi dan tanah merah. TTG di tempatkan 3 di madong (1 di masjid, 1 di posyandu, 1 di rumah warga yang sering kali menjadi tempat singgah atau seringkali menjadi rumah untuk anak-anak KKN) dan juga di Kp. melayu yang menyortir untuk 30-40 rumah.

Harapannya TTG ini bisa bermanfaat untuk masyarakat dan bisa menjadikan pedomana untuk menggunakan instalasi air ini untuk mendapatkan kualitas air yang baik dengan begitu kesehatan seluruh masyarakat juga akan semakin membaik.

Kesehatan merupakan aset berharga yang sering baru disadari nilainya setelah terganggu. Menyadari pentingnya pencegahan, KKN PPM UGM Gemerlap Pinang Tahun 2025 berkolaborasi dengan Pemerintah Kota Tanjungpinang melalui Dinas Kesehatan menghadirkan layanan Medical Check-Up (MCU) gratis bagi masyarakat. Program ini mencakup pemeriksaan tekanan darah, gula darah, asam urat, serta pemberian obat jika diperlukan, untuk mendeteksi dini risiko penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan gangguan persendian.

Kegiatan MCU ini secara khusus ditujukan untuk lansia dan masyarakat dengan pola hidup kurang aktif, sebagai bentuk komitmen dalam mewujudkan masyarakat yang sehat dan produktif. Pelayanan dilaksanakan di tiga lokasi strategis: dua kampung di Kelurahan Bugis (Kampung Sei Nyirih dan Madong) serta satu kampung di Kelurahan Senggarang (Kampung Melayu).

Dengan memanfaatkan layanan ini di puskesmas dan posyandu terdekat, masyarakat dapat melakukan deteksi dini dan pencegahan sebelum penyakit berkembang lebih parah. Segera kunjungi lokasi MCU terdekat dan jadilah bagian dari gerakan hidup sehat bersama KKN PPM UGM Gemerlap Pinang 2025 dan Dinas Kesehatan Tanjungpinang.

Suasana aula di Kelurahan Kampung Bugis pada 20 Juli 2025 terasa berbeda. Di hadapan para pelaku UMKM, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) menggelar program bertajuk “UMKM Naik Kelas: Satu Hari untuk Legal, Digital, dan Siap Pasar!”, sebuah rangkaian pendampingan intensif yang memadukan penguatan legalitas usaha, pemanfaatan teknologi digital, hingga strategi memperluas pasar.

Kegiatan ini menghadirkan dua narasumber yang kompeten di bidangnya yaitu Ibu Indah Feta dan juga Ibu Kardina. Sesi pertama membahas hal-hal mendasar namun krusial seperti pengurusan Nomor Induk Berusaha (NIB), sertifikasi halal, izin PIRT, hingga informasi gizi produk. Tujuannya sederhana namun vital: memastikan setiap pelaku usaha memiliki legalitas yang diakui negara sehingga dapat mengakses permodalan, mengikuti pameran, dan meningkatkan kepercayaan konsumen.

Sesi kedua membawa para peserta masuk ke dunia pemasaran modern. Materi mencakup strategi branding yang kuat, fotografi produk yang menarik, pemanfaatan metode pembayaran non-tunai seperti QRIS, hingga manajemen logistik untuk pengiriman yang efisien. Para peserta diajak melihat bahwa di era perdagangan digital, kemasan yang memikat, foto produk yang profesional, dan kemudahan transaksi adalah pintu masuk untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Koordinator program menjelaskan bahwa ide ini lahir dari keprihatinan melihat banyak UMKM di Kampung Bugis dan Senggarang yang memiliki produk unggul namun terkendala pada pemasaran dan legalitas. “Kami ingin melalui kegiatan ini, UMKM bisa mendapatkan bekal lengkap: usahanya legal, pemasaran lebih modern, dan siap menembus pasar yang lebih besar,” ujarnya.

Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para pelaku UMKM di Tanjung Pinang khususnya di wilayah Madong dan Senggarang bukan hanya naik kelas secara pengetahuan, tetapi juga siap bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Program ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara mahasiswa, pemerintah kelurahan, dan pelaku usaha dapat menciptakan langkah konkret menuju pertumbuhan ekonomi lokal yang berkelanjutan.

“Jika memang benar-benar melayu, suka yang sendu-sendu”, Kutipan lagu Cholil Efek Rumah Kaca membuat kami penasaran untuk menjajaki perjalanan negeri kepulauan ini dengan menggunakan jalur laut untuk melaksanakan program kerja kami di kota yaitu Festival Budaya.

Festival Budaya pada Jumat, (1-08) sampai Minggu, (3-08) menjadi program unggulan kami yang berangkat dari upaya untuk meningkatkan pariwisata dan mengangkat kekayaan budaya Melayu. Festival Budaya dilaksanakan selama tiga hari dan berisi serangkaian kegiatan. Pada hari pertama, diadakan acara “Pameran dan Simposium” yang masing-masing mengangkat topik berbeda. Pameran yang diadakan berjudul “Akar-Akhir Gambir” dan mengangkat perihal jalur perdagangan rempah dan dialog budaya yang terjadi karenanya. Sementara acara Simposium mengangkat tema soal kesusastraan Melayu diberi judul “Yang Sunyi dari Dada Anak Melayu”. Simposium ini dibagi menjadi dua sesi: sesi pertama membahas profil dan karya-karya Aisyah Sulaiman sebagai pengarang perempuan sementara sesi kedua membahas soal disorientasi budaya dan luka sastra pasca kolonial. Dalam acara ini melibatkan beberapa komunitas yang ada di Tanjungpinang seperti PSB Putri Payung, Rumah Kreatif Samalayar , Yayasan Konservatori Seni, Perkumpulan Sabda Bunian, FTBM Tanjungpinang, FTBM Kepulauan Riau, Ikatan Tionghoa Muda, Penyengat id

Pada hari kedua, diadakan Jalan Sehat dan acara fashion show. Jalan Sehat dimulai pagi hari dari Tugu Sirih sampai Taman Gurindam 12. Sedangkan acara fashion show yang mengangkat tampilan berbusana melayu. Menuju panas terik matahari, peserta bergumul dengan dandan dan riasnya untuk menampilkan tampilan yang menarik dipandang juri.

Pungkas acara, menjadi jalinan akhir dari pelaksanaan festival budaya, yakni malam puncak pentas seni budaya melayu. Pada momen ini, penampil menampilkan budaya khas melayu seperti tari nona singapura, celoteh, syair gurindam, pencak silat, tari kreasi dan tentunya tak kalah menarik budaya khas kekinian yakni stand up comedy dan band.

 

Leave A Comment Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Link



Universitas Gadjah Mada

Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Gadjah Mada

Jl. Pancasila Bulaksumur UGM, Blok G7,
Yogyakarta, Indonesia 55281
+62-274-552432
  +62-274-6492082, +62-274-6492083

whatsapp : 08112576939 (KKN)

 dit.pengabdian@ugm.ac.id
 Sekretariat DPKM : sekdit.dpkm@ugm.ac.id
Telepon Internal UGM : 82488(Sekretariat), 82486(KKN), 82490(Pemberdayaan Masyarakat).

 

Tentang DPKM

  • Sekilas DPKM
  • SOTK
  • Statistik

Tautan

  • LPPM-UGM
  • Publikasi
  • PIAT
  • Sekretariat RCE Yogyakarta
  • Instagram Pengabdian UGM
  • Instagram KKN UGM
  • YouTube KKN
  • KNPPM UGM

© Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat - Universitas Gadjah Mada

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY

[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju