
Dalam upaya mendukung pelestarian lingkungan dan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia, mahasiswa KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2025 mengadakan Workshop Pembuatan Ecoenzyme dari Sisa Olahan Pasca Panen (Limbah Organik) pada Kamis (10/7/2025) di Balai Desa Sodong Basari, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Workshop diikuti oleh puluhan peserta, terdiri dari ibu-ibu PKK, kader Posyandu, dan perwakilan RT setempat. Bertindak sebagai pemateri adalah Nandika Reksa Anggraini, salah satu mahasiswa KKN yang membidangi program pengelolaan lingkungan.
Desa Sodong Basari yang tercatat sebagai desa baru terakhir di Provinsi Jawa Tengah, dikenal sebagai desa agraris, di mana mayoritas masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil pertanian. Sayangnya, sisa hasil panen kerap berakhir menjadi limbah organik yang belum terkelola secara maksimal. Padahal, data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2023 mencatat bahwa limbah organik menyumbang sekitar 57,2% dari total sampah nasional, dengan sebagian besar berasal dari sektor rumah tangga dan pertanian.
Menjawab tantangan ini, mahasiswa KKN-PPM UGM berinisiatif memberikan solusi alternatif yang sederhana, murah, dan ramah lingkungan: ecoenzyme. Dalam sesi pembukaan, peserta diberikan pemahaman dasar mengenai dampak negatif penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dan pentingnya pengelolaan limbah organik.
“Ecoenzyme merupakan larutan hasil fermentasi antara sampah organik (buah atau sayur), gula, dan air yang difermentasi selama 3 bulan. Larutan ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk cair, pestisida alami, hingga cairan pembersih rumah tangga yang tidak mencemari lingkungan,” jelas Nandika dalam sesi pemaparannya.
Setelah sesi teori, kegiatan dilanjutkan dengan praktik langsung pembuatan ecoenzyme. Bahan yang digunakan pun mudah didapat: kulit nanas, sisa sayur, air, dan gula merah dengan perbandingan 3:1:10. Para peserta tampak antusias saat mencoba mencampur bahan-bahan tersebut dan menuangkannya ke dalam botol fermentasi.
Salah satu peserta, Mukhtoyaroh, Ketua PKK RT setempat, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Selama ini, sampah organik di rumah biasanya hanya kami jadikan kompos. Ternyata, ecoenzyme bisa menjadi alternatif lain yang mudah dibuat dan memiliki banyak manfaat. Saya jadi tertarik untuk mencoba membuatnya sendiri di rumah,” ujarnya.
Koordinator Subunit KKN UGM Desa Sodong Basari menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian program lingkungan berkelanjutan yang diusung mahasiswa UGM di wilayah Kecamatan Belik. Harapannya, warga dapat meneruskan praktik ini secara mandiri dan menjadi pelopor pengurangan limbah organik di tingkat rumah tangga.
Menurut jurnal Waste Management (Elsevier, 2022), penggunaan ecoenzyme dalam pertanian terbukti dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menurunkan ketergantungan petani terhadap pupuk sintetis hingga 30–40% dalam satu musim tanam. Fakta ini memperkuat urgensi edukasi semacam ini diterapkan secara luas, terutama di kawasan pedesaan.
Dengan adanya workshop ini, Desa Sodong Basari diharapkan menjadi salah satu pionir desa ekologis berbasis pemberdayaan masyarakat yang menekankan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dalam pengelolaan limbah organik. Mahasiswa KKN-PPM UGM pun menargetkan agar gerakan ecoenzyme ini dapat diintegrasikan dalam program jangka panjang desa melalui kelompok wanita tani dan Posyandu.
Kegiatan edukatif ini menandai sinergi produktif antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah desa dalam menciptakan lingkungan yang lebih lestari dan berkelanjutan.