Unit Kalasan KKN PPM UGM Periode 2 Tahun 2025 melaksanakan program pengabdian wajib dengan fokus pada pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Purwomartani, Sleman dibawah naungan Dosen Pembimbing Lapangan, Prof. Dr. Endah Retnaningrum S.Si M.eng. Salah satu lokus kegiatannya adalah di Padukuhan Sorogenen II, di mana mahasiswa UGM mengusung tema besar “Pemberdayaan Masyarakat Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta dalam Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan Guna Mendukung Desa Mandiri.” Tema ini diimplementasikan melalui serangkaian program kerja inovatif yang bertujuan untuk mengatasi tantangan lingkungan dan sosial di wilayah tersebut.
Melalui riset lapangan yang mendalam, tim mahasiswa Subunit Sorogenen II mengidentifikasi potensi besar dalam pengelolaan sampah. Mereka tidak hanya sekadar datang, tetapi juga berinteraksi langsung dengan berbagai pihak, termasuk pengelola TPS 3R Sorogenen Resik, perangkat padukuhan, serta warga setempat. Diskusi intensif ini membuka wawasan baru mengenai strategi pengelolaan sampah yang lebih efektif dan berkelanjutan. Dari sinilah, sebuah ide brilian lahir: pengelolaan limbah organik melalui budidaya maggot.
Program kerja unggulan ini dipilih karena dinilai sangat relevan dengan kondisi lingkungan di Padukuhan Sorogenen II. Dengan memanfaatkan limbah organik yang selama ini menjadi masalah, budidaya maggot dapat mengubahnya menjadi sumber daya bernilai ekonomi tinggi. Maggot sendiri dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak alternatif yang kaya protein, sementara sisa limbahnya bisa diolah menjadi pupuk organik berkualitas. Inisiatif ini tidak hanya membantu mengurangi volume sampah yang menumpuk, tetapi juga menciptakan model ekonomi sirkular yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara mandiri. Dengan demikian, program ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menciptakan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk tantangan lingkungan.
Inisiatif pengelolaan limbah organik melalui budidaya maggot ini terwujud berkat sinergi dari dua program kerja utama yang saling berkesinambungan: “Kemitraan Edukatif Budidaya Maggot” dan “Sosialisasi Budidaya Maggot”. Kedua program kerja tersebut dilaksanakan oleh partisipasi semua anggota Subunit Sorogenen II, dengan penanggung jawab utama oleh Dhimas Haryo Wicaksono dari Fakultas Hukum dan Ariella Raissakirana Wijayanti dari Fakultas ISIPOL. Setelah mengumpulkan informasi yang mendalam, tim mahasiswa Subunit Sorogenen II menyadari pentingnya kolaborasi dengan pihak-pihak terkait. Mereka mengambil langkah strategis dengan berdiskusi dan menjalin komunikasi dengan Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman. Tujuannya adalah untuk berkonsultasi dan menjajaki kemungkinan kerja sama, memastikan bahwa program yang akan dijalankan sejalan dengan kebijakan pemerintah daerah.
Mendapatkan respons yang positif dari Dinas, mahasiswa Subunit Sorogenen II kemudian diarahkan untuk berinteraksi lebih lanjut dengan UPT BP4 Wilayah VIII Prambanan. Di sana, mereka mendapatkan bimbingan berharga dari Ibu Deni dan Ibu Nadia, staf UPT Prambanan yang berpengalaman. Diskusi ini tidak hanya memperkaya wawasan mahasiswa, tetapi juga membuka jalan bagi langkah-langkah praktis berikutnya.

Atas arahan dari UPT, tim mahasiswa melanjutkan perjalanan riset mereka ke “Omah Maggot Jogja”. Di tempat ini, mereka berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Bapak Henri Supranto, seorang pembudidaya maggot lokal yang telah sukses menjalankan usahanya sejak tahun 2016. Pengalaman dan keahlian Bapak Henri menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan yang tak ternilai bagi para mahasiswa dalam merancang program kerja yang efektif dan berkelanjutan.
Kunjungan ke “Omah Maggot Jogja” menjadi titik balik penting dalam program ini. Bapak Henri Supranto menyambut baik kedatangan mahasiswa dan dengan tangan terbuka membagikan ilmu serta pengalamannya. Beliau tidak hanya mengajarkan teknis budidaya maggot secara mendalam, tetapi juga memperkenalkan konsep “IIMUT” (Integrasi Ikan, Maggot, Unggas, dan Tanaman) yang ia kembangkan sendiri. Konsep budidaya sirkular ini menjadi inspirasi berharga bagi mahasiswa, menunjukkan bagaimana limbah organik dapat diolah menjadi mata rantai produktif yang saling mendukung, menciptakan ekosistem mini yang mandiri dan berkelanjutan.

Lebih dari sekadar berbagi ilmu, Bapak Henri juga menunjukkan komitmennya terhadap program ini. Beliau bersedia menjadi narasumber utama dalam Sosialisasi Budidaya Maggot yang akan diadakan di Padukuhan Sorogenen II. Sebagai bekal awal, mahasiswa Subunit Sorogenen II juga diberi telur maggot untuk dibudidayakan dalam skala kecil. Budidaya “prototipe” ini dirancang agar mahasiswa bisa menunjukkan langsung proses dan hasilnya kepada warga, menjadikannya bukti nyata yang meyakinkan saat sosialisasi.
Puncak dari serangkaian persiapan ini adalah pelaksanaan sosialisasi. Pada 29 Juli 2025, pukul 19.30 WIB, aula TPS 3R Sorogenen Resik dipenuhi oleh warga yang antusias. Sosialisasi ini berjalan dengan sangat lancar dan mendapatkan respons luar biasa. Banyak warga yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan detail seputar teknis budidaya maggot, menunjukkan minat mereka yang tinggi untuk mencoba menerapkannya di rumah masing-masing. Antusiasme ini bukan hanya sebatas pertanyaan, tetapi juga berlanjut ke tahap implementasi. Melihat respons positif ini, Bapak Henri Supranto kembali menunjukkan dukungan penuhnya. Beliau memberikan telur dan maggot berusia fivedol (lima hari setelah menetas) kepada mahasiswa Subunit Sorogenen II. Bahan baku ini berfungsi sebagai “modal awal” bagi warga yang ingin memulai budidaya, menghilangkan hambatan-hambatan awal yang mungkin mereka hadapi. Benar saja, di hari-hari berikutnya, beberapa warga proaktif menghubungi mahasiswa untuk meminta maggot tersebut, menandakan bahwa program ini telah berhasil menumbuhkan semangat kemandirian dan kesadaran lingkungan.

Keberhasilan program budidaya maggot di Padukuhan Sorogenen II adalah bukti nyata bahwa kolaborasi, inovasi, dan edukasi mampu menciptakan perubahan positif. Dari sebuah ide yang lahir dari diskusi, program ini berkembang menjadi gerakan nyata yang menginspirasi warga untuk mengambil peran aktif dalam pengelolaan lingkungan. Dengan mengubah limbah organik menjadi sumber daya berharga, masyarakat tidak hanya berkontribusi pada lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Pada akhirnya, program KKN PPM UGM ini berhasil menanamkan benih kemandirian dan kesadaran berkelanjutan, menunjukkan bahwa dengan langkah kecil yang terstruktur, dampak besar dapat terwujud.
Penulis: Ariella Raissakirana Wijayanti, Mahasiswa Manajemen Dan Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM yang sedang melaksanakan KKN-PPM di Kalasan, Sleman
Penulis Koresponden: DPL Prof. Dr. Endah Retnaningrum S.Si M.Eng., Dosen Pembimbing Lapangan KKN-PPM Unit YO013 Kalasan Sleman
Artikel ini telah dimuat di kompasiana.com