Nanas madu Belik (Ananas comosus (L.) Merr.), sebagai salah satu komoditas unggulan Kabupaten Pemalang, selama ini dikenal luas karena rasanya yang manis dan kualitasnya yang tinggi. Komoditas ini tak hanya dipasarkan secara langsung, tetapi juga diolah menjadi berbagai produk turunan seperti minuman, camilan, dan bahan makanan olahan lainnya. Namun, dari proses produksi tersebut, limbah kulit nanas sering kali hanya menjadi sampah organik yang belum dimanfaatkan secara optimal.
Menjawab tantangan tersebut, mahasiswa KKN-PPM UGM Unit Belik, sub unit Desa Sikasur, Kabupaten Pemalang memberikan terobosan melalui inovasi pemanfaatan limbah kulit nanas menjadi pupuk organik cair (POC). Sosialisasi dan pelatihan ini dilaksanakan pada Kamis, 9 Juli 2025, pukul 09.00 WIB di Balai PKK Desa Sikasur, dengan menghadirkan pemateri Nisrina Sekarningrum, mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas MIPA UGM.“Kulit nanas yang selama ini dibuang sebenarnya mengandung senyawa organik yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanah. Dengan proses fermentasi yang tepat, kulit nanas dapat diubah menjadi pupuk cair yang kaya nitrogen dan unsur hara lainnya,” terang Nisrina ketika dihubungi via seluler Minggu (13/7/2025).
Dalam pemaparannya, Nisrina menjelaskan bahwa pupuk organik cair adalah pupuk alami yang dibuat dari limbah rumah tangga, seperti kulit buah-buahan, termasuk kulit nanas. Melalui proses fermentasi, limbah organik ini akan menghasilkan larutan yang mengandung unsur hara penting seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang sangat dibutuhkan tanaman. POC berperan besar dalam menyuburkan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan aktivitas mikroorganisme, dan mempercepat pertumbuhan tanaman. Produk ini sekaligus menjadi solusi ramah lingkungan dalam mengurangi volume limbah organik rumah tangga maupun limbah pertanian.
Kegiatan ini diikuti oleh tujuh kelompok tani yang aktif di Desa Sikasur. Selain sesi pematerian, kegiatan juga diisi dengan praktik langsung pembuatan pupuk organik cair yang dipandu oleh Nisrina dan melibatkan salah satu peserta perwakilan kelompok tani. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan POC relatif mudah didapat dan murah, seperti kulit nanas, gula merah, air bersih, dan wadah tertutup untuk proses fermentasi selama 7 hingga 14 hari.
“Harapan kami, kegiatan ini tidak berhenti di sini saja. Kami ingin petani di Desa Sikasur bisa menerapkan sendiri proses pembuatan POC dan bahkan mengembangkan produknya untuk skala lebih besar,” tutup Nisrina.
Antusiasme peserta terlihat tinggi selama kegiatan berlangsung. Para petani menyambut baik pengetahuan baru ini dan mengaku tertarik untuk menerapkannya secara mandiri di lahan pertanian mereka. Sebagai bentuk kontribusi nyata, masing-masing kelompok tani juga diberikan bantuan berupa pupuk organik cair hasil olahan yang telah disiapkan sebelumnya oleh pemateri. Harapannya, bantuan tersebut bisa digunakan sebagai starter dan pemantik untuk memperluas penerapan teknologi ramah lingkungan ini di wilayah mereka.
Kabupaten Pemalang, khususnya Kecamatan Belik, merupakan daerah penghasil nanas madu terbesar di Jawa Tengah. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah tahun 2024, luas lahan tanaman nanas di Kecamatan Belik mencapai 1.275 hektare dengan estimasi produksi sekitar 30 ton per hektare per tahun. Dengan tingginya produksi tersebut, jumlah limbah kulit nanas yang dihasilkan pun besar dan berpotensi menimbulkan persoalan lingkungan apabila tidak ditangani dengan baik. Oleh karena itu, pengolahan limbah menjadi POC tidak hanya memberikan manfaat bagi pertanian, tetapi juga menjadi solusi dalam pengelolaan sampah organik.
Kegiatan sosialisasi ini mendapat apresiasi dari warga dan tokoh masyarakat setempat, termasuk kepala dusun dan ketua kelompok tani. Mereka berharap kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara berkelanjutan dan menjangkau kelompok petani yang lebih luas. Selain itu, kegiatan ini menjadi bagian dari upaya mahasiswa KKN-PPM UGM dalam mendorong pertanian berkelanjutan berbasis potensi lokal dan penguatan ketahanan pangan desa. Melalui sinergi antara ilmu pengetahuan, inovasi, dan partisipasi masyarakat, limbah pertanian pun kini bisa menjadi berkah yang memperkuat ekonomi desa dan menjaga kelestarian lingkungan.
