Sebagai bagian dari program unggulan KKN yang menggabungkan kearifan lokal dengan edukasi kesehatan masyarakat, tim mahasiswa dari Subunit Desa Madyogondo 1 KKN-PPM UGM Periode 1 Tahun 2025 melakukan inisiasi kegiatan Wayang Edukatif dengan cerita Badher Bang Sisik Kencana, yakni sebuah pentas seni wayang kreatif yang mengangkat dua isu penting di masyarakat Desa Madyogondo, Kecamatan Ngablak sekaligus merupakan tema KKN-PPM UGM tahun ini, yaitu: Stunting dan Sampah.
Pementasan wayang ini melibatkan Gibran Nicholau, salah satu anggota tim KKN, sebagai dalang bersama dengan seniman lokal dan para siswa SD N 2 Madyogondo yang ikut serta berpartisipasi sebagai penabuh gamelan. Cerita wayang yang diangkat dikemas secara ringan dan edukatif, menampilkan tokoh Dewi Sembadra yang sedang hamil dan mengidam ikan bader bersisik emas, serta tokoh Arjuna, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong yang mencari ikan tersebut di berbagai sungai terpaksa berhadapan dengan menumpuknya limbah dan sampah plastik di sungai.
Proses persiapan kegiatan dilakukan selama dua minggu, dimulai dari penyusunan naskah edukatif, latihan bersama seniman lokal dan anak-anak, hingga persiapan logistik gamelan di lokasi pementasan, yaitu di SD N 2 dan 3 Madyogondo, serta SMP N 2 Ngablak. Pemerintah desa dan perangkat sekolah sangat mendukung dalam penyediaan fasilitas logistik dan publikasi dalam pementasan ini.
Selaku dalang, Gibran Nicholau menyampaikan bahwa hal yang paling menantang adalah proses latihan.Terakhir kali saya melatih anak-anak usia SD untuk mengiringi pementasan wayang adalah saat kelas dua SMA, itupun dibantu guru gamelan sekolah kala itu, sedangkan bagi kedua rekan seniman lokal saya, Eric Ferdians (19) dan Muhammad Ferdi Pratama (17) dari Dusun Kragon, Desa Madyogondo adalah pengalaman pertama mereka. Namun, semua itu sangat berkesan di hati kami. Sungguh membanggakan dapat melihat adik-adik SD N 2 Madyogondo begitu mencintai kesenian warisan leluhur.
Warga sekolah sangat antusias terkait penggelaran pementasan ini, terbukti dari anak-anak dan guru-guru yang ikut memadati lokasi. Kegiatan ini diikuti dengan kolaborasi interdisipliner antara lain, berupa kegiatan edukasi stunting dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), diikuti pemeriksaan kesehatan bagi siswa. Tantangan utama dalam menjalankan program terkait adalah penyederhanaan isu stunting dan sampah ke dalam alur cerita yang mudah dipahami anak-anak. Namun, dengan bantuan guru dan perangkat sekolah lainnya cerita dapat tersampaikan dengan narasi yang komunikatif dan sarat makna.
Program ini tidak hanya berhasil memperkenalkan isu stunting dan lingkungan secara menyenangkan, tetapi juga menjadi sarana pelestarian budaya lokal Indonesia. “Wayang Edukatif” membuktikan bahwa edukasi bisa berjalan seiring dengan hiburan, dengan tetap menjunjung nilai-nilai budaya masyarakat. Diharapkan program ini dapat menjadi salah satu bentuk kontribusi aktif mahasiswa UGM dalam menurunkan angka stunting di Kecamatan Ngablak dan membentuk kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang tepat.