Yogyakarta, 16 Oktober 2025 – Dalam momentum peringatan Hari Pangan Sedunia 2025, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPKM UGM) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung ketahanan pangan nasional melalui kegiatan UMKM Class Series #31 bertema “Strategi Meningkatkan Nilai Ekonomi Singkong melalui Inovasi Budidaya, Pengolahan, dan Hilirisasi Industri.”
Kegiatan yang dilaksanakan di Ruang Sidang 1 DPKM UGM ini diikuti oleh puluhan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) binaan dari berbagai daerah di Indonesia.
Acara dibuka oleh Widodo Usman dari DPKM UGM dan dipandu oleh Fathul Muin, M.Pharm., Apt., dosen Departemen Farmakotika Fakultas Farmasi UGM. Kegiatan menghadirkan tiga narasumber lintas bidang, yakni Dr. Tri Harjoko, S.P., M.P. (Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM), Dr. Rini Yanti, S.T.P., M.P. (Fakultas Teknologi Pertanian UGM), serta Nenik Wahyu W., S.E., pelaku industri kreatif berbasis singkong dan pemilik usaha Akar Makmur.

Singkong sebagai Komoditas Strategis untuk Ketahanan Pangan
Dalam paparannya, Dr. Tri Harjoko menjelaskan bahwa singkong atau ubi kayu merupakan tanaman pangan penting yang tidak hanya berfungsi sebagai sumber karbohidrat, tetapi juga memiliki potensi besar dalam mendukung ketahanan pangan nasional dan industri bioenergi.
“Indonesia menempati posisi keenam dunia sebagai produsen ubi kayu pada tahun 2023, dengan sentra produksi utama di Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keberhasilan budidaya singkong sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca, kesuburan lahan, pemilihan varietas, dan manajemen budidaya yang tepat. “Singkong bukan sekadar bahan pangan, tetapi juga bahan baku potensial untuk bioetanol, pakan ternak, dan berbagai industri lainnya. Dengan strategi budidaya yang tepat dan dukungan kebijakan yang kuat, komoditas ini bisa menjadi penggerak ekonomi baru bagi masyarakat,” ungkapnya.
Momentum Hari Pangan Sedunia 2025 yang mengusung tema “Kerja Sama Global untuk Sistem Pangan yang Lebih Baik dan Masa Depan yang Lebih Baik” menjadi pengingat penting bahwa optimalisasi komoditas lokal, termasuk singkong, adalah bagian dari upaya mewujudkan sistem pangan yang inklusif dan berkelanjutan. Sejalan dengan semangat Dies Natalis ke-76 UGM, kegiatan ini menegaskan peran universitas dalam membangun kemandirian pangan nasional melalui riset dan pengabdian masyarakat.
Inovasi Pengolahan untuk Meningkatkan Nilai Tambah
Sementara itu, Dr. Rini Yanti menyoroti pentingnya hilirisasi dan inovasi teknologi pengolahan singkong untuk meningkatkan nilai tambah produk. Ia menjelaskan bahwa hampir seluruh bagian tanaman singkong memiliki potensi ekonomi bila diolah dengan tepat. “Tujuan utama pengolahan singkong adalah untuk meningkatkan nilai ekonomi, memperpanjang daya simpan, mendorong diversifikasi produk, serta memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi daerah,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan karakteristik berbagai jenis tepung berbasis singkong—mulai dari tepung gaplek, tapioka, hingga tepung mocaf (Modified Cassava Flour)—yang dapat dimanfaatkan untuk beragam produk pangan modern. Rini menegaskan pentingnya kolaborasi antara pelaku UMKM, akademisi, dan industri. “Kolaborasi dengan laboratorium Fakultas Teknologi Pertanian dan unit inkubator bisnis di UGM dapat membantu UMKM memahami proses produksi yang efisien, higienis, dan berstandar,” tambahnya.
Kisah Inspiratif Pelaku UMKM Berbasis Singkong
Sebagai pelaku industri, Nenik Wahyu W., S.E. berbagi kisah dalam mengembangkan produk tepung mocaf dari skala rumah tangga menjadi bisnis yang berdaya saing. “Dalam proses produksi, tiga kilogram singkong basah menghasilkan sekitar satu kilogram tepung mocaf. Proses fermentasi dapat dilakukan menggunakan enzim selama 12 jam, atau secara alami selama tiga hari,” jelasnya.
Ia menuturkan bahwa inovasi, kualitas, dan kemitraan adalah kunci utama keberhasilan. “Kami fokus pada kualitas, bukan kuantitas. Dengan menjaga standar mutu, kita bisa menentukan harga jual dan bersaing di pasar nasional maupun internasional,” ujarnya. Selain produksi tepung, Nenik juga mengembangkan wisata edukatif berbasis singkong yang bekerja sama dengan biro perjalanan untuk memperkenalkan proses pembuatan mocaf kepada masyarakat. “Kami ingin membuktikan bahwa UMKM bisa tumbuh dengan inovasi dan keberanian untuk bermimpi besar,” tambahnya.
Kolaborasi Menuju Sistem Pangan yang Tangguh dan Inklusif
Sesi tanya jawab memperlihatkan antusiasme tinggi peserta terhadap berbagai isu teknis, mulai dari penyimpanan tepung mocaf, proses pengeringan singkong, hingga inovasi produk olahan beku dan kuliner modern. Diskusi ini menunjukkan bagaimana transfer ilmu dari kampus dapat secara langsung menjawab tantangan praktis pelaku UMKM di lapangan.
Melalui kegiatan ini, DPKM UGM menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat kapasitas UMKM melalui pendidikan, riset terapan, dan kolaborasi lintas sektor. Kegiatan ini menjadi bagian dari kontribusi UGM dalam memperingati Hari Pangan Sedunia, dengan mendorong pemanfaatan potensi komoditas lokal secara berkelanjutan serta memperkuat sistem pangan nasional berbasis inovasi dan kemandirian masyarakat.
Tentang UMKM Class Series
Program UMKM Class Series merupakan inisiatif rutin DPKM UGM yang bertujuan meningkatkan kapasitas dan daya saing UMKM melalui pembelajaran tematik berbasis riset dan kebutuhan lokal. Seri ke-31 ini menjadi bukti berkelanjutan peran UGM dalam menjembatani pengetahuan akademik dengan praktik kewirausahaan masyarakat, sekaligus memperkuat kontribusi universitas dalam membangun sistem pangan yang tangguh dan inklusif bagi Indonesia.

Kontak Media:
Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada (DPKM UGM)
Jl. Socio Yustisia No.1, Bulaksumur, Sleman, Yogyakarta
📧 dpkm@ugm.ac.id | 🌐 https://pengabdian.ugm.ac.id