Tim Kuliah Kerja Nyata — Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN PPM) Universitas Gadjah Mada yang ditempatkan di Karangpapak, Sukabumi, melaksanakan program “Sosialisasi dan Praktik Pembuatan Lilin Berbasis Minyak Jelantah sebagai Produk Merchandise”, pada Sabtu (26/7). Kegiatan ini berlangsung di Kantor Desa Karangpapak dan dihadiri oleh ibu-ibu serta remaja setempat.
Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh anggapan bahwa minyak jelantah hanyalah limbah yang tidak bisa dimanfaatkan lagi, padahal dengan pengolahan yang tepat, minyak tersebut dapat diubah menjadi produk yang berguna sekaligus memiliki nilai jual. Melalui program ini, tim KKN ingin memberikan edukasi sekaligus keterampilan baru kepada masyarakat, khususnya ibu-ibu dan remaja desa, bahwa limbah rumah tangga pun bisa diolah menjadi barang kreatif yang memiliki potensi usaha.
Choerunnisa, mahasiswa UGM sekaligus penggagas program ini turut menjelaskan bahwa usaha lilin berbahan minyak jelantah memiliki prospek yang cukup menjanjikan. “Dengan modal sekitar lima ribu rupiah, kita sudah bisa membuat lilin yang di marketplace online dijual dengan harga sekitar dua belas ribuan. Kalau kegiatan ini ditekuni di desa ini, tentu bisa menjadi peluang usaha yang menguntungkan,” ujarnya di tengah sesi sosialisasi.
Dalam sesi praktik, ia memperkenalkan tahapan pembuatan lilin yang sederhana dan mudah diikuti. Minyak jelantah yang dikumpulkan dari dapur sudah terlebih dahulu dijernihkan di rumah menggunakan bleaching earth yang kemudian direndam dengan arang selama 24 jam untuk menghilangkan bau tidak sedap. Setelah minyak bersih, proses selanjutnya dilakukan di kantor desa bersama ibu-ibu dan para remaja. Minyak jelantah lalu dicampur dengan stearin acid dengan perbandingan 2:1 agar lilin dapat mengeras. Campuran tersebut dipanaskan hingga meleleh, tapi tetap dijaga agar jangan sampai mendidih. Setelah itu, ditambahkan pewarna dari krayon bekas serta beberapa tetes minyak esensial beraroma melati atau lavender untuk memberikan efek aromaterapi yang menenangkan. Semua bahan kemudian diaduk hingga rata, lalu dituangkan ke dalam cetakan.

Ibu-ibu dan remaja setempat tampak antusias mempraktikkan setiap langkah, mulai dari pencampuran bahan hingga menuangkan cairan lilin ke dalam cetakan. Setelah lilin mengeras, mereka menghiasnya dengan kreasi masing-masing agar terlihat lebih menarik.
Program ini bukan sekadar pelatihan, melainkan upaya memberdayakan masyarakat Desa Karangpapak agar lebih peduli lingkungan sekaligus membuka peluang usaha baru. Dengan keterampilan sederhana ini, siapa sangka limbah dapur bisa disulap menjadi produk yang cantik, bermanfaat, dan bernilai jual?
Melalui kegiatan seperti ini, Tim KKN PPM UGM Gunayuhi Sukabumi 2025 berharap warga Karangpapak semakin terinspirasi untuk berkreasi, berinovasi, dan terus menjaga lingkungannya.
Penulis: Indah Cipta, Mahasiswa Prodi Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM, Sedang melaksanakan KKN-PPM di Karangpagak, Cisolok, Kab. Sukabumi
Artikel ini telah tayang di kompasiana.com