
Tak hanya fokus pada program fisik dan keilmuan, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN–PPM) Universitas Gadjah Mada (UGM) juga menunjukkan kepedulian terhadap pelestarian budaya lokal, salah satunya melalui pelatihan seni tari tradisional untuk anak-anak desa.
Adalah Kintan Dewinta Putri, mahasiswi Program Studi Sastra Jawa, Fakultas Ilmu Budaya UGM, yang menggagas program pelatihan tari tradisional bertajuk “Gladhen Beksan: Pelatihan Tari Tradisional kepada Anak-Anak Desa Setempat”. Dalam pelaksanaannya, Kintan dibantu oleh empat rekan mahasiswa KKN lainnya.
Pelatihan ini menyasar siswa-siswi kelas 4, 5, dan 6 di SD Negeri 01 Sikasur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang. Latihan dilakukan secara rutin dua hingga tiga kali dalam seminggu di Balai Desa Sikasur serta pondokan mahasiswa KKN di Sikasur.
Menyesuaikan Karakter dan Kearifan Lokal
Tiga jenis tarian diajarkan sesuai dengan jenjang kelas dan karakter siswa:
-
Tari Caping Ayu untuk siswa kelas 4, menggambarkan keceriaan dan aktivitas anak-anak petani di sawah, mencerminkan kehidupan desa yang agraris.
-
Tari Sintren untuk kelas 5, diadaptasi dari budaya lokal Pemalang. Meskipun sintren identik dengan unsur mistis, versi tari ini dikemas dalam bentuk yang lebih aman dan edukatif untuk anak-anak, dengan tempo cepat dan gerakan lincah.
-
Tari Nawung Sekar untuk kelas 6, merupakan tari klasik yang menggambarkan transisi anak menuju usia remaja, dengan gerakan lemah lembut dan anggun.
“Di SD tersebut sebenarnya sudah ada ekstrakurikuler tari, sehingga kami hanya memperkuat dan mengarahkan ke pelestarian budaya lokal agar tetap hidup di tengah masyarakat,” jelas Kintan ketika dihubungi wartawan, Selasa (5/8/2025).
Tampil di Malam Penarikan dan KKN Expo
Tarian-tarian yang telah dilatih akan ditampilkan dalam malam penarikan KKN PPM UGM di Balai Desa Sodong Basari pada kamis malam (7/8/2025), serta pada KKN Expo UGM yang akan diselenggarakan pada 10 Agustus 2025 di Curug Bengkawah, Pemalang.
Program ini tidak hanya memperkenalkan budaya kepada anak-anak, tetapi juga menghidupkan kembali kesenian tradisional di tengah era digital. “Anak-anak sangat antusias. Mereka merasa bangga bisa tampil membawakan tari daerah mereka sendiri,” tambah salah satu mahasiswa KKN yang terlibat dalam pelatihan.
Dengan pendekatan edukatif dan partisipatif, pelatihan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi upaya pelestarian budaya lainnya di desa-desa Indonesia.