KKN-PPM UGM Hadirkan Solusi Sampah Kreatif lewat Alat Pilah Otomatis dan Biopori
Menjawab tantangan pengelolaan sampah yang kian mendesak, warga Dusun Ngrandu, bersama para mahasiswa KKN UGM, mengambil langkah proaktif. Melalui dua program kerja individu yang inovatif, mereka menunjukkan bagaimana teknologi modern dan kearifan berbasis alam dapat berjalan beriringan. Inisiatif dari para mahasiswa ini menjadi bukti nyata semangat gotong royong dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan untuk masa depan.
Dari Sensor Canggih hingga Lubang Resapan: Inovasi Pengelolaan Sampah di Dusun Ngrandu

Masalah sampah selalu menjadi tantangan bersama. Namun, di Dusun Ngrandu, tantangan ini dijawab dengan dua solusi inovatif yang digagas oleh para mahasiswa KKN UGM. Melalui pendekatan yang memadukan teknologi modern dan kearifan alam, warga diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan cara yang cerdas dan berkelanjutan.
Edukasi Cerdas dengan Pemilah Sampah Otomatis
Sebagai bagian dari program kerjanya, Ahmad Fattah, seorang mahasiswa KKN UGM, menggagas pembuatan alat pemilah sampah otomatis. Alat yang kini berdiri di sudut Gedung Serbaguna Dusun Ngrandu ini bukan sekadar tempat sampah biasa. Tujuan utamanya adalah sebagai media edukasi yang menarik agar warga, dari anak-anak hingga orang dewasa, semakin peduli untuk memilah sampah.
Alat ini bekerja menggunakan dua buah sensor untuk mendeteksi jenis sampah. Hasil deteksi kemudian diolah oleh mikrokontroler yang akan menggerakkan motor servo untuk mengarahkan sampah ke wadah yang tepat. Proses perancangannya merupakan buah kolaborasi antar mahasiswa KKN, yang kemudian dalam pembuatannya dibantu langsung oleh Kepala Dusun Ngrandu dan para pemuda setempat. Dipasangnya alat ini di gedung serbaguna—yang merupakan pusat kegiatan warga—diharapkan dapat menjadi gambaran nyata bahwa teknologi untuk lingkungan tidak harus mahal dan rumit.
Kembali ke Alam dengan Lubang Resapan Biopori

Bergeser dari teknologi, inovasi kedua datang dari program kerja yang diusung oleh Akbar Nugrahaning, mahasiswa KKN UGM lainnya. Ia menginisiasi pembuatan lubang resapan biopori, sebuah solusi membumi untuk mengatasi masalah sampah organik rumah tangga sekaligus mencegah genangan air saat musim hujan. Lubang biopori adalah lubang silindris vertikal yang diisi dengan sampah organik, yang kemudian akan terurai oleh mikroorganisme tanah dan menjadi kompos alami.
Kegiatan yang dilakukan secara gotong-royong ini melibatkan mahasiswa KKN, perangkat dusun, dan warga setempat. Sebanyak empat lubang biopori telah dibuat di titik-titik strategis, seperti pekarangan rumah dan lahan yang rawan tergenang air. Manfaatnya pun dapat dirasakan secara langsung, mulai dari mengurangi volume sampah organik hingga mencegah genangan air. Warga pun didorong untuk melanjutkan program ini secara mandiri, menumbuhkan budaya peduli lingkungan yang berkelanjutan.

Kedua program ini menunjukkan bahwa solusi untuk lingkungan bisa datang dari berbagai arah. Baik melalui sentuhan teknologi maupun kearifan alam, Dusun Ngrandu kini memiliki bekal berharga untuk melangkah menuju lingkungan yang lebih bersih, sehat, dan mandiri.
Penulis : Luthfi Massaid, Mahasiswa Prodi Bahasa Inggris Sekolah Vokasi UGM yang sedang KKN-PPM di Sawangan, Magelang.
Artikel ini tayang di kumparan.com