Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan komitmennya mendukung UMKM Indonesia agar naik kelas ke pasar ekspor, khususnya ke Amerika Serikat. Melalui seminar dan business matching selama dua hari (18–19 Juli 2025) di University Club UGM, lebih dari 100 peserta dari berbagai sektor berkumpul untuk menggali strategi ekspor.
Bertajuk “Strategi Peningkatan Ekspor Perikanan dan Agro Business melalui Global Trade Financing”, inisiatif ini selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi) serta Tujuan 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), yang mendorong kolaborasi lintas sektor untuk pertumbuhan ekonomi inklusif.
Para peserta seminar menyimak dengan penuh perhatian saat narasumber membagikan pengalaman dan wawasan seputar tantangan ekspor, strategi keberlanjutan, serta kolaborasi lintas sektor
Hari pertama seminar menjadi ajang pertukaran pengetahuan yang padat wawasan, yang fokus utamanya adalah bagaimana UMKM Indonesia, khususnya di sektor perikanan dan agrobisnis, dapat menembus pasar Amerika Serikat yang dikenal ketat dalam regulasi dan standar mutu.
Para peserta mendapat insight langsung dari dua praktisi asal Amerika, Alex Cook dan Kristie Sams, yang membedah realita pasar ekspor AS, mulai dari pentingnya konsistensi kualitas, pemenuhan sertifikasi seperti FDA, hingga strategi pemasaran yang mampu menarik pembeli internasional. Alex dan Sams sepakat bahwa memiliki produk berkualitas saja tidak cukup, pelaku usaha juga harus memahami cara bermain dalam ekosistem perdagangan global.
Menanggapi hal tersebut, Prof. Dr. Wihana Kirana Jaya dan Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, Ph.D. dari UGM turut memberikan refleksi strategis. Mereka menggarisbawahi perlunya pendampingan berkelanjutan dan kolaborasi antara universitas, pemerintah, serta pelaku usaha agar transfer pengetahuan tidak hanya berhenti di ruang seminar.
Lebih lanjut, sesi yang menghadirkan Irwan Prasetyawan dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) serta Rachmad Poetranto, Ketua KADIN Indonesia Trading House Chapter Amerika, mengangkat sisi praktis dari proses ekspor, seperti tantangan pembiayaan, ketidakpastian pasar, hingga perlunya keberanian untuk membangun jaringan distribusi lintas negara. Diskusi ini membuka ruang bagi peserta untuk memahami bahwa menembus pasar ekspor bukan hanya soal produk, tetapi juga tentang strategi, ketahanan, dan jejaring.
Memperkuat hal tersebut, Pujo Setio, Sekretaris Deputi Kemenko Perekonomian, menyatakan bahwa kerja sama lintas sektor merupakan kunci utama membuka akses pasar global bagi UMKM. “Forum seperti ini membuktikan pentingnya integrasi antara kampus, pemerintah, dan dunia usaha dalam menciptakan rantai nilai ekspor yang inklusif dan berkelanjutan,” ujarnya.
Selanjutnya, Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA., Kepala Dinas Koperasi & UKM DIY, juga menyampaikan optimisme terhadap potensi lokal. “UMKM DIY punya produk yang berkualitas, tinggal bagaimana kita memperkuat pemahaman tentang pasar ekspor. Edukasi seperti ini sangat dibutuhkan,” ungkapnya.
Sementara itu, Amalia Susilowati, Ketua Departemen Kemitraan Bisnis PP KAGAMA, menekankan peran penting jaringan alumni. “Kami siap menjadi jembatan antara pelaku usaha dan pasar global, melalui dukungan jejaring dan pengalaman yang kami miliki”.
Menutup hari pertama, Prof. Ir. Irfan Prijambada menyampaikan harapan agar kegiatan ini tidak berhenti sebagai forum diskusi, namun ditindaklanjuti melalui langkah konkret. Salah satunya, pembentukan agregator UMKM yang dapat menjadi penghubung langsung ke pasar ekspor, khususnya Amerika Serikat.
Momentum berlanjut di hari kedua dengan digelarnya pertemuan bisnis (business matching) yang mempertemukan 16 UMKM terpilih dengan dua calon mitra ekspor: Rachmad Poetranto, CEO Indonesia Trading House Chapter Amerika, dan Agus Setiawan, pakar sertifikasi FDA (Food and Drug Administration), sebagai sebuah persyaratan utama dalam proses ekspor produk ke AS.
Diskusi berjalan interaktif dan penuh antusiasme. Para pelaku UMKM membawa sampel produk seperti rempah-rempah, hasil perikanan, makanan tradisional, hingga furnitur, yang mendapat masukan langsung dari para buyer mengenai kelayakan ekspor, proses sertifikasi, hingga strategi distribusi internasional. Beberapa UMKM menyatakan ketertarikannya untuk melanjutkan komunikasi dengan calon mitra, dan berharap dapat memenuhi standar ekspor dalam waktu dekat.
Para peserta menyebut sesi ini sebagai momen penting yang membuka mata mereka terhadap realita ekspor. Business matching ini menjadi langkah nyata menuju rantai pasok global, sekaligus mendukung SDG 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur) dan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab), sebagai bagian dari komitmen bersama menuju pembangunan ekonomi yang berdaya saing dan berkelanjutan.
Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian Global Trade Financing, yang bertujuan memperkuat kesiapan UMKM dan IKM Indonesia untuk bersaing secara global. Kegiatan serupa dijadwalkan akan berlangsung kembali dengan menghadirkan calon pembeli dari Tiongkok.
Melalui inisiatif seperti ini, UGM terus mendorong terciptanya ekosistem kolaboratif yang memperkuat daya saing nasional dan menjembatani pelaku usaha lokal dengan pangsa pasar internasional, demi Indonesia yang lebih inklusif, berdaya, dan berkelanjutan.
author: bil
TAGS: #UMKM #SDG8 #SDG9 #SDG12 #SDG17 #eksporUMKM