Sebuah inisiatif luar biasa bertujuan untuk memberdayakan kaum muda Indonesia, Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM) UGM menyelenggarakan program RCE Goes to Scholl di SMA N 8 Yogyakarta berlangsung pada tanggal 15-16 Juli 2024. Acara dua hari ini mengumpulkan sepuluh pembicara inspiratif dari berbagai komunitas, masing-masing berkomitmen untuk mendorong perubahan positif dan mempromosikan literasi bagi generasi muda. Program ini dirancang untuk mendidik dan menginspirasi siswa agar mengambil tindakan yang mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).
Acara dimulai dengan pengenalan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), menekankan pentingnya literasi dasar sebagai fondasi untuk mencapai tujuan global ini. Herdhanu Jayanto dari Komunitas Konklusi berbagi wawasan tentang bagaimana pendidikan dapat memberdayakan individu untuk berkontribusi secara efektif kepada komunitas mereka. Pesannya sangat mengena di hati siswa, mendorong mereka untuk berpikir kritis tentang peran mereka dalam masyarakat.
Setelah pengenalan SDGs, peserta diperkenalkan dengan RCE Yogyakarta, sebuah pusat keahlian regional yang fokus pada pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Janu Muhammad dari Komunitas Sayur Sleman menyoroti pentingnya inisiatif lokal dalam mempromosikan keberlanjutan dan pemberdayaan masyarakat. Presentasinya menginspirasi siswa untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menerapkan proyek serupa di lingkungan mereka sendiri.
Program ini juga mencakup sesi tentang praktik pemberdayaan masyarakat, para siswa dapat belajar dari Lamiasih dari Komunitas Desamind. Ia menekankan pentingnya gerakan akar rumput dan bagaimana kaum muda dapat memimpin inisiatif mengatasi masalah lokal. Sesi ini sangat berdampak, karena memberikan siswa alat praktis untuk terlibat dengan komunitas mereka.
Salah satu sorotan acara adalah lokakarya tentang pembuatan mading bertema SDGs, yang dipimpin oleh Shindy Ainun dari Komunitas Sekolah Marjinal. Sesi interaktif ini mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang tantangan yang dihadapi komunitas mereka dan mencari solusi potensial. Kreativitas yang ditunjukkan oleh siswa sangat mengesankan, menunjukkan komitmen mereka untuk membuat perbedaan.
Selain lokakarya, acara ini juga menampilkan serangkaian pengenalan komunitas. Mukhanif Yasin Yusuf dari Difapedia, Muhammad Asruri Faishal dari Yayasan Pandara, dan Deena Nirmala dari Program Interkultural AFS masing-masing berbagi pengalaman dan dampak dari organisasi mereka. Cerita-cerita ini menjadi pengingat yang kuat tentang perbedaan yang dapat dibuat oleh individu yang berdedikasi di komunitas mereka.
Dwi Ajeng Vye dari Komunitas Kita Muda Berdaya juga memimpin sesi tentang pemberdayaan pemuda, mendorong siswa untuk mengambil kepemilikan atas masa depan mereka. Pendekatannya yang menarik memotivasi banyak siswa untuk mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menjadi peserta aktif di komunitas mereka, bukan sekadar pengamat pasif.
Acara ini ditutup dengan kompetisi yang menantang siswa untuk mempresentasikan ide-ide mereka untuk proyek komunitas berdasarkan SDGs. Ika Feni Setiyaningrum dari Komunitas GenSirkular dan Farah Raihanah dari Komunitas Go English bertindak sebagai juri, memberikan umpan balik dan dorongan yang berharga kepada para peserta. Antusiasme dan kreativitas yang ditunjukkan selama kompetisi adalah bukti potensi kaum muda Indonesia.
Secara keseluruhan, program “RCE Goes to School” di SMA N 8 Yogyakarta terlaksana dengan sukses, kesan positif disampaikan oleh guru dan siswa yang terlibat. Acara tersebut dapat memupuk semangat kolaborasi dan inovasi di antara siswa, dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi tantangan lokal, membuka jalan bagi masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi Indonesia. Hal tersebut senada yang disampaikan oleh Sunrise Pandhita salah satu pelajar SMA 8 Yogyakarta, “Benar-benar dapat banyak ilmu dan bisa bertemu orang yang keren-keren, semoga acara seperti ini dapat terus berlanjut,”pungkasnya.
Penulis/Editor: Dn Halimah, Foto: Humas_DPkM