
Pada 4 Juli 2025, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata–Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Gadjah Mada Attannung Jeneponto, melaksanakan kegiatan Sosialisasi Program Kerja “Satu Atsiri, Sejuta Solusi”. Program ini dirancang sebagai langkah inovatif untuk memanfaatkan potensi tanaman atsiri di wilayah Kecamatan Bontoramba, Jeneponto sekaligus memberikan solusi berkelanjutan bagi peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Dalam kegiatan ini, mahasiswa memperkenalkan manfaat tanaman atsiri, teknik budidaya yang tepat, proses penyulingan minyak atsiri, hingga peluang usaha dari produk turunannya seperti lilin aromaterapi, minyak pijat, dan parfum alami. Melalui pendekatan edukatif dan praktik langsung, sosialisasi ini diharapkan mampu membuka wawasan warga tentang nilai tambah yang dapat dihasilkan dari kekayaan alam lokal, serta memotivasi masyarakat untuk mengembangkannya secara berkelanjutan.
Sekretaris Desa Kareloe, yang turut hadir dalam kegiatan ini, menyampaikan apresiasi atas program tersebut. “Kegiatan ini sangat menyenangkan sebab sebagai masyarakat awam sukses mendapat manfaat yang banyak terkait tanaman atsiri yang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Saya berharap tanaman atsiri dapat dikembangkan di berbagai tempat di Kecamatan Bontoramba dan pada periode KKN UGM berikutnya dapat kembali melanjutkan program atsiri dengan fasilitas yang lebih baik,” ujarnya.
Materi sosialisasi yang disampaikan memberikan gambaran mengenai proses dan pemanfaatan tanaman atsiri, yang diharapkan menjadi bekal bagi masyarakat untuk mengembangkannya secara kreatif dan berkelanjutan, mencakup:
Penyulingan adalah metode yang digunakan dalam pembuatan minyak atsiri. Proses penyulingan sendiri memiliki beberapa jenis. Salah satu metode penyulingan yang umum digunakan adalah metode penyulingan dengan uap air (water and steam distillation) (Berlian et al., 2023). Dalam metode penyulingan uap air, minyak alami yang tersimpan dalam bagian tanaman (umumnya daun) diekstraksi dengan menggunakan uap air panas dari dalam pori-pori. Proses ini dapat terjadi karena terdapat perbedaan titik didih dari minyak yang terdapat dalam tanaman dengan uap air. Proses penyulingan sendiri digunakan karena minyak yang terdapat dalam tanaman hanya dapat dikeluarkan dengan bantuan uap air.

Proses penyulingan minyak atsiri dilakukan dengan alat khusus. Pada alat penyulingan, terdapat beberapa bagian yang memiliki fungsi masing-masing dalam proses penyulingan. Tangki pemanas berfungsi untuk tempat penyimpanan dan pemanasan air yang uapnya digunakan sebagai pemanas. Ketel penyulingan berfungsi sebagai wadah utama untuk menampung daun atsiri yang akan melalui proses penyulingan. Dalam praktiknya, sekitar 10 kilogram daun atsiri—setara dengan dua karung beras penuh—dapat menghasilkan kurang lebih 100 mililiter minyak atsiri. Uap dari air yang dipanaskan akan bergerak ke ketel penyulingan kemudian ke tangki pendinginan melalui pipa uap air. Kemudian tangki pendinginan akan berfungsi untuk mendinginkan uap yang memiliki campuran minyak atsiri dan air agar dapat kembali menjadi cairan. Air yang digunakan pada tangki pendinginan akan disuplai dari tangki air. Air akan disalurkan melalui pipa air ke dalam tangki pendinginan. Terakhir, di bawah tangki pendinginan terdapat selang yang menyalurkan hasil penyulingan berupa campuran dari air dan minyak atsiri.
Budidaya Tanaman Atsiri
Tanaman atsiri umumnya dilakukan dengan teknik budidaya secara vegetatif dengan serpihan anakan/rumpun yang dapat ditanam langsung di tanah lapang atau di kebun pembibitan (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2010). Untuk melakukan pengadaan bahan tanaman, varietas unggul tanaman atsiri harus memenuhi beberapa persyaratan, mulai dari pertumbuhan fisik yang bagus dan sehat, bebas dari serangan hama dan penyakit, memiliki jumlah anakan yang banyak, dan setiap anakan tersebut harus memiliki helaian daun yang lebat, tebal, lebar, dan panjang.
Di Indonesia, budidaya tanaman atsiri banyak diolah menjadi minyak atsiri yang dihasilkan dari ekstraksi beberapa bagian tanaman, seperti bagian rimpang, akar, kulit kayu, daun, bunga, biji, dan buah (Utami et al., 2022).
Jenis Tanaman
Dari sekitar 40 jenis tanaman atsiri penghasil minyak yang dimiliki Indonesia, terdapat 12 jenis di antaranya yang dimanfaatkan sebagai sumber minyak atsiri komersial (Rosiana & Vela Rostwentivaivi Sinaga, 2017).
Tanaman atsiri bagian akar seperti akar wangi dan kemuning sering digunakan untuk parfum atau obat tradisional. Daun juga banyak dimanfaatkan, misalnya nilam, sereh wangi, dan kayu putih, yang umum dipakai dalam aromaterapi dan kosmetik.
Biji dan buah juga menjadi sumber minyak atsiri bernilai tinggi, seperti pala, lada, dan kapulaga. Sementara itu, bunga seperti cengkeh, melati, dan kenanga banyak diolah menjadi minyak wangi karena aromanya yang khas. Kulit kayu seperti kayu manis dan cendana juga sering diekstrak untuk keperluan industri. Beberapa tanaman bahkan dimanfaatkan seluruh bagiannya, seperti selasih dan bandotan. Rimpang seperti jahe, kencur, dan temulawak juga populer karena khasiatnya (Rizal et al., 2009).
Pola Penanaman
Dalam melakukan penanaman tanaman atsiri, terdapat dua cara yang bisa dipilih dengan sistem pola tanam yang dapat diterapkan, yaitu:
-
Ditanam sebagai tanaman pokok dengan tanaman semusim sebagai tanaman sela.
-
Ditanam sebagai tanaman sela di antara ruang atau tegakan pohon hutan atau perkebunan.
Melakukan budidaya tanaman atsiri dengan pola tanam tumpang sari dapat mengoptimalkan penggunaan lahan sebagai upaya peningkatan usaha tani, mengurangi resiko terjadinya gagal panen pada tanaman pokok akibat pengaruh iklim, dan dapat memutus siklus hidup inang penyebab hama atau penyakit (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2010).
Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman atsiri perlu dilakukan secara intensif, terlebih pada masa awal pertumbuhan. Pemeliharaan tumbuhan atsiri dimulai dari melakukan penyulaman, penyiangan atau pembuangan gulma, pembumbuan, pemupukan, hingga pemberantasan hama dan penyakit. Dengan pemeliharaan yang tepat, tanaman atsiri akan terhindar dari kendala mati kekeringan, persaingan dengan tumbuhnya gulma, dan tanaman menjadi kerdil.

Manfaat Minyak Atsiri Sereh Wangi bagi Kesehatan
Minyak atsiri sereh wangi atau citronella oil berasal dari tanaman Cymbopogon nardus dan dikenal luas karena manfaatnya dalam pengobatan alami dan aromaterapi. Kaya akan senyawa aktif seperti citronellal, geraniol, dan citronellol, minyak ini telah digunakan secara tradisional untuk berbagai kebutuhan kesehatan.
1. Sifat Antibakteri, Antijamur, dan Mempercepat Penyembuhan Luka
2. Mengurangi Sakit Kepala, Membantu Tidur Nyenyak, dan Melancarkan Pernapasan
Aroma segar dari sereh wangi memiliki efek menenangkan yang dapat membantu mengurangi stres, meredakan sakit kepala, serta memperbaiki kualitas tidur. Salah satu cara penggunaannya adalah dengan meneteskan 3–5 tetes minyak sereh wangi ke dalam semangkuk air panas, lalu menghirup uapnya secara perlahan. Metode ini juga dapat membantu melonggarkan saluran pernapasan (Farrar & Margolis, 2020).
3. Sebagai Pengusir Nyamuk Alami
Minyak sereh wangi juga dikenal luas sebagai bahan alami untuk mengusir nyamuk dan serangga. Kandungan aromatiknya dapat mengacaukan kemampuan nyamuk dalam mengenali bau tubuh manusia. NAHA menyarankan mencampur 10–15 tetes minyak sereh wangi ke dalam 30 mL air dalam botol semprot kaca untuk digunakan sebagai semprotan ruangan atau tubuh (NAHA, n.d.). Efektivitas ini juga telah dibuktikan oleh berbagai studi, termasuk penelitian oleh Trongtokit et al. (2005) yang menunjukkan bahwa minyak ini dapat menyaingi efektivitas DEET dalam kondisi tertentu.
4. Mengurangi Nyeri dan Kram Otot
Minyak sereh wangi juga dapat digunakan sebagai minyak pijat untuk membantu meredakan nyeri otot dan kram. Dengan mencampurkan 3–5 tetes citronella oil ke dalam 100 mL minyak pelarut (carrier oil) seperti minyak kelapa, pengguna akan merasakan sensasi relaksasi pada otot-otot yang tegang serta peningkatan sirkulasi darah lokal (Ali et al., 2015).
Pembuatan Produk Dari Minyak Atsiri yang Bernilai Ekonomis
Minyak atsiri merupakan sebuah cairan esensial yang diekstrak dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, kulit kayu, dan akar, dengan aroma khas yang mudah menguap. Jenis tanaman pada minyak atsiri yang umum dibudidayakan di Indonesia adalah Sereh (Cymbopogon Citratus), Nilam (Pogostemon Cablin), Kayu Putih (Melaleuca Cajuputi), Cengkeh (Syzygium Aromaticum), Jahe (Zingiber Officinale), serta Lavender.
Potensi ekonomi dari minyak atsiri sangat besar, terutama melalui inovasi produk turunan seperti lilin aromaterapi yang ramah lingkungan. Minyak atsiri memiliki banyak potensi baik dari produk asli maupun produk turunan. Produk turunan dari atsiri memiliki peluang pasar yang luas, khususnya di sektor kesehatan, kecantikan, dan rumah tangga. Terdapat berbagai contoh produk turunan atsiri, seperti bahan aromaterapi, pewangi ruangan, pelancar pernapasan, minyak pijat, obat nyamuk, produk kecantikan, serta parfum.
Lilin aromaterapi yang berbahan dasar minyak atsiri diolah dari campuran minyak atsiri, parafin padat (lilin), asam stearat, sumbu lilin, pewarna makanan (opsional), serta air bersih. Produk ini tidak hanya bermanfaat sebagai aromaterapi namun juga penangkal nyamuk alami, aromaterapi yang menenangkan, menjadi sarana aktivitas bagi keluarga, dan yang berpengaruh bagi lingkungan adalah ramah lingkungan serta bebas bahan kimia. Dengan begitu atsiri memiliki berbagai khasiat atau manfaat bagi kesehatan serta ekonomi.

Penulis: Maliha Syahla Olivia, Mahasiswa Prodi Antropologi Budaya Fakultas Ilmu Budaya UGM, KKN-PPM Unit 2025-SN003 Bontoramba, Kab. Jeneponto, Sulawesi Selatan
Artikel ini telah dimuat di kompasiana.com