
Sebagai bagian dari komitmen untuk memberdayakan generasi muda agar lebih inovatif dan solutif dalam menyusun program kerja, mahasiswa KKN-PPM UGM di Desa Tobadak melaksanakan kegiatan pelatihan kepemimpinan dan perencanaan berbasis design thinking bagi pengurus OSIS SMAN 1 Tobadak.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas manajerial siswa sekaligus memperkenalkan metode berpikir yang berfokus pada kebutuhan pengguna (user-centered approach) dalam merancang program kerja yang berdampak dan relevan.
Aktivitas diawali dengan sesi refleksi interaktif menggunakan Mentimeter, di mana peserta diminta untuk membagikan pengalaman, tantangan, dan harapan mereka selama menjadi pengurus OSIS.
Sesi ini membuka ruang diskusi yang hangat sekaligus membangun kesadaran kritis terhadap peran mereka sebagai pemimpin muda di lingkungan sekolah.
Setelah sesi refleksi, peserta diajak untuk memahami prinsip-prinsip dasar manajemen program kerja secara bertahap—mulai dari identifikasi kebutuhan, perumusan tujuan, penyusunan kegiatan, hingga evaluasi dampak.
Pendekatan tersebut tidak hanya memberikan kerangka berpikir yang sistematis, tetapi juga memperkuat peran OSIS sebagai wadah aspirasi dan aksi kolektif siswa.
Selanjutnya, tim KKN memperkenalkan konsep design thinking, sebuah pendekatan yang menekankan pada empati, ideasi, dan eksperimen dalam menyelesaikan permasalahan.
Materi ini disampaikan secara kontekstual, dengan menyesuaikan pada isu-isu nyata yang dihadapi siswa di lingkungan sekolah.
Peserta diajak untuk memahami lima tahapan utama design thinking yaitu empathize, define, ideate, prototype, dan test.
Puncak kegiatan diisi dengan praktik brainstorming program kerja menggunakan kerangka design thinking. Peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok kecil dan diminta untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di sekolah, menggali akar penyebabnya, serta merancang ide solusi secara kolaboratif.
Ide-ide yang muncul mencakup program peningkatan literasi digital, kampanye anti-bullying, pelatihan kewirausahaan siswa, hingga gerakan sekolah ramah lingkungan.
Selain menghasilkan gagasan baru, proses ini juga melatih para pengurus OSIS untuk menyampaikan ide secara persuasif melalui presentasi kelompok.
Masing-masing kelompok memaparkan rencana program beserta strategi implementasi dan indikator keberhasilan yang dapat diukur.
Dengan demikian, ide-ide tersebut berpotensi untuk benar-benar direalisasikan dan berdampak nyata bagi warga sekolah.
Melalui kegiatan ini, para pengurus OSIS tidak hanya mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana merancang program secara strategis dan partisipatif. Namun, juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, empati, komunikasi, dan kolaborasi—kompetensi yang esensial dalam kepemimpinan masa depan.
Salah satu peserta, Lionar Septi, menyampaikan bahwa dirinya sangat terkesan dengan pelatihan manajerial dan pendekatan design thinking tersebut karena membuatnya lebih kritis dalam merancang kegiatan.
“Selama ini kami sering membuat program hanya berdasarkan ide spontan. Dengan metode ini, kami belajar memahami dulu apa yang dibutuhkan siswa dan mencari solusi yang tepat,” ujarnya.
Program ini menjadi salah satu upaya Mahasiswa KKN-PPM UGM untuk memastikan keberlanjutan dan dampak jangka panjang melalui penguatan kapasitas lokal, terutama di kalangan pelajar sebagai agen perubahan di komunitasnya.
Diharapkan, metode tersebut dapat terus digunakan oleh OSIS dalam menyusun dan merealisasikan program-program yang adaptif dan bermakna.
Lebih lanjut, Hendra Prasetya sebagai penanggung jawab program berharap, “Generasi muda harus mulai dilatih untuk berpikir kritis dengan lebih memahami permasalahan sekitar dan berusaha mengatasi hal tersebut melalui aksi nyata yang inovatif dan berdampak. Jika keterampilan ini terus diasah, mereka akan tumbuh menjadi pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman.”
Dengan selesainya kegiatan pelatihan ini, OSIS SMAN 1 Tobadak kini memiliki bekal metodologi dan keterampilan praktis untuk merancang program yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Tim KKN-PPM UGM juga berencana untuk melakukan pendampingan jarak jauh selama beberapa bulan ke depan guna memantau perkembangan implementasi ide-ide yang telah dirumuskan.
Harapannya, kolaborasi ini tidak hanya berhenti pada kegiatan pelatihan, tetapi menjadi awal dari budaya berpikir kreatif dan inovatif yang terus tumbuh di lingkungan sekolah. Dengan demikian, dapat menginspirasi sekolah lain di wilayah Mamuju Tengah untuk menerapkan pendekatan serupa.
Penulis: Mahasiswa KKN-PPM UGM Unit 2025-SR005 Tobadak, Kab. Mamuju Tengah, Sulawesi Barat
Artikel ini telah tayang di goodnewsfromindonesia.id