Enam mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang sedang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Padukuhan Cepit, Kalurahan Bokoharjo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, menyelenggarakan program inovatif bertajuk “Pembentukan Kader Sigap Gawat Darurat Kesehatan”. Kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat, khususnya generasi muda, dalam menghadapi kejadian kegawatdaruratan medis di lingkungan mereka.
Acara edukatif yang berlangsung di Balai Padukuhan Cepit ini menyasar para pemuda Karang Taruna sebagai peserta utama dan calon kader. Dalam pelaksanaannya, keenam mahasiswa UGM bertindak sebagai mentor dan fasilitator. Mereka memberikan materi sekaligus pelatihan langsung terkait penanganan perdarahan, patah tulang, dan cedera akibat kecelakaan, baik yang terjadi dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam situasi darurat lainnya.
“Tujuan dari pembentukan kader ini adalah agar masyarakat, khususnya generasi muda, memiliki kemampuan dasar dalam menangani situasi kegawatdaruratan sebelum pasien mendapat pertolongan lanjutan di fasilitas kesehatan, jelas koordinator program, salah satu mahasiswa KKN UGM dari fakultas ilmu keperawatan.
Materi Praktis dan Berbasis Kasus
Dalam sesi pelatihan, peserta tidak hanya mendapatkan teori tentang jenis-jenis luka dan patah tulang, tetapi juga praktik langsung cara menghentikan perdarahan, membuat bidai sederhana, serta teknik evakuasi korban dengan alat bantu seadanya. Para kader diajarkan bagaimana mengenali kondisi yang memerlukan rujukan segera ke rumah sakit, serta bagaimana mengkomunikasikan kondisi korban dengan cepat dan tepat kepada petugas medis.
Para mahasiswa juga menekankan pentingnya prinsip “Golden Hour”, yakni waktu emas satu jam pertama setelah kejadian gawat darurat yang sangat menentukan peluang keselamatan dan kesembuhan korban. Pelatihan ini sangat bermanfaat, karena kami sebagai pemuda seringkali menjadi orang pertama di lokasi kejadian. Sekarang kami tahu apa yang harus dilakukan,” ungkap hafidz salah satu anggota Karang Taruna, usai mengikuti pelatihan.
Membangun Sistem Respon Cepat di Tingkat Padukuhan
Pembentukan kader sigap ini diharapkan menjadi cikal bakal terbentuknya tim tanggap darurat komunitas (community-based emergency response team) yang bisa diandalkan di tingkat padukuhan. Selain memberikan pelatihan, mahasiswa juga membantu menyusun alur pelaporan dan penanganan gawat darurat yang disesuaikan dengan sumber daya lokal.
Tidak semua daerah memiliki akses cepat ke fasilitas kesehatan, sehingga perlu ada respons awal dari masyarakat. Dengan pelatihan ini, kami ingin mengisi celah tersebut,” tambah aziz mahasiswa UGM dari fakultas ilmu keperawatan.
Apresiasi dan Harapan Keberlanjutan
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari tokoh masyarakat setempat, termasuk Dukuh Cepit dan pengurus Karang Taruna. Mereka berharap program ini dapat berlanjut secara berkelanjutan dengan dukungan lintas sektor, baik dari puskesmas, relawan, maupun pemerintah kalurahan.
Ini contoh bagus sinergi antara mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah. Harapan kami, kader yang sudah terbentuk bisa terus berlatih dan bahkan melatih kader lainnya,” ujar salah satu tokoh masyarakat Cepit.
Program ini merupakan bagian dari misi UGM dalam mengimplementasikan pengabdian kepada masyarakat berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendorong pemberdayaan lokal di bidang kesehatan.
Sumber berita : Kompasiana.com