Gerakan Pusaka Indonesia pada dasarnya tidak jauh dari dorongan dan dukungan dari para expert yang berasal dari Universitas Gadjah Mada. Harapannya melalui ragam rekomendasi dan keluaran (output) yang disuguhkan kepada negeri, dapat mewujudkan komitmen Gadjah Mada, dalam menyongsong Kota Pusaka yang semakin berkembang di Indonesia.
Berbagai upaya oleh Universitas Gadjah Mada dalam mendukung konsep smart city, turut dituangkan dalam wujud inovasi. Melalui Gamatechno, UGM terus mengupayakan penciptaan-penciptaan teknologi yang menunjang konsep smart city.
UGM sejak dahulu telah turut serta berperan dalam segala persiapan transmigrasi. Saat ini, UGM menerjunkan puluhan tim KKN-PPM UGM untuk melaksanakan pengabdian di seluruh penjuru negeri, tidak terkecuali titik-titik 3T dan lokasi-lokasi transmigrasi.
Berbagai upaya untuk turut serta dalam menjawab persoalan mengenai ketimpangan wilayah telah dilakukan Universitas Gadjah Mada melalui PSPPR. Berbagai kajian mengenai persoalan ketimpangan coba dijawab PSPPR melalui terobosan pemekaran wilayah. Salah satu kabupaten yang menjadi pioneer pemekaran wilayah sekaligus karya PSPPR adalah Kutai Kartanegara.
Melacak jejak pemikiran dan karya UGM melalui pendekatan multidisiplin, Prof. Dr. M. Baiquni, MA mencetuskan Paradigma Archipelago pada pidato pengukuhan gurubesarnya tahun 2014.
Paradigma archipelago untuk memahami dan mewujudkan pengembangan wilayah kepulauan Indonesia yang bercirikan Bhinneka Tunggal Ika. Orientasi pengembangan wilayah kepulauan ini didasarkan pada pertimbangan berikut ini. Pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) di wilayah tropis yang memiliki keragaman ekosistem alam dan budaya terbesar di dunia. Kedua, Kepulauan ini memiliki sejarah panjang, lebih seribu tahun silam pernah memiliki peradaban maritim yang terkenal seperti Sriwijaya dan peradaban agraris yang unggul di sekitar Borobudur dan Prambanan. Ketiga, Indonesia memiliki posisi geostrategi penting diantara silang Benua Asia dan Australia serta silang Samudera Hindia dan Pasifik. Keempat, Indonesia sedang mengalami transisi perkembangan pesat yang perlu dikawal agar mampu berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya di tengah pergaulan bangsa-bangsa dunia. Kelima, saat ini Indonesia sedang melakukan estafet kepemimpinan baru yang diharapkan mampu melakukan transformasi pembangunan berkelanjutan menjadi bangsa yang EMAS; ekonomi maju, masyarakat adil, dan kehidupan sejahtera (Baiquni, 2014).
Berangkat dari kemiskinan, rantai masalah terhubung pada persoalan aksesibilitas fasilitas publik, yang muaranya akan kembali berputar pada persoalan kemiskinan. Universitas Gadjah Mada sebagai perguruan tinggi dengan nilai tridharma yang melekat, secara tidak langsung berkewajiban untuk menjawab tantangan bangsa ini.
Sistem Pirau (shunt system) katup semiluner merupakan salah satu alat bantu pasien hidrosefalus untuk menyongsong hari depan yang lebih baik. Kehadiran metode shunting memberi harapan bagi para penderita penyakit hidrosefalus, terlebih penggunaan metode ini tidak lagi bergantung kepada produk-produk impor karena segala peralatannya dapat dibuat dan ditemukan di Indonesia.
Gama EWS berhasil diimplementasikan di 30 provinsi, 110 kabupaten/kota dan lebih dari 200 desa di seluruh Indonesia. Bahkan, penerapan alat EWS juga digunakan di luar negeri seperti di Myanmar. Dalam penerapannya, UGM bekerjasama dengan BNPB, BPBD maupun KPDT, serta di berbagai perusahaan bidang pertambangan dan energi.
Berkaitan dengan telah dilaksanakannya seleksi proposal Program Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun Anggaran 2020 oleh tim Reviewer Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM, dengan ini kami sampaikan pengumuman Berita Acara Penetapan Pemenang Program Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Gadjah Mada Tahun 2020.
Keberhasilan peluncuran Roket Gama IIA dan Gama IIB memperoleh sambutan hangat dari pemerintah, masyarakat hingga turut mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia.
Roket Pertama Indonesia
Pada tahun 1957 Uni Soviet meluncurkan roket Sputnik I. Peluncuran roket tak berawak ini ternyata membuat kagum beberapa mahasiswa dari Jurusan Teknik Sipil, Teknik Kimia, dan MIPA UGM hingga mereka terinspirasi untuk membuatnya. Sebagai permulaan, mereka menggambar roket secara sederhana seperti mercon sleng (jenis mercon yang tidak meledak).