Yogyakarta, 13 November 2025 — Dalam rangka memperingati Hari Standar Dunia dan Bulan Mutu Nasional (BMN) 2025, Badan Standardisasi Nasional (BSN) bersama Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPKM) Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan UMKM Class Series #34: “Berdaya Saing melalui Penerapan SNI”. Kegiatan edukasi dan pemberdayaan ini digelar di Ruang Sidang 1 DPKM UGM dan melibatkan puluhan pelaku UMKM binaan dari berbagai sektor, baik pangan maupun nonpangan.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Bulan Mutu Nasional yang tahun ini mengusung tema “Infrastruktur Mutu Nasional Fondasi Mutu, Mendorong Penguatan Ekonomi untuk Indonesia Emas 2045”. Tema tersebut menegaskan pentingnya standardisasi dan penjaminan mutu sebagai fondasi penguatan daya saing produk nasional. Melalui kegiatan ini, BSN dan UGM menegaskan komitmen untuk mendorong UMKM agar memahami, menerapkan, dan memanfaatkan SNI sebagai instrumen penting menuju pertumbuhan usaha yang tangguh dan berkelanjutan.
Standardisasi sebagai Penggerak Ekonomi
SNI merupakan standar nasional yang disusun untuk memastikan kualitas, keselamatan, efisiensi, dan konsistensi sebuah produk atau sistem. Bagi UMKM, penerapan SNI menjadi langkah strategis dalam meningkatkan kepercayaan konsumen, memperluas pasar, dan memenuhi persyaratan penjualan di banyak jaringan distribusi formal. Tantangan globalisasi menuntut pelaku usaha, bahkan di skala kecil sekalipun, untuk mengadopsi praktik mutu yang lebih baik.
Melalui UMKM Class Series #34, peserta memperoleh pemahaman menyeluruh mengenai manfaat SNI, proses sertifikasi, hingga mekanisme pendampingan yang tersedia. Kegiatan ini menjadi ruang interaktif bagi pelaku usaha untuk berkonsultasi langsung dengan BSN serta mendengar kisah nyata dari pelaku UMKM yang telah merasakan manfaat penerapan standar.
Acara dibuka oleh Prof. Ir. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D., IPM, Kepala Bidang Pengelola KKN Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat. Dalam sambutannya, Prof. Nanung menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam memperkuat ekosistem UMKM.
“Bapak Ibu pelaku UMKM adalah penggerak ekonomi nasional. Tanpa UMKM, ekonomi kita tidak akan bergerak secara sempurna,” ujarnya. Ia menyampaikan apresiasi kepada BSN dan seluruh mitra yang hadir, termasuk para narasumber dari Gudeg Bu Tjitro, PT Serelia Prima Nutrisia, CV Astoetik, serta CV Rumah Mesin.

Dalam sambutannya, Prof. Nanung menekankan bahwa UGM memiliki misi besar dalam mendukung pemberdayaan masyarakat. “Kelas UMKM yang kini memasuki seri ke-34 ini adalah bentuk komitmen UGM. Mungkin UGM tidak mendirikan pabrik atau memberikan modal langsung, tetapi kami menjadi jembatan. Kami mentransfer pengetahuan, menghubungkan jejaring, dan mengundang para ahli agar kapasitas Bapak Ibu meningkat.”
Beliau juga menyinggung karakter khas pelaku UMKM yang identik dengan kemandirian dan semangat mengelola usaha secara mandiri. Namun, ia mengingatkan bahwa jejaring dan kolaborasi tetap diperlukan untuk dapat naik kelas. “Kita perlu membentuk jejaring yang saling menguatkan. Pemerintah, dinas, perguruan tinggi, bank, hingga NGO kini banyak menyediakan fasilitasi bagi UMKM. Tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.”
Selain itu, Prof. Nanung juga menjelaskan berbagai fasilitas pengujian mutu yang tersedia di UGM untuk membantu UMKM pangan meningkatkan kualitas produk. “Jika ingin menguji higienitas, kandungan logam berat, pestisida, atau kontaminan lain, semuanya dapat dilakukan di LPPT UGM. Ini bagian dari ikhtiar kami untuk memastikan produk UMKM semakin unggul.”
Sebelum menutup sambutan, ia memberikan motivasi yang disambut antusias peserta. “Semoga usaha Bapak Ibu lancar, menghasilkan rezeki yang halal dan thayib. Dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, UMKM Class Series #34 resmi dibuka.”
Sesi utama dimulai dengan paparan Angietha Putri Prameswari dari BSN Kantor Layanan Teknis Yogyakarta. Dalam materinya berjudul “Program SNI dan SNI Bina UMK untuk Daya Saing UMK”, ia memaparkan peran strategis SNI dalam menghadapi persaingan global.
Angietha menjelaskan bahwa SNI bukan hanya persyaratan teknis, tetapi juga alat untuk membangun kepercayaan konsumen. Ia memaparkan proses pembinaan dan sertifikasi, termasuk bagaimana UMKM dapat mengakses program pendampingan melalui skema SNI Bina UMK. Peserta diberikan gambaran praktis tentang langkah-langkah teknis yang harus disiapkan, mulai dari sistem manajemen mutu, pengendalian proses, hingga persyaratan laboratorium.
Materi ini menjadi landasan penting bagi peserta untuk memahami bahwa standardisasi adalah investasi jangka panjang bagi keberlanjutan usaha.

Success Story: Belajar dari Pelaku UMKM yang Berhasil Menerapkan SNI
Empat narasumber dari sektor pangan dan nonpangan diundang untuk berbagi pengalaman langsung mengenai proses penerapan SNI.
Sektor Pangan
1. Gudeg Bu Tjitro – Burhanul Akbar Pasa (Direktur)
Burhanul menceritakan perjalanan meningkatkan kualitas proses produksi makanan tradisional khas Yogyakarta ini agar memenuhi standar keamanan pangan. Proses dokumentasi, pengendalian bahan baku, hingga audit internal menjadi bagian penting yang harus dijalani dalam penerapan SNI.
2. PT Serelia Prima Nutrisia – Risal Eza Lazuardhi (Production Manager)
Risal menjelaskan bagaimana perusahaan memanfaatkan SNI sebagai acuan pengembangan sistem produksi yang lebih efisien dan konsisten. Ia menekankan bahwa meskipun proses menuju SNI membutuhkan penyesuaian besar, hasilnya membawa peningkatan kepercayaan pasar dan efisiensi proses yang signifikan.
Sektor Nonpangan
1. CV Astoetik – Nova Suparmanto (Founder)
Nova memaparkan bagaimana standardisasi meningkatkan daya saing produknya di pasar nasional. SNI membantu memperjelas spesifikasi produk, meningkatkan konsistensi hasil, dan memperluas peluang masuk ke jaringan distribusi lebih luas.
2. CV Rumah Mesin – Efendi Setiawan (Business Development Supervisor)
Efendi berbagi bagaimana implementasi SNI pada produk mesin tak hanya membantu perusahaan memenuhi regulasi, tetapi juga memastikan keandalan performa mesin di mata pelanggan. Konsistensi mutu menjadi kunci perusahaan dalam membangun reputasi.
Success story ini memberikan gambaran nyata bahwa penerapan SNI dapat mendorong UMKM berkembang lebih profesional dan kompetitif. Peserta terlihat antusias mengajukan pertanyaan, mulai dari persiapan audit, biaya, hingga kendala teknis yang dihadapi pelaku UMKM saat memulai proses standardisasi.
Memperkuat Ekosistem Mutu untuk Indonesia Emas 2045
UMKM Class Series #34 menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antara pemerintah, perguruan tinggi, dan pelaku UMKM. Kolaborasi BSN dan UGM mempertegas bahwa peningkatan mutu harus dimulai dari akar, yaitu pelaku usaha itu sendiri.
Dengan memperluas adopsi SNI di kalangan UMKM, Indonesia semakin siap menghadapi persaingan global menuju visi besar Indonesia Emas 2045: bangsa yang berdaya saing, berkelanjutan, dan kuat secara ekonomi.
