Webinar International Discourse on University Rankings and the Communiversity Appraisal System
Universitas Gadjah Mada (UGM) dalam hal ini diwakili oleh Kepala Subdirektorat Kuliah Kerja Nyata Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat menjadi salah satu pembicara dalam webinar online internasional yang berjudul “International Discourse on University Rankings and the Communiversity Appraisal System”. Webinar ini diselenggarakan oleh International Islamic University Malaysia (IIUM) pada hari Senin (6/3) secara daring yang turut mengundang dosen dari Qatar University, Osaka University Japan, Universiti Sains Malaysia, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Indonesia.
Direktur Kantor Urusan Internasional Qatar University, Cesar Wazen, saat memaparkan tentang gambaran umum mengenai pemeringakatan universitas di dunia
Pada kesempatan tersebut, IIUM mengangkat tema tentang pemeringkatan universitas dan sistem penilaian communiversity –yakni sebuah inisiatif yang dirancang untuk menyatukan universitas dan komunitas- sebagai salah satu upaya mengembalikan peran universitas dalam memastikan transformasi institusi yang terjadi di universitas turut meluas dan dirasakan oleh masyarakat. Cesar Wazen, dosen sekaligus Direktur Kantor Urusan Internasional Qatar University yang dalam paparannya menyebutkan bahwa pemeringkatan tak lain merupakan bagian dari kompetisi. “Suka atau tidak suka, saat ini pemeringkatan sudah menjadi bagian dari lanskap pendidikan tinggi yang memberikan informasi kepada mahasiswa dan juga universitas itu sendiri.”, ucapnya. Meskipun demikian, saat ini telah banyak universitas dan organisasi profesional seperti Times Higher Education World University Rangkings dan QS World University Rangkings, yang menyusun daftar peringkat universitas melalui evaluasi dengan menggunakan selain output publikasi dan sitasi.
Hal tersebut didukung oleh Rektor IIUM, Prof. Tan Sri Dato’ Dzulkifli Abdul Razak yang dalam diskusi forum menyampaikan bahwa jangan sampai pemeringkatan universitas membuat kampus-kampus di dunia hanya fokus untuk berkompetensi memperoleh peringkat terbaik. “Ada elemen-elemen lain yang lebih perlu diperhatikan oleh universitas dari pada hanya sekadar mengejar angka. Jika universitas perlu membuktikan diri, maka universitas membutuhkan banyak investasi yang perlu dilakukan.”, paparnya. Beliau juga percaya bahwa sistem pemeringkatan yang selama ini dijalankan perlu direvisi sebab melabeli sebuah universitas dengan keunggulan yang dimiliki akan lebih baik dari pada jika hanya melabeli dengan angka. “Saya yakin bahwa setiap universitas memiliki fokus dan keunggulannya masing-masing di mana universitas lain bisa belajar tentang keunggulan tersebut darinya.”, imbuhnya.
Kepala Subdirektorat Kuliah Kerja Nyata Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Ir. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D. saat menyampaikan jumlah kegiatan pengabdian masyarakat di Universitas Gadjah Mada
Sementara itu, Kepala Subdirektorat Kuliah Kerja Nyata Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Ir. Nanung Agus Fitriyanto, S.Pt., M.Sc., Ph.D. dalam kesempatan tersebut memaparkan tentang praktik penilaian universitas di Universitas Gadjah Mada, khususnya dalam bidang pengabdian kepada masyarakat. Beliau menyampaikan bahwa pengabdian kepada masyarakat atau community service merupakan salah satu dari tri dharma perguruan tinggi yang wajib dilaksanakan oleh dosen. Bahkan, mahasiswa UGM turut diwajibkan untuk melaksanakan community service yang merupakan mata kuliah universitas. Hingga saat ini, proses rekognisi community service yang dilakukan oleh UGM masih harus disubmit oleh UGM ke Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan secara independen. “Pemerintah sudah menyiapkan sistem bernama Sinta dan Bima untuk keperluan metriks akademis di Indonesia di mana dosen mengajukan proposal dan melaporkan kegiatan penelitian dan pengabdian yang telah dilakukan oleh universitas. UGM pun terus mendorong Bapak Ibu dosen dengan memberikan penghargaan insan berprestasi bidang community service agar terus semangat melakukan pengabdian kepada masayarakat.”, terangnya.
Peserta dan pembicara yang hadir dalam webinar tersebut tampak antusias mengikuti diskusi yang berjalan. Ketua Sejahtera Center IIUM, Assoc. Prof. Dr. Zainal Abidin Sanusi menutup acara dengan mengajak kepada seluruh pembicara dan peserta yang hadir untuk menindaklanjuti hasil dari diskusi dan koordinasi lebih lanjut melalui platfrom komunikasi daring.