Menjamin akses terhadap air bersih dan sanitasi merupakan tanggungjawab bersama, dan sangat bergantung pada pemerintahan yang efektif, manajemen sumber daya serta perencanaan kota. Manajemen sumberdaya air yang terpadu membutuhkan kerjasama dalam perencanan dan kebijakan lingkungan antara daerah yang berdekatan. Pemerintah daerah memiliki posisi strategis untuk mendukung pengelolaan air bersih dan sanitasi berbasis partisipasi oleh masyarakat, termasuk para penduduk permukiman kumuh. |
6.akses air -rce
Permasalahan tentang sanitasi bisa dikatakan sebagai kebutuhan pokok manusia. Sistem sanitasi yang buruk tidak hanya berakibat pada kesehatan manusia dan lingkungan hidup, tetapi juga aktifitas ekonomi yang terkait.
UGM bantu riset pemerintah dalam upaya pengolahan lahan pasang surut di berbagai daerah. Hasil riset ini memberikan dampak besar pada program swasembada pangan nasional.
Persoalan Tanah di Indonesia
GRSI di Yogyakarta diinisiasi oleh komunitas sungai, akademisi Perguruan Tinggi, Kementrian terkait dan Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD). Restorasi Sungai yang dielaborasikan dari diskusi, ide dan realisasi simultan dari komunitas-komunitas sungai bekerjasama dengan LPPM UGM dan Laboratorium Hidraulika dan Bangunan Air Departemen Teknik Sipil SV UGM.
Universitas Gadjah Mada melalui berbagai program dan kesempatan, senantiasa turut serta dalam penjaminan akses atas air dan sanitasi bagi semua masyarakat Indonesia
Konsep Drainase
Universitas Gadjah Mada melalui berbagai program dan kesempatan, senantiasa turut serta dalam penjaminan akses atas air dan sanitasi bagi semua masyarakat Indonesia. Tahun 1988, UGM melalui guru besarnya, Prof. Dr. Ir. Sunjoto, DIP. HE., DEA (Dosen Fakultas Teknik) telah membuat konsep Sistem Drainase Air Hujan Berwawasan Lingkungan dengan skema sumur resapan. Konsep perancangan drainase ini merupakan sebuah bentuk kepeloporan dalam usaha pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang didayagunakan UGM melalui Prof. Dr. Ir. Sunjoto atas prakiraan defisit air sebesar 50% yang akan terjadi di Pulau Jawa dan Madura pada tahun 2000-an. Konsep ini sejatinya merupakan bentuk fungsi artificial recharge, sekaligus sebagai retarding basin. Artinya secara konsep sistem ini merupakan teknologi nenek moyang yang dikembangkan lagi sekarang. Tentunya disampaikan pada skema dan konsep bahwa pada praktiknya, konsep ini harus dibarengi dengan upaya berlandaskan pelestarian lingkungan hidup seperti reboisasi, terasering, teknik bertanam yang benar, penataan pola konsumsi air, serta pengendalian pertumbuhan penduduk.
Upaya mendukung keadilan sosial bagi seluruh umat manusia dalam mengakses air bersih tidak hanya dilakukan oleh tenaga pengajar, melainkan juga mahasiswa dalam kegiatan KKN-PPM UGM.
Air bersih merupakan kebutuhan semua makhluk hidup. Salah satu alasan dapat bertahanhidupnya makhluk hidup adalah karena air. Namun luasnya perairan Indonesia tidak lantas menjadikan negara ini makmur air bersih. Banyak masyarakat di Indonesia yang masih sangat kesulitan dalam mengakses air. Kendala jarak dan keharusan untuk berkenan bertaruh nyawa menjadi alasan warga untuk berfikir dua kali sebelum bertindak. Masyarakat Kelurahan Glagaharjo, Kepuharjo, dan Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan mengalami yang namanya kesulitan mendapatkan air bersih. Air bersih dapat dinikmati hanya jika warga berkenan bertaruh nyawa melewati jurang yang terjal dengan kedalaman 150 m, belum dengan jarak tempuhnya yakni 4 Km.