Sejak tahun 1960-an UGM sudah mulai melakukan kerja sama secara regional dan internasional, baik bekerja sama dengan lembaga, pemerintahan maupun antar universivitas.
Kerja Sama Lingkup Asia Tenggara
UGM selalu berusaha meningkatkan kerja sama dengan pihak luar negeri dari tahun ke tahun sejak berdiri sebagai universitas. Jalinan keterbukaan dengan pihak luar ini memberikan dampak besar bagi Indonesia, terkhusus negara-negara bagian Asia Tenggara. Kerja sama yang terdiri dari penelitian, pendidikan, hingga bantuan yang bersifat kemanusiaan terjalin begitu erat.
Pada tahun 1977 UGM menjalin kerja sama dengan universitas/lembaga di kawasan Asia tenggara dalam bentuk penelitian bersama dan pengiriman mahasiswa/staf pengajar untuk program Master maupun Ph.D. Beberapa universitas yang bergabung adalah University of the Philippines di Diliman maupun Los Banos, Thammasat University dan Asian Development Institute di Thailand, University Kebangsaan, University of Malaya dan Universiti Sains Malaysia di Malaysia.
Cikal Bakal Asean Lewat Pemberian Gelar H.C
Sejak diresmikan sebagai universitas, UGM sudah memberikan Gelar Doktor Honoris Causa kepada 21 tokoh baik nasional maupun internasional dalam berbagai bidang ilmu hingga tahun 2012. Tujuh dari 21 penerima H.C tersebut merupakan tokoh-tokoh yang memberikan pengaruh besar dalam terbentuknya lingkaran negara Asean. Ketujuh tokoh tersebut adalah:
- Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta
Presiden, Ir. Soekarno menerima gelar H.C di bidang Ilmu Hukum pada tanggal 19 Desember 1951. Upacara pemberian gelar ini dilaksanakan dalam Rapat Senat Terbuka di Siti Hinggil Kraton Yogyakarta (dahulu merupakan auditoriumnya UGM). Prof. Mr. Drs. Notongoro selaku sekretaris Senat Universitas dan guru besar fakultas Hukum dan Filsafat Hukum bertindak sebagai promotor dalam pidato berjudul, “Pancasila Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia”.
Wakil presiden, Drs. Mohammad Hatta mendapatkan gelar H.C di bidang Ilmu Hukum pada Rapat Senat Terbuka tanggal 27 November 1956. Rektor UGM, Prof. Dr. Sardjito bertindak selaku promotor ketika Moh. Hatta menyampaikan pidato yang berjudul “Lampai dan Datang”.
Soekarno memberikan cinderamata kpd Raja Thailand Bhumibol Adulyadej 12 Februari 1960 (dok. UGM)
- Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej
Pada tanggal 12 Februari 1960 pertama kalinya UGM memberikan gelar H.C kepada tokoh dari luar negeri, yakni kepada Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej dalam bidang Ilmu Budaya. Bhumibol Adulyadej didampingi istrinya, Ratu Sirikit menerima penghargaan di Siti Hinggil Kraton Yogyakarta. Pemberian penghargaan Doktor Honoris Causa dari UGM ini merupakan rintisan awal persahabatan Negara-negara yang kemudian dikenal dengan sebutan Asean. (LTR, 19 September 1960) Kepala Negara Kamboja, Norodom Sihanouk
Pada tanggal 30 November 1962 UGM memberikan gelar H.C di bidang Ilmu Keuangan kepada Kepala Negara Kamboja, Paduka Yang Mulia Pangeran Norodom Sihanouk. Pemberian gelar ini merupakan upaya penggalangan kekuatankekuatan progresif dalam upaya pembangunan dunia baru (Asean). (LTR, 19 September 1963: Upaya penggalangan dunia baru)
- Presiden Filipina, Diosdado Macapagal
Pada tanggal 24 Februari 1964 Presiden Filipina ke-9, Diosdado Macapagal mendapat gelar H.C di bidang Ilmu Politik. Diosdado Macapagal menjadi presiden pada tahun 1961 setelah sebelumnya menjadi wakil presiden (partai Liberal) di tahun 1957.
- Raja Malaysia, Duli Yang Maha Mulia Sultan Azlan Shah
Raja Malaysia, DYMM Sri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agung Sultan Azlan Shah menerima gelar H.C di bidang Ilmu Hukum pada tanggal 28 September 1990. Putra keempat Sultan Yussuf Azuddin Shah (Sultan Perak ke-32) ini menjadi Raja pada tanggal 26 April 1989.
- Sultan Brunei, Hassanal Bolkiah
Pemberian gelar H.C kepada Sultan Brunei bertempat di Balai Senat, UGM pada tanggal 9 April 2003. Pemberian gelar ini karena jasa-jasa luar biasa Sultan Brunei dalam memajukan bangsanya, khususnya dalam bidang kesejahteraan sosial dan pendidikan. Sultan Hassanal Bolkiah sangat menaruh perhatian dalam pengembangan dan pembi-naan bahasa Melayu dan sastra Melayu.
Lahirnya ASEAN dan AUN
Tahun 1997, Australia-South East Asian (ASEAN) resmi dibentuk dengan UGM menjadi salah satu pendirinya. Berdirinya Asean ini juga diawali dari terbentuknya Asean University Network (AUN) pada 30 November 1995 yang berfungsi untuk meningkatkan dan memperkuat jaringan kerja sama antaruniversitas dan lembaga di wilayah Asean. Dengan berjalannya Asean dan AUN, maka sebanyak 13 universitas dari 17 negara anggota Asean terus melakukan kerja sama (collaborative research). (LTR, 1997:XXV)
Pertemuan rektor rektor AUN di Yogyakarta (Dok. UGM)