Peneliti-peneliti UGM sejak tahun 1961 telah melakukan berbagai penelitian dengan memanfaatkan radioisotop dalam berbagai bidang kajian meliputi pertanian, peternakan, biologi, kesehatan dan kedokteran hewan. Radio isotop tersebut juga merupakan cikal bakal lahirnya Program Studi Teknik Nuklir hingga paten kontainer nuklir UGM.
Dunia penelitian pada tahun 1990-an digemparkan dengan keberhasilan tim UGM dalam pengelolaan limbah radioaktif berupa kontainer nuklir. Hal itu bermula saat pemerintah Amerika Serikat membutuhkan desain penampung limbah nuklir baru karena banyaknya pembangkit listrik tenaga nuklir di negara tersebut. Ir. Yudi Utomo Imardjoko, M.Sc, ketua tim perancangan, dan anggota tim lainnya: Ir. Haryono Budi Santoso, Dr.Ing Kusnanto, Ir. Bagas Puji Laksono, MT, Ir. Andang Widi Harto, dan Ir. Susetyo Haryo Putro, M.Sc. Kontainer nuklir tersebut merupakan jawaban tentang perdebatan boleh-tidaknya bahan nuklir untuk digunakan. Hal itu pula yang menyebabkan tidak diminatinya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) karena persoalan limbah nuklir di hampir seluruh dunia.
Sebelum Yudi Utomo Imardjoko, dkk fokus dalam pengembangan kontainer nuklir hingga memperoleh paten atas kontainer nuklir tersebut di Indonesia dan di Amerika Serikat. Sejak tahun 1960an, UGM telah berkiprah dalam pengembangan radioisotop. Tanggal 4 Nopember 1961 unit reaktor atom UGM yakni Subcritical Atomic Reactor (Subcritical Assembly) yang dibeli dari Uni Soviet telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden RI Dr. Ir. Soekarno di Gedung FIPA Sekip pada tanggal 18 Desember 1961. Tahun berikutnya tepat pada tanggal 22 Oktober 1962, Presiden Soekarno juga meresmikan reaktor simulator dan juga Perpustakaan Tenaga Atom di Fakultas
Ilmu Alam UGM yang merupakan sumbangan dari AID. Selain itu, ICA (AID) membangun Laboratorium Cobalt 60 Irradiation Unit Reactor lengkap beserta peralatannya. Para peneliti UGM mulai memanfaatkan radioisotop dalam berbagai penelitiannya.
Data di Arsip UGM menyebutkan, pada tahun 1961 Seksi Mikrobiologi Fakultas Pertanian UGM melakukan penelitian tentang “Penyinaran Beberapa Jamur dengan Sinar Gamma dengan menggunakan Co-Unit”. Pada tahun berikutnya, 1962, Ir. Moeso Soeryowinoto dari Fakultas Biologi melakukan penelitian tentang “Penembakan Biji Padi dengan Sinar Co-60 Gamma” dan Drs. Djoemantoro dari Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP) yang meneliti “Pengaruh Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Ayam dengan Jalan Penyinaran Telur Bertunas”.
Radio-isotop Gama Cell (Dok. UGM)
Tahun 1963, Seksi Bakteriologi FKHP juga melakukan penelitian tentang “Pengaruh Sinar Gamma Terhadap Pertumbuhan Ulat Sutera dengan Penyinaran pada Telur Kupu” dan penelitian terhadap kemungkinan untuk mendapatkan Strain Vaccine Bacillus Anthracis dengan pengaruh radiasi Sinar Gamma, yang memiliki nilai immunisatorik tinggi bagi pemberantasan dan pencegahan penyakit Anthrax. Fakultas Ilmu Pasti dan Alam yang memiliki Lab. Cobalt-60, melakukan penelitian tentang pengaruh dari radiasi sinar Gamma terhadap beberapa zat seperti plastik, minyak lincir, barko, alumunium, dan lain-lain yang dilakukan oleh mahasiswa Fisika tingkat akhir yang dipimpin oleh Soepono, M.Sc. Nurtjahjo, B.Sc, tahun 1968, dari Fakultas Biologi melakukan percobaan pengawetan nira dengan radiasi Sinar Gamma dari Cobalt-60. Nira yang diradiasi selama 6 hari dengan dosis 2.000.000 r s/d 2.500.000 r, warna nira tetap hijau muda, baunya tetap seperti nira, rasanya manis, nilai pH= 5,9 turun menjadi pH= 5, dan konsentrasi sucrose turun menjadi 44%. Tahun 1970, Sugiman Sastrowidjojo dari Fakultas Kedokteran Hewan UGM melakukan penelitian mikrobiologi dari ikan laut yang diawetkan dengan radiasi. Hasilnya, ikan yang telah diradiasi tersebut mengandung jenis bakteri tertentu, sedangkan daya simpan (shelf life) ikan yang telah menerima doses 300 dan 600 krad meningkat hingga masing-masing 6 dan 10 hari apabila disimpan pada suhu 20 oC. Penelitian penelitian terkait dengan pemanfaatan radiasi terus dilakukan oleh peneliti-peneliti dari UGM, termasuk dalam bidang pemuliaan padi sebagai upaya menaikkan hasil pangan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Moeso Soeryowinoto dan Nurtjahjo dari Fakultas Biologi UGM pada tahun 1975.
Selain melakukan berbagai penelitian dengan radioisotop, UGM juga aktif mengadakan kursus prinsip-prinsip penggunaan radioisotop. Kursus yang pertama kali diadakan di Indonesia tersebut diikuti oleh 17 sarjana dari ITB, UNAIR, UGM, dengan materi: 1). Fisika atom dan inti, 2). Instrumentasi dari alat-alat deteksi dan penghitung radiasi, 3). Fisika kesehatan, 4). Teknik penggunaan radioisotop, 5) Beberapa topik mengenai penggunaan radioisotop dalam berbagai lapang antara lain: Biologi, Pertanian, Kedokteran, dsb. 6). Praktek pemanfaatan radioisotop. Hingga tahun 1965 kursus yang diselenggarakan selama dua minggu tersebut sudah dilaksanakan hingga lima angkatan. Pada semester II tahun 1977 menjadi tahun dibukanya Teknik Nuklir tingkat sarjana di bawah Fakultas Teknik UGM yang merupakan hasil kerjasama dengan BATAN.