UGM bantu riset pemerintah dalam upaya pengolahan lahan pasang surut di berbagai daerah. Hasil riset ini memberikan dampak besar pada program swasembada pangan nasional.
Persoalan Tanah di Indonesia
Pada tanggal 17 September sampai dengan 1 Oktober tahun 1969 Tim Teknik P4S (Proyek Pembukaan Persawahan Pasang Surut) UGM diterjunkan ke Kalimantan untuk mengadakan identifikasi problem persawahan pasang surut. Dari survei yang dilakukan oleh Tim P4S, diketahui bahwa persoalan yang ada dalam pengembangan persawahan pasang surut di Kalimantan mencakup; (1) faktor tanah (perimbihan buruk, kejenuhan basa terlalu rendah, dan kandungan elektrolit terutama sulfat terlalu tinggi); (2) serangan hama dan penyakit; serta (3) mutu pengairan yang rendah.
Untuk menyelesaikan masalah kualitas tanah, Fakultas Pertanian UGM bersama Fakultas Teknik berusaha mengatasi dengan perbaikan saluran air (sistem porok oleh Prof. Soenarjo), pemupukan intensif, dan melakukan penghindaran adanya oksidasi senyawa-senyawa sulfida dari tanah (Laporan Penelitian Lahan Pasang Surut, 7 buku).
Lahan Pasang Surut
Pada awal Pembangunan Lima Tahun I (Pelita I) Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I) pemerintah memutuskan membuka area persawahan baru guna mewujudkan program swasembada pangan. Pilihan jatuh pada pembukaan persawahan pasang surut atas dasar pemikiran: (1) Luas wilayah pasang surut di Indonesia diperkirakan meliputi 7.340.000 ha; (2) Biaya pembukaan tiap satuan luas lebih murah; (3) Rentabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sawah dengan pengairan konvensional dan polder; (4) Dapat menyerap transmigran dalam jumlah besar; dan (5) Mempunyai peranan penting dari segi pertahanan dan keamanan nasional (Hankamnas).
Peninjauan lahan beserta aspek sosial ekonomi di awal 1970an untuk transmigrasi di Kalimantan (Dok. UGM)
Sebagai lokasi kegiatan proyek pembukaan persawahan pasang surut (P4S) ini dipilihlah wilayah Barambai (Kalsel) dan Tamban Luar (Kalteng). Lokasi-lokasi yang terpilih ini merupakan daerah yang sangat susah untuk dimanfaatkan lahannya bagi masyarakat. Perlu adanya penelitian dan perhatian lebih dalam mengolah lahan pasang surut menjadi lahan yang dapat dimanfaatkan masyarakat, sehingga program swasembada pangan nasional tercapai.
Penelitian UGM
Sebagaimana usulan Dekan Pertanian pada Dies Natalis ke-2 UGM mengenai program trasmigrasi, maka tahun 1961 UGM dipercaya membantu pengembangan program transmigrasi nasional. Tim UGM berencana mendirikan sebuah badan untuk meneliti permasalahan yang dihadapi dalam lahan pasang surut. Hasil survei menunjukkan pentingnya didirikan sebuah test farm di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah pada tahun 1973 (Buku Petunjuk UGM, 1973: 526).
Pada tahun 1979, UGM berhasil menyelesaikan 8 penelitian (7 judul didanai dari PPPT dan 1 judul dari DP3M) sedangkan penelitian yang dilaksanakan atas kerjasama dengan instansi lain diantaranya dengan Departemen Pekerjaan Umum (Proyek Pasang Surut; Proyek Bengawan Solo; dan Proyek Pengairan Kali Progo); Kerjasama dengan Departemen Perindustrian (Survei Kebutuhan Alat dan Mesin Pertanian di Indonesia); Kerjasama dLPH (Pembuatan Sari Buah Jambu Mete); Kerjasama dengan Direktorat Perkebunan (Evaluasi dan Inventarisasi Potensi Pengelolaan Hasil Perkebunan Swasta); dan dengan BP Kimia Bogor (Pembuatan Gelatine dari Hasil Sisa Kulit dan Tulang untuk Pembuatan Kapsul). Dua penelitian lainnya masing-masing disponsori oleh IDCR dan MUCIA. (LTR, 1979: 16-20)
Setelah melakukan pengamatan selama 5 tahun, pada tahun 1974, tim Test Farm P4S UGM menyimpulkan bahwa pengusahaan persawahan pasang surut di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah memberikan hasil yang menggembirakan. Hal-hal yang semula dikhawatirkan seperti pH rendah, kandungan zat yang bersifat racun seperti Al, Fe, SO4, dan Cl yang tinggi, serta problem cat clay dapat diatasi dengan pengaturan tata air yang serasi untuk masing-masing daerah.
Lahan Pasang Surut di Kalimantan (Dok. UGM)
Potensi produksi di awal penelitian berhasil sesuai dengan harapan, sehingga UGM menyarankan untuk ada pengingkatan lagi dengan menggunakan teknologi maju dan cara bercocok tanam yang lebih baik. Penelitian-penelitian pun terus berlanjut dengan metode pengolahan yang ditemukan oleh para peneliti.
Sampai pada tahun 1979, penelitian-penelitian tetap dilanjutkan oleh UGM. Penelitian-penelitian ini meliputi, Pembinaan Tata Air dan Petak Tersier Percontohan, Action Program Pengendalian Hama Penyakit dan Gulma Daerah Persawahan, serta Action Program Pengendalian Hama.
Lahan Pasang Surut di Kalimantan (Dok. UGM)
Kawasan Penelitian Transmigrasi di Sei Ratan Kalimantan Barat (Dok. UGM)