Universitas Gadjah Mada melalui berbagai program dan kesempatan, senantiasa turut serta dalam penjaminan akses atas air dan sanitasi bagi semua masyarakat Indonesia
Konsep Drainase
Universitas Gadjah Mada melalui berbagai program dan kesempatan, senantiasa turut serta dalam penjaminan akses atas air dan sanitasi bagi semua masyarakat Indonesia. Tahun 1988, UGM melalui guru besarnya, Prof. Dr. Ir. Sunjoto, DIP. HE., DEA (Dosen Fakultas Teknik) telah membuat konsep Sistem Drainase Air Hujan Berwawasan Lingkungan dengan skema sumur resapan. Konsep perancangan drainase ini merupakan sebuah bentuk kepeloporan dalam usaha pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang didayagunakan UGM melalui Prof. Dr. Ir. Sunjoto atas prakiraan defisit air sebesar 50% yang akan terjadi di Pulau Jawa dan Madura pada tahun 2000-an. Konsep ini sejatinya merupakan bentuk fungsi artificial recharge, sekaligus sebagai retarding basin. Artinya secara konsep sistem ini merupakan teknologi nenek moyang yang dikembangkan lagi sekarang. Tentunya disampaikan pada skema dan konsep bahwa pada praktiknya, konsep ini harus dibarengi dengan upaya berlandaskan pelestarian lingkungan hidup seperti reboisasi, terasering, teknik bertanam yang benar, penataan pola konsumsi air, serta pengendalian pertumbuhan penduduk.
Berbagai usaha Prof. Sunjoto membuahkan hasil, salah satunya mengantarkan beliau pada Direktorat Paten Departemen Kehaikman No. 13114 (20 Oktober 1988). Konsep dan formula yang disumbangkan Prof. Sunjoto, terus mengalami pengembangan dan penyempuraan. Pada tahun 1996, rilis berbagai publikasi terkait Sistem Drainase Air Hujan Berwawasan Lingkungan yang dapat dipelajari dan diakses masyarakat umum. Secara tegas Prof. Sunjoto menyampaikan bahwa konsep ini boleh digunakan oleh siapa saja. Menyusul ungkapan tersebut, tidak lama kemudian muncul Perda tentang kewajiban melengkapi sumur Peresapan Air Hujan dalam setiap izin pembangunan rumah, seperti di DKI Jakarta, Kodya Yogyakarta, Sleman, dan Magelang. Hal ini membuktikan sumbangan dari UGM mampu menjawab prediksi masa depan yang meresahkan.
Kontribusi Drainase
Berbagai kontribusi konsep Sistem Drainase Air Hujan Berwawasan Lingkungan diantaranya mencegah intrusi air laut untuk perkotaan daerah pantai; mereduksi dimensi jaringan drainase, dapat sampai batas nol bil diperlukan; memperkecil probabilitas banjir daerah hilir; menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah; mempertahankan tinggi muka air tanah; dan mencegah penurunan kawasan atau land subsidence. Selain pada bidang konservasi air, inovasi ini juga turut serta dalam upaya melestarikan teknologi tradisional sebagai budaya bangsa, meningkatkan peran serta masyarakat dalam era pembangunan, dan membudayakan pola pikir dalam pelestarian kemampuan lingkungan hidup.
Atas konsistensi Prof. Sunjoto di bidang pelestarian lingkungan hidup selama lebih dari 10 tahun berjalan, beliau mendapatkan penghargaan Satyalencana Pembangunan Bidang Lingkungan Hidup di tahun 2013. Penghargaan ini langsung diberikan oleh Wakil Presiden RI, Boediono, saat itu di Istana Wakil Presiden dalam acara Puncak Peringatan Cinta Puspa dan Satwa. Tidak hanya itu, kiprah beliau dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup selama lebih dari 20 tahun telah melahirkan empat metode lainnya yang sederhana mudah, murah namun handal lewat temuan metode perhitungan dan komputasi saintifik. Empat diantaranya adalah cegah defisit air, cegah intrusi air laut, cegah badan air tercemar, dan cegah boros energi. Hal yang luar biasa adalah keempat temuan metode ini tidak didaftarkan paten oleh Sunjoto dengan alasan mendedikasikan temuannya untuk pembangunan lingkungan. Sebuah bentuk nyata bahwa bakti UGM untuk Indonesia tidak lekang oleh jaman.
Prof. Dr. Ir. Sunjoto menerima Kalpataru atas sumur peresapan air hujan karyanya (Dok. UGM)
Prof. Dr. Ir. Sunjoto Raih Satyalencana Lingkungan Hidup. (sumber: ugm.ac.id)