Sejak tahun 1955 UGM aktif berpartisipasi dalam aksi perdamaian dunia. Dari Prof. Sardjito menghadiri forum ilmiah internasional mewakili RI di Bahawalpur, Pakistan di tahun 1955, kemudian Prof. Johannes pada bulan Agustus 1955 mewakili RI dalam Konferensi Tenaga Atom untuk Perdamaian di Geneva hingga Muhadi Sugiono, M.A. yang aktif dalam Kampanye Pelucutan Senjata Nuklir di pertemuan internasional sejak tahun 2013.
Muhadi Sugiono bersama sekitar 130 aktivis dunia hadir dalam pertemuan Open-Ended Working Group (OEWG) on Nuclear Disarmament di Jenewa, Swiss, 2-13 Mei 2016. Muhadi hadir sebagai wakil dari Institute of International Studies (IIS) UGM dan jaringan aktivis International Campaign to Abolish Nuclear (ICAN). Muhadi mengajukan tulisan berjudul “Non-Nuclear-Weapon States and a Treaty Prohibiting Nuclear Weapons” yang mana kertas kerja ini berisi uraian tentang 14 poin kebijakan dan praktik negara-negara non-senjata nuklir yang masih menghambat upaya mencapai pelucutan senjata nuklir global.
OEWG merupakan pertemuan PBB yang melibatkan partisipasi publik, baik organisasi non-pemerintah maupun perwakilan dari masyarakat. Pertemuan tersebut merupakan hasil dari kesepakatan Sidang Umum PBB pada bulan Oktober 2015 yang menetapkan resolusi L.13/Rev.1 dan mengatur perundingan terbuka serta membahas langkah hukum, ketentuan hukum, dan norma yang perlu disepakati bersama untuk mewujudkan sebuah dunia tanpa senjata nuklir.
Kehadiran IIS UGM di OEWG sekaligus dalam rangka mengawal pemerintah Indonesia agar mengambil peran sentral untuk mendorong dimulainya negosiasi traktat pelarangan senjata nuklir. Ketika itu Indonesia menempati posisi sebagai Ketua Kelompok Kerja Perlucutan Senjata di Gerakan Non-Blok (GNB).
International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN)
ICAN adalah koalisi kampanye global masyarakat sipil dan organisasi non-negara di 100 negara. Salah satu peneliti resolusi konflik di Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP) UGM sekaligus dosen HI Fisipol UGM, Muhadi Sugiono, M.A. terlibat dalam ICAN sejak tahun 2013. Muhadi bersama anggota ICAN lainnya aktif mengampanyekan isu pelucutan senjata nuklir dalam berbagai pertemuan internasional yang diselenggarakan di Norwegia, Austria dan Meksiko dengan mengundang perwakilan dari negara di seluruh dunia.
Salah satu tugas yang diemban oleh Muhadi adalah melobi pemerintah RI dan negara di kawasan Asia Tenggara tentang pentingnya mendukung isu pelucutan senjata nuklir dalam berbagai pertemuan, yakni di Yogyakarta, Manila dan Thailand. Di tiga konferensi ini, diberikan fakta tentang risiko penggunaan senjata nuklir yang bisa menyebabkan dampak kemanusiaan.
Setelah tiga tahun melakukan kampanye di berbagai forum pertemuan internasional, pihak ICAN melobi PBB untuk mengadopsi isu pelucutan senjata nuklir dibawa dalam sidang PBB. Kini, apa yang dikampanyekan ICAN telah menjadi resolusi PBB tentang perjanjian penghapusan senjata nuklir.
Muhadi Sugiono beserta para aktivis ICAN (Sumber: Dok. UGM)
Hadiah Nobel Perdamaian 2017
Kampanye Internasional tentang penghapusan senjata nuklir dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian di tahun 2017. Penganugerahan dari Komite Nobel Norwegia ini diterima oleh Direktor ICAN, Beartice Fihn didampingi oleh Setsuko Thurow, salah satu korban bom atom di Hiroshima (hibakusha) yang aktif dalam kampanye penghapusan senjata nuklir di ICAN dan disaksikan langsung oleh Raja Norwegia. Perjanjian bersejarah ini diadopsi oleh PBB pada tanggal 7 Juli 2017 yang didukung oleh 122 dari 193 negara.
Dalam satu dekade terakhir, ICAN memobilisasi orang di seluruh dunia untuk menginspirasi, membujuk, dan menekan pemerintah masing-masing untuk mendukung perjanjian pelarangan nuklir. ICAN memimpin dalam stigmatisasi senjata nuklir sebagai senjata destruktif dan tidak manusiawi untuk dampak bencana.
Keterlibatan Institut Studi Internasional (IIS UGM)
Institut Studi Internasional (IIS UGM) sebagai satu-satunya mitra resmi ICAN di Indonesia berkomitmen untuk memastikan pemerintah Indonesia tetap di jalurnya dalam mendukung upaya pelucutan senjata di masa depan hingga mampu meratifikasi perjanjian tersebut menjadi Undang-Undang. Muhadi Sugiono dan Yunizar Adiputera, co-pemimpin untuk Kelompok Kerja Pelucutan Senjata IIS UGM terlibat aktif sebagai bagian dari ICAN dalam beberapa pertemuan tingkat tinggi.
Keduanya secara bergantian hadir dalam tiga konferensi tentang Konsekuensi Kemanusiaan dari Senjata Nuklir di Oslo (2013), Nayarit (2014), dan Wina (2014), serta Kelompok Kerja Terbuka untuk Perlucutan Nuklir di Kantor Jenewa PBB (2015). Selain memastikan dukungan pemerintah Indonesia, keduanya diberi mandat untuk memantau posisi yang diambil oleh anggota ASEAN serta melakukan lobi informal kepada perwakilan anggota ASEAN.
Keputusan Indonesia menandatangani perjanjian tentang Larangan Senjata Nuklir di Sidang Majelis Umum PBB pada tanggal 20 September 2017 menjadi salah satu negara pertama yang menandatangani perjanjian. Ini menegaskan sikap moral Indonesia terhadap kemanusiaan.
Aksi kampanye bersama masyarakat menolak penggunaan nuklir di nol kilometer Yogyakarta (Sumber: Dok. UGM)