Universitas Gadjah Mada percaya bahwa modal pertama bagi pembangunan universitas yang baik adalah tersedianya staf akademik maupun non-akademik yang cakap sebagai tumpuan pengembangan ide-ide baru dan maju dalam pengajaran dan penelitian di dunia ilmu pengetahuan.
Kerja sama dengan berbagai organisasi atau universitas di luar negeri merupakan cara yang tepat bagi UGM dengan menitikberatkan pada program pengembangan kemampuan ilmiah sebagai peningkatan diri. Penerimaan tamu dari luar negeri yang datang ke UGM sudah dimulai dari tahun 1950-an.
Para tamu yang datang berasal dari berbagai latar belakang, mulai dari seorang mahasiswa, para peneliti, dosen hingga perdana Menteri dari berbagai negara. Adapun keperluan dari para tamu luar yang datang lebih banyak untuk melakukan penelitian dan berkunjung untuk mengadakan pembicaraan serta ceramah di UGM. Hasil dari kunjungan ini menimbulkan kerja sama antarkedua belah pihak.
Forum Internasional
Sejak awal berdiri, para pakar dari UGM sudah menunjukkan eksistensi dalam berbagai forum internasional. Pada April 1952, dua Guru Besar Fakultas Pertanian, Prof. Ir. Koesnoto dan Prof. Iso Reksohadiprodjo terpilih sebagai Wakil Ketua dan Anggota Komite Nasional Food and Agricultural Organization (FAO) dan menjadi peserta rapat badan pekerja FAO mengenai Rice Breeding and Manuring di Bandung. Di tahun berikutnya (1953), mereka mewakili Indonesia pada Konferensi FAO di Roma (LTR-UGM, 1953:7).
Pada bulan Nopember 1953 dalam Pacific Science 167 Congress di Manila, Prof. Sardjito memaparkan hasil penelitian Prof. Iso Reksohadiprodjo tentang Ekonomi Pertanian di Wonosobo. Penelitian ini mendapat pujian dari peserta kongres yang mengatakan pengembangan ilmu di UGM sebagai universitas yang masih sangat muda tidak kalah dengan perguruan tinggi lain di Kawasan Pasifik.
Menjalin Kemitraan
Pada dekade berikutnya, penyelenggaraan kegiatan-kegiatan berskala internasional terus dilaksanakan. Berdasarkan laporan tahunan Rektor, terdapat beberapa penandatanganan kerja sama internasional UGM diantaranya, Februari 1974 penandatangan MoU dengan Gemmentelijke Universiteit van Amsterdam selama 3 tahun di bidang research and advice on destructive insects in food crops on dry grounds in the environment of Yogyakarta and Central Java. Pada tahun 1975 penandatanganan MoU dengan NUFFIC (The Netherlands Universiteis Foundation for International Cooperation) di bidang entomologi untuk pertanian. Pada tanggal 9 Desember 1977, penandatanganan MoU dengan Rijks Universiteit Gent, Belgia selama 3 tahun di bidang Laboratory and Staff Development of Soils. Dan pada tanggal 19 Oktober 1978, UGM menganugerahkan Gelar Doktor Honoris Causa kepada Dirjen FAO Dr. Eduard Souma di Balai Senat UGM.
Prof. Bhan dari New Mexico University memberi ceramah di Filsafat (sumber Arsip UGM)
Berdasarkan Laporan Tahunan Rektor (LTR), kerja sama dari luar negeri dengan UGM dari tahun 1951-2001 terkumpul 1307 laporan dan belum bertambah hingga beberapa tahun terakhir ini.
Pada tahun 2008 contohnya, UGM mengirim dua ahli produksi beras RI, Ir. Supriyanta, MP dan Dr. Ir. Taryono mengunjungi Namibia untuk melakukan penelitian padi yang saat itu 70% kebutuhan pangan Namibia masih diimpor dari Afrika Selatan. University of Namibia (UNAM) dan Fakultas Pertanian menjalin kerja sama dan berhasil membuat daerah Capivri menjadi budidaya padi.
Mitra Berkelanjutan
Kerja sama tingkat internasional yang sudah dijalani UGM mayoritas bersifat lanjutan. Beberapa contoh diantaranya, Ford Foundation (1957-1978) yang diperuntukan bagi Fakultas Ekonomi, namun pada tahun 1977 diperluas untuk Fakultas Geografi dan operasional pusat komputer UGM. Kemudian Rockeffeler Foundation (1976) di bidang kedokteran, pertanian, dan ilmu sosial yang mengirim 7 tenaga ahli untuk peningkatan mutu staf pengajar, pelaksanaan program pascasarjana, biaya penelitian, KP4, dan konsultasi perihal mutu bahasa inggris di pusat bahasa. Pusat Pendidikan Bahasa UGM sebelumnya sudah mulai berkembang dengan kedatangan native speaker dari Oberlin Shansi Memorial Association di tahun 1975.
Prof. Iso dan Prof. Koesnoto dalam sidang FAO
Keberlanjutan mitra UGM banyak dilakukan pada kurun waktu 3-5 tahun. Salah satu kerja sama yang lebih dari 5 tahun adalah bermitra dengan Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR) dari tahun 2009-sekarang. Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc., Prof. Dr. Ir. Siti Subandiyah, M.Agr. Sc., dan Dr. Stephen Harper dari Queensland Department of Agriculture and Fisheries mengembangkan bawang merah untuk menghasilkan biji bawang merah sebagai pembibitan. Proyek ini dinamai Sustainable Productivity Improvement in Allium and Solanaceous Vegetable Crops in Indonesia.
Ketersediaan UGM dalam membuka diri untuk berinteraksi dengan mitra luar negeri merupakan proses awal dalam membangun pondasi kuat sebuah universitas yang nantinya mampu berkontribusi nyata dalam mencerdaskan bangsa. Pada tahun 2000-an hingga sekarang, kerja sama masih berlanjut dengan lebih luas hingga antarfakultas bahkan antarprodi di berbagai negara.