Indonesia memiliki bentang alam karst yang bercirikan tropik yang khas dan unik di dunia, kawasan karst yang membentang di Pulau Jawa terutama di bagian selatan disebut karst gunungsewu. Karst gunungsewu merupakan aset bertaraf internasional berdasarkan tipologi karst (holokarst-tropik) dan kelas karst (kelas i, ii). Di sisi lain terdapat keunikan landscape bukit, lembah purba, sungai bawah tanah, potensi sumber daya. Gunungsewu juga sebagai karst tropik-tebal yang unik-spektakuler yang berkembang baik, dan potensial untuk monumen alam, museum karst showroom karst, dan pusat informasi karst.
Karst adalah suatu bentang alam yang secara khusus berkembang terutama pada batuan karbonat sebagai akibat proses pelarutan. Kawasan karst merupakan ekosistem yang unik ditinjau dari aspek fisik, biotik, dan sosial masyarakatnya. keunikan bentang alam karst ditandai oleh ciri-ciri spesifik yang ada di permukaan (eksokarst), seperti dolin, uvala, polye, lembah kering, telaga karst, pola aliran yang masuk dalam tanah dan ciri-ciri fisik bawah permukaan (endokarst) seperti sungai bawah tanah. Karst gunungsewu secara geologis geomorfologi berumur tersier, berada di zona selatan jawa yang berbatasan dengan laut Samudera Hindia yang membentang dari daerah Bantul, Gunungkidul, Wonogiri, dan Pacitan.
Gambar pola sebaran geopark gunungsewu membentang dari Kabupaten Bantul ,Gunung Kidul, Wonogiri, dan Pacitan (Sumber: Suratman, 2019)
Keunikan flora dan fauna di kawasan karst, baik yang hidup di ekosistem eksokarst maupun endokarst penciri tanaman seperti ketela, jambu mete, sirsat, srikaya, pohon jati. Demikian juga hewan seperti ular kobra, kelelawar, betet, landak, kera ekor panjang. Prospek pengembangan ekosistem karst dapat dimanfaatkan potensinya untuk pembangunan pariwisata, pendidikan, kehutanan, perkebunan, lingkungan, dan jasa.
Sejarah perjuangan gagasan berdirinya geopark gunungsewu
- Gunungsewu sebagai kawasan ekosistem karst telah banyak diteliti oleh para ahli geologi, geomorfologi dunia seperti Bemmelen, Junhun, Urushibara, dan Yoshino. Beberapa ahli menyatakan keunikan karst tropik gunungsewu yang berbeda dengan karst di iklim lain.
- Masa pengenalan bentang karst untuk edukasi oleh Fakultas Geografi UGM kawasan bentang alam di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Tengah dijadikan objek kuliah lapangan untuk pengenalan bentang alam dan budaya mulai dari gunung api merapi, gumuk pasir barchan kemudian karst gunungsewu hingga ke bentang alam di zona tengah Jawa dan zona utara Jawa oleh Fakultas Geografi UGM.
- Pemetaan karst gunungsewu oleh Mac Donald untuk mengetahui kondisi ekokarst dan sistem sungai bawah tanah. Hasil pemetaan sungai bawah tanah untuk tujuan menyediakan air bagi masyarakat terutama pada musism kekeringan.
- Riset kerja sama dengan BLH DIY yang memetakan ekosistem karst gunungsewu yang tujuannya untuk pelestarian lingkungan karst kerja sama dengan Fakultas Geografi UGM dan beberapa lembaga lainnya.
- Riset dengan ahli karst Jepang mulai tahun 1991 sampai dengan 2003 yang memetakan karst tropik di Indonesia (Urushibara, Yoshino, dan Suratman). Hasilnya di seminarkan di kongres IGI di Korea dihadapan komisi karst dunia.
- Kajian kawasan ekokarst oleh asosiasi karst indonesia terus intensif dalam riset ,diskusi dan ekskurusi oleh tokoh-tokoh karst yang bergabung di HIKESPI PEKINDO (pemerhati karst indonesia) kumpulan pakar karst indonesia melakukan ekskursi gunungsewu karst Gombong Kebumen yang di inisiasi oleh Fakultas Geografi UGM. Tim ahli diantaranya dr. Ko, Sutikno, Sukandar Rumidi, Suratman, Samudra, dan beberapa pakar lainnya.
- Serangakaian sejarah gagasan kawasan karst gunungsewu yang dimotori oleh para akademisi tersebut kemudian dijadikan dasar pengusulan kawasan karst gunungsewu sebagai kawasan ekokarst yang dilestarikan dan diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, di pendopo Kabupaten Gunungkidul. Kawasan ini kemudian menjadi embrio diusulkannya karst gunungsewu ke UNESCO untuk menjadi geopark dunia.
Geopark adalah sebuah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi terkemuka termasuk nilai arkeologi ekologi, budaya yang ada di dalamnya serta masyarakat setempat diajak berperan serta untuk melindungi dan meningkatkan fungsi warisan alam. Menurut UNESCO (2004) konsep dasar lingkup kelola geopark dapat digambarkan pada sketsa di bawah ini.
Secara khusus, pengelolaan geopark gunungsewu diarahkan pada kerja sama peran stakeholder untuk perlindungan pelesatarian dan pemberdayaan masyarakat menjaga memanfaatkan ekosistem geopark gunungsewu.
Tiga aspek landasan pengelolaan geopark gunungsewu (Sumber: Suratman, 2019)
Sebagai upaya meningkatkan kualitas ekosistem, geopark gunungsewu perlu dilindungi oleh peraturan daerah dan kebijakan program yang berkelanjutan dalam mewujudkan visi dan misi pembangunan geopark gunungsewu di dalam konteks nasional dan dunia. Untuk maksud tersebut dapatkan didukung oleh keberadaan ilmu pengetahuan tentang karst yang diharapkan pemajuannya melibatkan peran akademisi dalam edukasi dan penelitian. Dukungan tersebut di antaranya dibangunnya museum karst di Wonogiri (Suratman, 1992). Kajian museum pendukung geopark dan bentang alam batur agung di Kabupaten Gunungkidul kerja sama dinas kebudayaan Kabupaten Gunungkidul dengan pakar museum di UGM dilakukan pada tahun inti. Hasil kajian potensi museum di Kabupaten Gunungkidul dimaksudkan untuk mendukung pembangunan dan pengembangan geopark gunungsewu di tingkat nasional dan global.