Bahan pangan lokal dari ganyong diketahui memiliki serat yang lebih tinggi dibandingkan dengan gandum yang perlu diimpor. Tepung yang berasal dari ubi kayu juga diketahui memiliki kadar gula yang lebih rendah, serta ketersediaannya yang lebih melimpah
Mengkonsumsi pangan lokal adalah salah bentuk kepedulian terhadap lingkungan, dan upaya peningkatan kesehatan karena pangan lokal Indonesia secara alami mengandung berbagai komponen bioaktif, yang berkhasiat untuk kesehatan. Di tahun 2016, data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan proporsi kematian di Indonesia sebagian besar (71 %) dikarenakan penyakit tidak menular, yakni kardiovaskuler 37%, kanker 13%, diabetes 6%, penyakit perfanasan kronis 5 %, dan PTM lainnya 10%. Angka kematian yang tinggi akibat penyakit degeneratif menunjukkan pola makan penduduk yang tidak sehat, terutama akibat konsumsi bahan pangan yang kurang beragam, berimbang dan bergizi, serta masih tingginya penggunaan gula, garam dan lemak dalam pengolahan makanan.
Di tahun 2017, memperingati Hari Pangan Sedunia, Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) UGM Yogyakarta melakukan kampanye cinta pangan lokal. Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa mengenakan kaos bertuliskan I am A Local Food Campaigner dan mengajak masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal serta membagikan cookies berbahan ganyong kepada warga pengguna jalan. Ganyong yang memiliki nama la-tin Canna discolor L. syn. C. edulis merupakan sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup popular terutama pada masyarakat Jawa. Sayangnya, kelestarian ganyong kian terancam karena tidak banyak orang yang menanam atau mengonsumsinya, padahal umbi ganyong mengandung pati, meskipun tidak sebanyak ubi jalar. Penelitian mengenai ganyong dapat dikatakan relative baru, melalui laman ETD UGM, diketahui bahwa Prof. Dr. Ir. Haryadi, M.App.Sc di tahun 2012 meneliti tentang Indeks Prebiotik Pati Resisten Dari Pati Ganyong Ungu.
Di tahun yang sama Andriessa Prameswara mahasiswa S2 Bioteknologi UGM bersama Prof. Dr. Ir. Sebastian Margino melakukan penelitian Pengembangan Bioplastik Poli-β-hidroksibutirat (phb) Berbasis Pati Ganyong Dan Garut. Penelitian ini menunjukkan bahwa pati garut dan pati ganyong memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai substrat alternatif produksi PHB. HB merupakan polimer yang secara alami disintesis oleh sejumlah bakteri sebagai cadangan makanan dan berpotensi dikembangkan sebagai bahan pengganti plastik.
Selain itu terdapat inovasi ganyong pada olahan makanan lain yakni nugget ikan oleh Tri Indah Purwanti mahasiswa Teknologi Hasil Perikanan UGM. Ia meneliti tentang karakteristik naget ikan tuna dengan kombinasi tapioka dan pati ganyong sebagai bahan pengisi, hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pati ganyong tidak mempengaruhi nilai kadar air, protein, susut masak, stabilitas emulsi, volume spesifik dan hardness (kekenyalan).
Mahasiswa FTP UGM mengkampanyekan ganyong sebagai sumber serat alternatif lokal pengganti tepung terigu (Sumber: ugm.ac.id)
Hasil penellitian mahasiswa di tahun 2017 menunjukkan bahwa ganyong memiliki banyak keunggulan dibanding tepung terigu (gandum) impor. Selain sebagai sumber karbohidrat alternatif, ganyong mengandung serat tinggi yang baik untuk kesehatan serta banyak tersedia di Indonesia. Di tahun yang sama mahasiswa Fakultas Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada mengolah ganyong menjadi makanan modern berupa cookies. Di tahun 2018 lalu, Sixty Amara dari S1 Teknologi Industri Pertanian UGM melakukan analisis Nilai Produk Olahan Ganyong (canna Edulis) Skala Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kabupaten Gunungkidul. Pada pengujian produk bernilai tertinggi dengan pembanding produk sejenis, kesukaan konsumen terhadap ganyong melebihi singkong tetapi belum bisa melebihi ubi jalar.
Sumber pangan lokal lainnya yang potensial adalah tepung ubi kayu atau modified cassava flour (mocaf). Di Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul adalah penghasil ubi kayu utama. Menelusur pada hasil penelitian mahasiswa tentang Ubi Kayu, tercatat bahwa ubi kayu telah diteliti mahasiswa UGM sejak 1987 yakni Didik Hariyono bersama dosen S2 Ilmu dan Teknologi Pangan UGM Dr.Ir. Wani Hadi Utomo. Tepung mocaf bisa menjadi pengganti tepung terigu untuk berbagai produk olahan pangan. Dengan menggunakan tepung mocaf diharapkan konsumsi terhadap gula berkurang dan konsumsi terhadap serat meningkat guna meningkatkan kesehatan masyarakat. Di tahun 2018, mocaf juga diadaptasi mahasiswa FTP lainnya untuk membuat cookies pencegah kanker dan tumor. Gerakan yang diinisiasi mahasiswa ini merupakan bentuk aktif generasi muda Universitas Gadjah Mada dalam mengupayakan tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan ke-12.
Referensi:
Website FTP UGM ETD UGM