Kanker dan tumor bagaikan mimpi seram bagi masyarakat Indonesia, terutama DI.Yogyakarta yang di tahun 2018 lalu menempati ranking satu sebagai provinsi dengan penderita terbanyak. Pengobatan keduanya yang relative mahal juga menjadi ketakutan lain. Keberadaan cookies ini seperti hujan di musim kemarau.
Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1.4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk. Salah satu penyebab atau pemicu kanker ialah pola hidup dari makanan yang dikonsumsi yakni pola hidup masyarakat modern yang memiliki kecenderungan mengonsumsi makanan instan dan junk food. Konsumsi makanan tidak sehat dan hidup dalam kondisi lingkungan tercemar dapat memicu radikal bebas dalam tubuh dan dalam jangka panjang bisa memicu zat-zat karsinogenik yang menimbulkan tumor maupun kanker. Kepekaan terhadap isu kesehatan ini ditangkap oleh mahasiswa UGM dengan menciptakan cookies atau biskuit yang berpotensi mencegah penyakit tumor dan kanker.
Cookies yang dibuat mahasiswa fakultas teknologi pertanian menggunakan daun sirsak (Annona muricata L ) sebagai bahan tambahan. Sirsak merupakan tumbuhan yang berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dan banyak ditanam di Indonesia secara komersial untuk diambil daging buahnya. Nama sirsak sendiri berasal dari bahasa Belanda Zuurzak yang berarti kantung yang asam merujuk pada daging buah dari sirsak. Faktanya, selain daging buahnya, daun sirsak juga bermanfaat. Pemilihan bahan tambahan berupa daun sirsak dilatar belakangi kandungan antioksidan dan acetogenin.Acetogenin dikenal sebagai kumpulan senyawa aktif yang memiliki aktivitas sitotoksik (membunuh racun) di dalam tubuh dengan menghambat ATP (adenosine triphosphate) atau energi yang dibutuhkan oleh sel kanker untuk berkembang. Dengan kata lain, kedua kandungan tersebut bermanfaat untuk memberantas sel kanker dengan aman dan efektif secara alami. Selain itu, juga tanpa menimbulkan rasa mual, penurunan berat badan, kerontokan rabut dan lainnya seperti yang terjadi pada pasien kemoterapi.
Gagasan ini dimulai di tahun 2018 oleh Diah Ayu Widyaningrum (TPHP 2016), Athaya Shafiyya (TIP 2017), Ayu Sundari (TIP 2017), dan Muhammad Haidar Indrawan (Agronomi 2017), hasil biskuit yang dibuat diberi nama COODASI. Di tahun 2018, keempat mahasiswa tersebut mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa UGM di bawah bimbingan Fiametta Ayu Purwandari, S.TP., M.Sc., keempatnya lantas membuat cookies dari daun sirsak sebagai pilihan makanan sehat. Daun sirsak diolah menjadi bubuk sehingga dapat dipakai sebagai bahan tambahan fungsional dalam cookies.
Cookies erat dengan kandungan lemak, tepung, dan gula yang dikhawatirkan memberi efek negatif pada tubuh seperti peningkatan gula dalam darah. Di sisi lain cookies juga memberi kesan makanan yang menyenangkan. Sehingga keberadaan cookies ini dapat menghilangkan stigma negatif tentang makanan yang mengandung gula, juga stigma negatif tentang “obat” yakni dapat dikonsumsi dalam bentuk yang menyenangkan. Keunggulan lain dari produk ini adalah tanpa pengawet, menggunakan tepung mocaf serta mengurangi penggunaan gula. Untuk memperoleh rasa manis, mereka menambahkan dengan bubuk kayu manis.
Cookies berbahan daun sirsak kreasi mahasiswa FTP dengan tiga pilihan rasa (sumber: ugm.ac.id)
Hingga dipasarkan pada tahun 2019, COODASI tersedia dalam tiga varian rasa, yakni original, coklat, dan pandan. Kemasan yang ditawarkan juga beragam yaitu Coomis (Cookies Ekonomis) dengan harga Rp2.000 dan berat bersih 20 gram, Coonyang (Cookies Kenyang) dengan harga Rp5.000 berat bersih 60 gram, dan Cootupat (Coodasi Ketupat) dengan harga Rp25.000 berat bersih 250 gram. Masyarakat kota yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan kini mulai melirik produk-produk pangan yang bertanggung jawab dalam pemilihan bahan hingga proses pembuatannya,. Meskipun relative baru dipasaran, namun kehadiran produk ini rupanya mendapatkan sambutan positif di masyarakat. Terutama karena masyarakat dapat memesan secara mudah yakni online maupun offline di Sunday Morning UGM dan Sunday Morning XT Square, dan kantin FTP UGM. Selain itu juga bisa dipesan melalui aplikasi Line dan instagram yang banyak digunakan oleh anak muda.