Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) bertujuan menjadi center of excellent for geospatial information technology, education, research and innovation di bidang kepesisiran dan kelautan di Indonesia yang difasilitasi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dikelola bersama antara Badan Informasi Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Mada (UGM), Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Bantul
Berawal dari keberadaan Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis (LGPP) dan Museum Gumuk Pasir di tahun 2002 menjadi embrio berdirinya PGSP. Laboratorium Geospasial Pesisir ini dibangun tahun 2006 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG), bekerja sama dengan Fakultas Geografi UGM dan Pemda Bantul. Pada awal dibangun, laboratorium ini ditujukan sebagai lokasi melakukan riset yang berhubungan dengan segala sesuatu tentang kepesisiran, seperti gumuk pasir, peta potensi ikan bagi nelayan dan pembuatan basis data spasial.
Fasilitas ruang studio di PGSG (Sumber: pgsp.big.go.id.)
Laboratorium ini terletak di dusun Depok desa Parangtritis dengan luas 2 ha, dengan ciri khas berupa museum berbentuk piramida. Pada awal dibangun, terdapat tiga bangunan utama, dengan maksud menggambarkan proses terjadinya gumuk pasir. Bangunan berbentuk piramid menggambarkan gunung merapi yang sering erupsi dan menghasilkan pasir. Pasir dari gunung merapi tersebut mengalir ke laut melalui kali Opak, yang digambarkan dengan bangunan lorong pengetahuan. Sedangkan museum pasir, bebatuan dan karang laut, menggambarkan gumuk pasir yang ada di Parangtritis. Pasir yang terbawa ke laut dihempas kembali ke tepian oleh gelombang laut dan setelah kering tertiup oleh angin tenggara yang cukup kuat sehingga terbentuklah gumuk pasir itu. Sejak dibuka, laboratorium Geospasial ini banyak digunakan mahasiswa Fakultas Geografi terutama untuk meneliti gumuk pasir, wilayah pesisir dan juga daerah aliran sungai. Fasilitas dan ruang yang cukup luas di LGPP dimanfaatkan oleh mahasiswa dalam melakukan kegiatan organisasi maupun himpunan mahasiswa jurusan.
Laboratorium Geospasial Pesisir Parangtritis direvitalisasi menjadi Parangtritis Geomaritime Science Park (PGSP) di tahun 2014, dan diresmikan pada tanggal 11 September 2015. Revitalisasi ini dilakukan mengingat (1) semakin pesatnya perkembangan teknologi (2) sebagai realisasi dari program NAWACITA Jokowi di tahun 2014 serta (3) implementasi RPJMN 2015-2019, dengan visi untuk menjadi center of excellent for geospatial information technology, education, research and innovation di bidang kepesisiran dan kelautan di Indonesia. Guna mendukung fungsinya yang baru tersebut, maka PGSP dielngkapi fasilitas antara lain ialah kantor, rumah singgah, auditorium, ruang diklat, studio, serta area parkir yang luas.
Parangtritis Geomaritime Science Park difasilitasi oleh Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) dan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dikelola bersama antara Badan Informasi Geospasial (BIG), Universitas Gadjah Mada (UGM), Pemerintah dan Pemerintah Kabupaten Bantul. Perubahan nama ini membawa dampak baik bagi PGSP, dengan dilakukannya beragam kegiatan seperti workshop MGMP Geografi, pelatihan siap siaga bencana tsunami, dan Pemotretan Bencana Longsor, bahkan penulisan buku-buku kepesisiran yang dapat diakses dengan mudah melalui laman PGSP.
Kunjungan banyak pula dilakukan oleh berbagai pihak ke PGSP, trend kunjungan ke PGSP mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dalam semester pertama di tahun 2019 ini tercatat sebanyak 6201 kunjungan. Kunjungan terbanyak ialah 1802 orang pada bulan Maret 2019. Pembangunan PGSP menjadi salah satu langkah UGM untuk menjaga ekosistem darat, sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan ke-15.
Trend kunjungan ke PGSG meningkat (Sumber: pgsp.big.go.id)