Pengembangan sistem energi yang berkelanjutan yang dijalankan UGM memberikan dampak langsung terhadap masyarakat. Penelitian pemanfaatan energi surya yang aktif dilakukan UGM juga menerapkan semua dharma dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam berbagai program yang dijalankan.
Prof. Dr. Mohammad Seno Aji Sastroamidjojo, mendirikan Laboratorium Tenaga Surya MIPA UGM. Lokasi Laboratorium Tenaga Surya tersebut terletak di sebelah timur Gedung Pusat UGM, kawasan Bulaksumur. Berbagai penelitian telah dilakukan di Laboratorium Tenaga Surya tersebut. Salah satu penelitian tentang energi matahari yang dilakukan adalah rancangan sel-sel penyimpan tenaga matahari atau yang saat ini dikenal dengan panel surya, berukuran 50 x 80 cm. Hasil rancangan tersebut dipasarkan dengan sistem pemesanan dengan kisaran harga 1,5 juta. Selain itu, tepat di depan halaman laboratorium terdapat hamparan alat pengering yang sepenuhnya memanfaatkan tenaga matahari.
Namun demikian, pengembangan energi terbarukan pada saat itu sempat meredup. Titik rendahnya antara lain saat melalui SK Rektor UGM, tanggal 9 Juni 1994, Laboratorium Tenaga Surya tersebut resmi ditutup dalam rangka pembenahan unit-unit kerja non struktural di lingkungan UGM.
Tidak lama kemudian, UGM kembali aktif dalam bidang energi terbarukan, bahkan terus meningkat pesat. Antara lain melalui Pusat Studi Energi (PSE) yang berdiri tahun 1998, UGM aktif tidak hanya dalam penelitian pemanfaatan energi surya, namun juga menerapkan semua dharma dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam berbagai programnya. Sebagai contoh, berbagai instalasi sistem tenaga surya untuk beragam kegunaan telah banyak diselesaikan oleh PSE UGM: untuk rumah (dengan Solar Home System), peralatan layanan darurat di daerah bencana, sistem pompa air, pendingin hasil tangkapan nelayan, dan lainnya. Motor penggerak pemanfaatan sel surya dalam berbagai skema ini antara lain adalah Irawan Eko Prabowo, M.Eng dan Dr. Rachmawan Budiarto.
Pengembangan sistem energi yang berkelanjutan yang dijalankan UGM selama ini juga memberikan dampak langsung terhadap masyarakat. Dengan pemanfaatan energi surya, misalnya, masyarakat didorong untuk meningkatkan kemampuannya dalam memanfaatkan potensi energi bersih untuk mendukung pengolahan berbagai sumber daya guna meningkatkan pendapatannya. Tahun 2014 misalnya, PSE UGM memasang 4 instalasi solar water pumping system untuk menyuplai energi bersih, 8 solar home system di bangunan layanan umum untuk meningkatkan kemampuan layanannya dalam keterbatasan elektrifikasi dan sistem monitoring energi online di 4 pulau di Karimunjawa. Serangkaian kegiatan tersebut didanai USAID-ICED.
Sebagai contoh lain di tahun 2016 2017 PSE UGM berkolaborasi dengan Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan UGM (PUSTEK UGM), Center for Civic Engagement and Studies (CCES), dan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Lakesdam PBNU) melaksanakan program “Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Miskin Melalui Praktek Usaha Hijau Didukung Energi Terbarukan”. Dalam program ini teknologi energi terbarukan diposisikan sebagai salah satu piranti dalam usaha peningkatan kesejahteraan di komunitas lokal. Program ini memasang sel surya dengan daya total 73,3 kWp di 300 lebih titik. Yang lebih penting lagi adalah program yang melibatkan 24 tenaga ahli tersebut antara lain berhasil mengembangkan 3 sekolah hijau, melatih 360 warga lokal (176 diantaranya wanita), menumbuhkan kapasitas 20 teknisi lokal, mengembangan 12 unit usaha, menerapkan 7 peraturan desa, dan lainnya. Keluasan capaian tersebut memperlihatkan pendekatan komprehensif yang diterapkan. Program menunjukkan besarnya dampak pengembangan energi bersih tersebut bagi masyarakat.
Salah satu lokasi program tersebut adalah Desa Rawasari Kecamatan Berbak Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi. Sebagai contoh, sebelum adanya program, desa ini harus membeli air minum dari desa lain. Di Desa Rawasari tersebut telah dibangun antara lain satu unit usaha produksi air minum. Program membangun sistem sumur, pompa, alat produksi air minum, sel surya sebagai sumber energi penggerak, rumah produksinya yang sekaligus sebagai sekolah hijau dan sebagainya. Warga lokal dilibatkan sejak awal: penyusunan konsep, berbagai kesepakatan saat design teknis dan kelembagaan, pembangunan fisik termasuk instalasi sel surya. Guna penguatan kelembagaannya, setelah program, dua periode KKN UGM ditempatkan di desa tersebut.
Saat buku ini disusun, usaha pasok air minum tersebut sudah jauh berkembang: sudah mampu memasok desa lain dan bahkan membeli mesin untuk pengembangan usaha. Pengelolaan ditangani oleh warga lokal.
Tahun 2018 Agustus 2019 UGM kembali dipercaya untuk melaksanakan program implementasi teknologi energi terbarukan. Melalui hibah Global Environment FacilitySmall Grants Programme (GEF-SGP), UGM (PSE, Sekolah Vokasi, FISIPOL, dan Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat) menjalankan program transdisiplin guna menyiapkan komunitas di pulau-pulau kecil dan daerah terpencil untuk melakukan transisi energi. Program tersebut berlokasi di Wakatobi, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Penida.
Di Fakultas Teknik, pengembangan pemanfaatan energi surya antara lain dilakukan oleh Dr. Ahmad Agus Setiawan. Prakarsa dalam membangun sistem pompa air berbasis tenaga surya di Gunung Kidul pada tahun 2009 mengantarkannya mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi di tingkat nasional dan internasional.