GRSI di Yogyakarta diinisiasi oleh komunitas sungai, akademisi Perguruan Tinggi, Kementrian terkait dan Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD). Restorasi Sungai yang dielaborasikan dari diskusi, ide dan realisasi simultan dari komunitas-komunitas sungai bekerjasama dengan LPPM UGM dan Laboratorium Hidraulika dan Bangunan Air Departemen Teknik Sipil SV UGM.
Inisiasi GRSI
Sudah menjadi pemandangan umum bahwa sungai-sungai di Indonesia dewasa ini mengalami kondisi yang paling buruk setelah 70 tahun merdeka. Air sungai terutama di wilayah perkotaan, pemukiman dan industri mempunyai kandungan BOD, COD, pH dan bakteri Coli yang jauh diluar batas yang diizinkan, artinya air sungai ini sudah sangat tercemar. (KLHK, 2014).Demikian juga kelas sungai turun secara serempak menuju klas IV air kotor, penuh limbah dan sampah. Memburuknya kondisi sungai ini diperkirakan telah terjadi berbarengan dengan ledakan penduduk tahun 60an, industrialisasi mulai tahun 80an dan merosotnya kesadaran lingkungan secara massal.
Tahun 2014 muncul di Yogyakarta Gerakan Restorasi Sungai Indonesia (GRSI). GRSI adalah komunitas penggiat sungai yang secara intensif melakukan diskusi, merencanakan dan melaksanakan aksi nyata membersihkan sungai di Yogyakarta. GRSI di Yogyakarta diinisiasi oleh komunitas sungai, akademisi Perguruan Tinggi, Kementrian terkait dan Satuan Kerja Pembangunan Daerah (SKPD).
Berbagai dukungan untuk GRSI datang dari berbagai pihak, termasuk para akademisi dari Perguruan Tinggi. Berbagai program yang dilakukan antara lain program Student Goes to River dan Gerakan Sekolah Sungai. Dosen-dosen dari berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan sungai dan lingkungan mengirimkan mahasiswanya untuk melakukan praktikum di sungai sekaligus membersihkan sungai. Mahasiswa berperan untuk turun ke sungai, membersihkan sampah dan menanam tanaman pinggir sungai.
Student Goes to River di Sungai Code, Yogyakarta
Program GRSI
Program Gerakan Sekolah Sungai adalah sekolah yang dimiliki Gerakan Restorasi Sungai yang dielaborasikan dari diskusi, ide dan realisasi simultan dari komunitas-komunitas sungai bekerjasama dengan LPPM Universitas Gadjah Mada dan Laboratorium Hidraulika dan Bangunan Air Dept. Teknik Sipil SV UGM. Dukungan melalui fasilitas datang dari BNPB, PUPR dan KLHK, sehingga Sekolah Sungai menemukan bentuknya dan dapat dijalankan. Modul Sekolah Sungaipun dibuat secara simultan oleh Akademisi UGM dan para Ketua dan Pengelola Komunitas Sungai sesuai dengan kompetensinya masing-masing. Sekolah Sungai dapat dilaksanakan dimanapun termasuk pinggir sungai.
Pada bulan Agustus 2016, Sekolah Sungai untuk para pegiat sungai dan relawan BPBD dilaksanakan pada 18 kabupaten di sepanjang aliran Bengawan Solo. Disamping itu Sekolah Sungai juga dilaksanakan untuk pegiat sungai dan relawan pada 16 kabupaten di sepanjang aliran Sungai Citarum dengan fasilitas dari BNPB. Dengan mengambil tema Sekolah Sungai untuk Pengurangan Resiko Bencana, sekolah sungai menekankan pada kemampuan menguasai substansi dan filosofi pengelolaan sungai dan praktek pengelolaan sungai berbasis masyarakat.