Kegiatan penelitian padi dilakukan sebagai bentuk kegelisahan para pakar pertanian UGM yang merasa intensifikasi sawah dan swasembada beras ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan negara.
Hasilkan 14 Jenis Padi Baru
Pada tahun 1953, Fakultas Pertanian dan Kehutanan UGM telah melakukan penelitian yang menghasilkan 4 jenis padi baru dan 10 jenis padi unggul untuk diuji oleh Kementerian Pertanian (LTR 1953 hlm 17). Pada tahun 1955, diantara 14 jenis padi yang diberikan UGM kepada Kementerian, terdapat varietas padi bulu yang mempunyai harapan baik dan berumur pendek serta rasanya lebih enak dibandingkan jenis padi gundul (LTR 1955 hlm 17. Prof. Ir Koesnoto dan Prof. Iso Reksohadiprodjo yang saat itu menjabat sebagai wakil ketua dan anggota Komite Nasional F.A.O berperan besar ketika menghadiri Rice Breeding dan Manuring di Bandung.
Padi Tanah Kering
Sekitar tahun 1960-an dalam rangka peringatan tahun emas setengah abad Fakultas Pertanian UGM, panitia beserta pakar Fakultas Pertanian memandang penelitian padi lahan kering perlu diselesaikan dan dibukukan. Keadaan lahan kering yang cukup luas di Indonesia (sekitar 1,1 juta hektar pada waktu itu) sangat memiliki peran dalam mencukupi kebutuhan pangan, khususnya beras. Upaya swasembada beras yang sudah terlaksana masih belum bisa mencukupi kebutuhan pada waktu itu. Peningkatan kebutuhan produksi yang semakin mendesak saat itu menjadikan produksi padi lahan kering semakin digencarkan. Bahkan, Lembaga penelitian padi yang tersebar di seluruh dunia, IRRI telah memprogramkan penelitian padi lahan kering, khususnya pemuliaannya.
UGM melalui Fakultas Pertanian sudah terlebih dulu melakukan penelitian di Palur, Surakarta dengan fokus padi gogo-rancah oleh Prof. Dr. Ir. Soemantri Sastrosoedarjo. Padi gogo-rancah ini sudah memiliki koleksi 39 dan bertambah hingga 57 berkat hasil persilangan. Pada tanggal 23 Mei 1964, UGM membuat Perkebunan Negara “Pagilaran” setelah mendapatkan hak guna pakai lewat surat keputusan Menteri Pertanian dan Agraria No. Sk II/6/Ka 64 pada tanggal 8 Februari 1964 di perkebunan teh Pagilaran, wilayah Blado, Kabupaten Pekalongan. Perkebunan ini dkelola dengan baik oleh Dekan Fakultas Pertanian pada saat itu, Ir. Soeratman dengan 1159 pekerja di dalamnya. Kemudian pada tanggal 27 Juni 1964 dibentuklah Lembaga Penelitian Padi Lahan Kering (LPPK) di Kaliurang yang disponsori Fakultas Pertanian UGM, Jawatan Pertanian Rakyat Pusat dan DPP Petani.
Setelah dibentuknya Lembaga penelitian, peningkatan padi lahan kering terus meningkat dan berhasil dilakukan uji multilokasi terbatas di Jawa. Hasilnya, dua varietas padi unggul lahir dengan nama GAMA 61 dan GAMA 87 pada tahun 1966 dan selanjutnya juga dihasilkan padi Gama 318, dan Gama 539. Berkat hasil penelitian ini, Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Transmigrasi memberikan kepercayaan penuh untuk dilakukannya penelitian
pembukaan lahan hutan pemukiman transmigrasi di Rimbobujang, Jambi, Sekayu Sumatera Selatan, Sanggar Kalimantan Barat, dan Orembute Sulawesi Tenggara hingga tahun 1983. Pada tahun 1970, LPPK mengikuti National Rice Research Program Technical Group Meeting dalam rangka peningkatan usaha penelitian di bidang perpadian. Tiga tahun setelahnya (1974), LPPK bekerja sama dengan IRRI dalam rangka International Upland Rice Observation Nursery (IURON) dan berlanjut pada tahun 1994/1995 dengan International Upland Rice Yield Nursery (IURYN). Kerja sama ini menghasilkan 30 persilangan jenis padi baru. Puncak kegiatan LPPK yakni dihasilkannya disertasi “Kajian Gaya Cabut Sebagai Metode Penyaringan Ketahanan terhadap Kekeringan dan Genetika Perakaran Padi Lahan Kering”. Hasil penelitian ini menyangkut perihal mekanisme pertanian, cara pengolahan tanah, penanaman, dan penyiangan.
Hasilkan Benih Padi Gama
Dua varietas padi unggul yang lahir dengan nama GAMA 61 dan GAMA 87 pada tahun 1966, diproduksi secara massal di tahun 1989 oleh KP4 UGM. KP4 UGM juga memproduksi benih sebar (extension seed) padi bersertifikat dengan kemasan “Gama Benih KP4 Kalitirto”. Produksi ini berlangsung di musim kemarau dengan mengalami peningkatan produksi benih lebih tinggi, yakni benih kelas stock seed dan foundation seed. GAMA 318 sendiri pada tahun 1985 sudah dilepas ke India untuk pengembangan pertanian dengan izin Pemerintah Indonesia (GM 18/26/1/2/1).
Kebijakan pembangunan pertanian lewat program swasembada pangan oleh Kementerian Pertanian terus berkembang dan disambut baik UGM dengan pembentukan pengawalan mahasiswa dalam Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Upsus Pajale). Dalam program “Swasembada Padi, Jagung, dan Kedelai” UGM menerjunkan 700 mahasiswa dan alumninya beserta 50 dosen pembimbing lapangan di 20 Kabupaten Jawa Tengah dan 4 Kabupaten di DIY di tahun 2015-2016. Beberapa demplot hasil uji teknologi berhasil panen dengan hasil yang sangat memuaskan, salah satunya varietas Kedelai Malika di Kulon Progo yang mampu menghasilkan 1,36 ton/ha. Atas keberhasilan ini, kepala BPPSDM Kementan Ir. Dadih Pending R, M.Si memberikan apresiasi berupa 2 paket kredit lunak Combine Harvester.
Padi GAMA 87 dan GAMA 61 yang dikembangkan UGM (Dok. UGM)
Padi Gama 87 yg dibeli dan dikembangkan di India (Dok. UGM)