Tentang RCE - YOGYAKARTA
RCE Yogyakarta yang dikoordinir oleh UGM merupakan satu dari 3 RCE di Indonesia yang paling aktif melakukan promosi pembangunan berkelanjutan. Pengakuan RCE Yogyakarta terjadi tanggal 27 Desember 2007. Pada saat ini terdapat 138 RCE di dunia yang dikoordinasi oleh UNU-IAS. Berbagai kegiatan baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional telah dilakukan, baik yang dikoordinir RCE secara langsung maupun independen oleh anggota RCE. Komitmen yang cukup tinggi dari anggota RCE menjadi landasan kuat implementasi program dan perwujudan kontribusi perguruan tinggi dalam mendukung masa depan yang berkelanjutan. Pada periode kepengurusan UGM sekarang ini, secara eksplisit komitmen UGM untuk mendukung masa depan berkelanjutan tertuang dalam perencanaan dan pengembangan universitas menjadi sustainable campus. Hal ini menjadi pijakan yang kuat dalam langkah-langkah pengembangan RCE ke depan.
Sejarah
Berdirinya RCE Yogyakarta diinisiasi dengan disetujuinya aplikasi RCE Yogyakarta sebagai salah satu jejaring Regional Centre of Expertise on Education for Sustainable Development (RCE on ESD) pada tanggal 31 Agustus 2007 yang dilanjutkan dengan pengakuan resmi pada tanggal 27 Desember 2007. Pada saat itu, sekretariat RCE Yogyakarta ada di Pusat Studi Ilmu Teknik UGM di bawah pimpinan Prof. Ir. Nizam, M.Sc.,Ph.D. dan LPPM UGM di bawah pimpinan Prof. Dr.Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc. Pihak terkait yang berkomitmen dan mendukung terbentuknya RCE Yogyakarta adalah UGM (yang ditandatangani oleh WRSP3M Prof. Dr. Retno Sunarminingsih, M.Sc., Apt bertindak atas nama Rektor (waktu itu dijabat oleh Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng.,Ph.D), UNY (Rektor yang menjabat Prof. Sugeng Mardiyono, Ph.D.), Pemda DIY (ditanda tangani oleh Sekda DIY, Ir. Tri Harjun Ismaji, M.Sc.) dan Forum Masyarakat Code Utara (diketuai oleh Drs. Totok Pratopo). Di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Dr. Pratikno, M,Soc.Sc., sekretariat RCE Yogyakarta berada di bawah pengelolaan LPPM yang diketuai oleh Prof. Dr. Suratman, M.Sc. Di bawah kepemimpinan Rektor Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., PhD, sekretariat RCE Yogyakarta berada di bawah Direktorat Pengabdian Masyarakat yang dipimpin oleh Prof. Ir. Irfan Dwidya Prijambada, PhD.
Berbagai tantangan melatarbelakangi pendirian RCE Yogyakarta yaitu tantangan letak geografis DIY, kondisi lingkungan dan regional lainnya. Tantangan geografis yang dihadapi di DIY antara lain lokasi DIY yang berada di pulau terpadat di Indonesia, Jawa. DIY juga berada di jalur cincin api Pasifik yang menyebabkan rentan terhadap gempa bumi. Bencana besar gempa bumi melanda DIY dan sekitarnya pada 27 Mei 2006 dimana gempa berkekuatan 6,3 skala Richter menewaskan 5716 jiwa dan menghancurkan lebih dari 200.000 rumah dan UMKM. Gempa tersebut menimbulkan kerugian sekitar US$ 3,1 milyar. Selain gempa bumi yang melanda di tahun 2006, pada tanggal 26 Oktober 2010, DIY dilanda lagi bencana dengan meletusnya gunung Merapi yang menewaskan 341 jiwa dan meluluhlantakkan lebih dari 3.000 tempat tinggal. Tantangan regional lain yang dihadapi DIY diantaranya adalah fakta bahwa sebagian besar penduduk DIY masih mengandalkan bidang pertanian, UMKM dan sektor wisata. Kombinasi ketiga sektor tersebut menempati sekitar 80% pasar kerja di DIY. Namun, dikarenakan sebagian besar UMKM di DIY masih bersifat rumahan dan masih berskala kecil, keadaan ini menimbulkan tekanan terhadap lingkungan. Tekanan tersebut antara lain adalah ketidakmampuan UMKM mengembangkan sistem pengolahan limbah yang baik, penggunaan energi yang kurang efisien serta pembuangan limbah ke pembuangan umum. Pada saat yang sama, kondisi sumber air bersih berbasis sumur air dangkal sangat rentan terhadap polusi. Disamping masalah finansial, kepedulian tentang pentingnya menjaga lingkungan masih rendah. Pada sektor pertanian, manajemen penggunaan lahan yang buruk, penggunaan pestisida dan pupuk kimia menjadi topik yang perlu mendapatkan perhatian. Disisi yang lain, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman mengancam konservasi air baik di daerah hulu maupun daerah hilir, yang sebagian besar adalah daerah urban.
Pada tahap awal pendiriannya, selain melakukan pendidikan transformasi di semua jenjang pendidikan formal dengan fokus utama pendidikan dasar dan menengah, non-formal dan informal, RCE Yogyakarta juga bergerak dalam rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana dengan target untuk membentuk masyarakat tangguh bencana dan berkelanjutan. RCE Yogyakarta juga melakukan pendampingan terhadap UMKM berbasis pembangunan berkelanjutan serta mengembangkan penelitian berbasis isu-isu yang berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan seperti konservasi air, pemanasan global, ketahanan pangan, energi alternatif dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan tersebut menjadi unggulan kegiatan RCE Yogyakarta dan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada. Pada saat ini kegiatan RCE Yogyakarta juga berkembang ke arah jenjang pendidikan tingkat tinggi dan pemberdayaan masyarakat menjadi ciri utama kegiatan RCE Yogyakarta yang dilaksanakan melalui kegiatan KKN-PPM.
Visi, Misi dan Tujuan
Visi:
Menjadi pusat yang peduli dan secara proaktif berperan dalam penyelamatan dunia dari kerusakan, mendukung Visi keraton Yogyakarta Hamemayu Hayuning Bawono
Misi:
Mengembangkan berbagai konsep dan teknologi yang mendukung pembangunan berkelanjutan, serta mengimplementasikannya dengan berbasis komunitas
Tujuan:
- memberikan edukasi baik secara formal, nonformal, dan informal di bidang pembangunan berkelanjutan;
- memberikan informasi, penyadaran, pembelajaran, aksi dan mobilisasi massa/komunitas, serta menggerakkan bangsa ke arah kehidupan dan pembangunan masa depan yang lebih berkelanjutan;
- secara aktif terlibat dan berperan dalam kerjasama dan jejaring ESD di tingkat nasional dan internasional.