Gerakan Pusaka Indonesia pada dasarnya tidak jauh dari dorongan dan dukungan dari para expert yang berasal dari Universitas Gadjah Mada. Harapannya melalui ragam rekomendasi dan keluaran (output) yang disuguhkan kepada negeri, dapat mewujudkan komitmen Gadjah Mada, dalam menyongsong Kota Pusaka yang semakin berkembang di Indonesia.
Heritage City atau yang lebih dikenal dengan sebutan Kota Pusaka, adalah sebuah upaya untuk mengelaborasi konsep pusaka alam, pusaka budaya, dan pusaka saujana (sejauh mata memandang). Kelahiran konsep dan praktik Kota Pusaka di Indonesia, tidak lepas dari inspirasi yang didapatkan melalui Organization of World Heritage Cities Conference di Solo. Usulan untuk mendirikan organisasi serupa di Indonesia, mulai tercetus di tahun 2008 oleh seorang alumni Universitas Gadjah Mada, yang kiprah karir politiknya tergolong cemerlang di tataran perpolitikan tanah air. Ialah Ir. H. Joko Widodo, yang kala itu masih menjabat sebagai Walikota Solo, sekaligus tuan rumah acara Organization of World Heritage Cities Conference.
Melalui pengawalan oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia, lahirlah Jaringan Kota Pusaka Indonesia yang disaksikan langsung oleh Dirjen Tata Ruang, Kementerian PU, beserta walikota-walikota di Indonesia pada acara Temu Pusaka di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat. Aktif terlibat dalam gerak-gerik perintisan Kota Pusaka di Indonesia, sekaligus bertindak sebagai steering comitee dan pembicara pada acara peresmian Jaringan Kota Pusaka Indonesia, adalah dosen Departemen Arsitektur dan Perencanaan UGM, Dr. Ir. Laretna T. Adhisakti, M.Arch. Peresmian Jaringan Kota Pusaka Indonesia pada tahun 2008 dilanjutkan dengan pembentukan badan pengurus pada tahun 2009. Adapun wakil Jaringan Kota Pusaka Indonesia terpilih pertama adalah Ir. H. Joko Widodo.
Tujuh Pemikiran Sapta Adicitta UGM untuk Joko Widodo (sumber ugm.ac.id)
Perkembangan Jaringan Kota Pusaka Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya. Pada tahun 2012, launching Program Penataan dan Pelestarian Kota Pusaka Indonesia (P3KP) mendapat dukungan dari Kementerian PU. Dilanjutkan pada tahun 2013, Badan Pelestarian Pusaka Indonesia membuat deklarasi piagam sebagai bentuk upaya pelestarian Kota Pusaka Indonesia. Acara saat itu disaksikan langsung oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Masyarakat, dan pada prosesnya tidak lepas dari keterlibatan para expert dari Universitas Gadjah Mada.
Tahun 2014, UGM melalui para expert telah mengirimkan Tujuh Pemikiran UGM dalam buku putih Sapta Adicitta. Buku tersebut berisi tujuh skala prioritas pembangunan nasional yang disusun oleh 74 peneliti UGM. Diserahkan oleh Rektor UGM kala itu, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc. Sc., kepada perwakilan Tim Transisi, Dra. Jaleswari Pramodharwardani, M.Hum pada Kongres Maritim Indonesia. Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., selaku ketua tim penyusun buku putih Sapta Adicitta mengatakan tujuh hasil pemikiran UGM tersebut sangat terkait dengan simpul-simpul strategis dalam nadi perekonomian bangsa. Ketujuh pemikiran UGM itu berisi etika kehidupan berbangsa dan bernegara, kedaulatan pangan dan pembangunan pertanian, terobosan dan revolusi manajemen sumber daya air, kemandirian energi, inovasi dan rekayasa teknologi sumber daya hutan, pembangunan maritim yang tanguh, dan inovasi budaya dengan menjadikan kota pusaka sebagai pembangkit ekonomi kreatif Indonesia.
Heritage Conservation is Management of Change (sumber materi presentasi Dr. Ir. Laretna T. Adhisakti)
Pada level belajar mengajar, UGM melalui Departemen Arsitektur dan Perencanaan menyediakan mata kuliah pilihan terkait pelestarian kota pusaka dan olah design arsitektur pusaka. Selain itu, di bawah Departemen Arsitektur dan Perencanaan, dikembangkan pula Unit Pelestarian Pusaka (Centre for Heritage Conservation) yang langsung dikelola oleh Dr. Ir. Laretna T. Adhisakti, M.Arch selaku koordinator. Rangkaian semangat dalam menggalakkan dan melestarikan Kota Pusaka di Indonesia, biasa disebut Gerakan Pusaka Indonesia. Gerakan Pusaka Indonesia pada dasarnya tidak jauh dari dorongan dan dukungan dari para expert yang berasal dari Universitas Gadjah Mada. Harapannya melalui ragam rekomendasi dan keluaran (output) yang disuguhkan kepada negeri, dapat mewujudkan komitmen Gadjah Mada, dalam menyongsong Kota Pusaka yang semakin berkembang di Indonesia.