Sampah masih menjadi permasalahan lingkungan yang cukup serius di Padukuhan Somorai. Kurangnya kesadaran memilah sampah dan keterbatasan sistem pengelolaan yang terstruktur membuat sebagian besar sampah rumah tangga berakhir begitu saja tanpa dipilah atau dimanfaatkan kembali.
Melihat tantangan ini, tim KKN Bakti Seyegan UGM berinisiatif menggagas program Pengadaan Drawer Sampah sebagai langkah awal penanganan.
Drawer merupakan tempat penyimpanan sampah yang dikhususkan untuk jenis anorganik bernilai ekonomis, seperti botol plastik dan kaleng bekas. Drawer dibagikan untuk dua RW di Padukuhan Somorai, yaitu RW 15 dan RW 16.
Program ini melibatkan peran aktif pemuda padukuhan sebagai motor penggeraknya. Para pemuda dari masing-masing RW akan secara rutin mengambil sampah dari drawer, lalu memilah dan menjualnya ke pengepul. Hasil penjualannya dapat digunakan untuk mendukung berbagai kegiatan kepemudaan maupun inisiatif sosial di wilayah tersebut.
Ketua Karang Taruna RW 15, yakni Ari Wahyudi, menyampaikan apresiasinya terhadap program ini:
“Kami dari Karang Taruna RW 15 berterima kasih, Kak, sudah dibantu drawer. Semoga bisa membantu kami saat pengumpulan sampah di RW kami.”
Pernyataan ini menunjukkan kesiapan dan semangat gotong royong dari para pemuda dalam menjawab persoalan lingkungan di lingkungannya sendiri.
Selain membagikan drawer, tim KKN juga memberikan edukasi mengenai pentingnya pemilahan sampah, potensi nilai jual sampah anorganik, dan langkah-langkah perawatan drawer.
Harapannya, inisiatif ini menjadi langkah awal yang bisa terus berkembang menuju sistem bank sampah desa yang lebih terorganisir. Dengan kolaborasi antara mahasiswa, pemuda, dan warga, Padukuhan Somorai mulai menapaki langkah konkret menuju desa yang lebih bersih, berdaya, dan berkelanjutan.
Penulis: Azizah Putri Chandra Kusuma, Mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya UGM yang sedang melaksanakan KKN-PPM di Seyegan, Kab. Sleman.
Artikel ini telah tayang di kompasiana.com