Dari tahun ke tahun, sumbangsih UGM dalam mendukung smart city di Indonesia telah nyata dan sungguh berlanjut melalui berbagai upaya, kontribusi, dan prestasi, tidak hanya pada level nasional namun juga internastional.
Smart City sebagai salah satu butir dalam Sustainable Development Goals, merupakan bentuk cita-cita besar untuk memujudkan kota yang inklusif, aman, resilience (tangguh), dan sustainable (berlanjut). Universitas Gadjah Mada sebagai institusi pendidikan dengan semangat tridharma, telah sejak lama turun tangan dalam persoalan permukiman, melalui pengembangan ilmu, pengabdian masyarakat, dan penelitian. Dari tahun ke tahun, sumbangsih UGM dalam mendukung smart city di Indonesia telah nyata dan sungguh berlanjut melalui berbagai upaya, kontribusi, dan prestasi, tidak hanya pada level nasional namun juga internasional.
Pada level penelitian SDGs sudah menjadi agenda riset bagi UGM. Melalui Centre of Excellent, UGM telah melahirkan banyak keluaran (output) untuk menjawab berbagai tantangan dan persoalan permukiman di Indonesia. Riset-riset berbagai disaster management, UGM telah turut serta dalam upaya merekonstruksi bencana. Para ahli UGM melalui berbagai kesempatan terus memberikan usaha terbaiknya, untuk mewujudkan kota yang aman dan tangguh, salah satunya dalam menghadapi bencana.
Berangkat dari ide awal permukiman yang perlu dikembangkan lintas disiplin, pada tahun 1970, hadir Pusat Studi Pembangunan Perencanaan Regional (PSPPR) UGM. PSPPR telah berkontribusi dalam melahirkan berbagai kebijakan baik pada level regional, maupun nasional. Hal ini juga untuk merespon berbagai tantangan di Indonesia, dalam wujud kontribusi wadah. Dilanjutkan pada tahun 2015, UGM melui para expert bahkan terlibat dalam penyusunan draft New Urban Agenda (The NUA). The NUA sebagai hasil atau keluaran dari kongres UN Habitat yang ketiga (tahun 2015-2016) di bawah UN (PBB), secara khusus membahas perumahan dan permukiman (habitat) di dunia. Keterlibatan para expert UGM pada penyusunan The NUA membuktikan, komitmen UGM dalam mendukung smart city di Indonesia.
Pada level pengembangan ilmu pengetahuan, UGM telah sejak lama hadir dalam bentuk ruang-ruang belajar. Sejak tahun 1960, telah lahir jurusan Arsitektur dan Perencanaan di bawah Fakultas Teknik. Hadir dan terus dikembangkan, tahun 1994 lahir Magister Perencanaan Kota dan Daerah, yang sekarang telah berganti nomenklatur menjadi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota. Melalui berbagai jurusan yang secara khusus berfokus pada persoalan permukiman, UGM telah banyak melahirkan lulusan-lulusan yang kompeten di bidang perencanaan wilayah. Selain itu berbagai asosiasi seperti APTARI (Asosiasi Sekolah Arsitektur Indonesia) dan ASPI (Asosiasi Sekolah Perencana Indonesia), secara nyata membuktikan eksistensi UGM dalam me-leading gerakan-gerakan perencanaan permukiman, termasuk smart city di di Indonesia. Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA., Ph.D, guru besar di jurusan Arsitektur dan Perencanaan adalah satu diantaranya. Beliau turut serta terlibat langsung sebagai vice president dalam asosiasi sekolah perencanaan pada level Asia.
Menjawab berbagai persoalan permukiman di Indonesia, hal yang menjadi kekhasan UGM adalah keberpihakan pada masyarakat marginal. Isu-isu permukiman, kawasan, dan persoalan masyarakat marginal yang selama ini dipandang sensitif, justru menjadi salah satu fokus UGM. Kepentingan berbagai kaum lintas kelas ekonomi, dibuktikan dengan salah satu julukan Profesor Ahli Kampung, kepada Prof. Ir. Bakti Setiawan, MA., Ph.D.