Bencana alam yang belakangan terjadi di Indonesia beberapa diantaranya ialah efek perubahan iklim yang mampu menyebabkan bencana-bencana turunan lain, seperti longsor dan banjir rob. Lebih dari 20 tahun PSBA telah melakukan berbagai kajian dan kerja sama terkait bencana alam
Sejak tahun 2007, UGM telah banyak melalukan kajian tentang perubahan iklim. Menurut Prof. Dr. Ir. Putu Sudira, M.Sc, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian UGM, perubahan iklim berakibat pada meningkatnya intensitas kekeringan di masa mendatang di daerah sekitar Australia dan Indonesia.
Menindak lanjuti isu perubahan iklim tersebut, Fakultas Kehutanan UGM untuk pertama kalinya mengirimkan dua mahasiswa dalam Asian Youth Climate Workshop yang digelar di Bangkok pada Oktober 2009. Workshop yang diselenggarakan oleh LSM penggiat perikliman ini diikuti lebih kurang 350 orang perwakilan muda dari beberapa negara. Workshop secara garis besar menyuarakan aspirasi kaum muda di bidang keikliman. Suara tersebut diharapkan didengar dan dapat menjadi bahan negosiasi saat Pertemuan Perubahan Iklim PBB.
Setahun kemudian, di tahun 2010 UGM dan United Nation University (UNU) Jepang bekerja sama menyelenggarakan Konferensi Internasional “On the Role of Higher Education in Adapting to Eco-system and Climate Change” untuk merumuskan konsep dan strategi implementasi dalam menghadapi perubahan iklim. Disusul dengan Seminar Nasional “Perubahan Iklim di Indonesia Mitigasi dan Strategi Adaptasi Dari Tinjauan Multidisiplin”, pada Oktober 2010 di Sekolah Pascasarjana UGM.
Tahun 2011 UGM bersama dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga, serta Pemprov DIY memprakarsai International Youth Conference (IYC) di Yogyakarta. Konferensi ini sebagai langkah awal bagi anak muda untuk lebih peduli pada lingkungan dan perubahan iklim. Sebagai tambahan diharapkan akan terbangun dialog dan saling pengertian antar pemuda dalam menemukan resolusi penanganan perubahan iklim. Secara international di tahun 2011, Biro Kerja sama Luar Negeri (BKLN) Fakultas Geografi UGM bekerja sama dengan UNIKA Soegijapranata dan Radboud University Nijmegen, The Netherlands menyelenggarakan workshop dengan judul Climate and Environmental Change and Their Impacts on Livehoods, Mobility, and Regional Development, Sebagai upaya dalam meningkatkan kesadaran dan menyusun upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia.
Pada tahun 2013 terjadi penurunan produksi produk holtikultura ditandai dengan gagal panen akibat dari tanaman pangan yang mati karena tidak tahan terhadap kondisi cuaca yang sangat ekstrim akibat perubahan iklim global yang sangat drastic. Hal ini mendorong Laboratorium Genetika Fakultas Biologi UGM melakukan inovasi, dan berhasil mengembangkan melon yang tahan terhadap kondisi cuaca ekstrem. Hal tersebut dibuktikan adanya panen di lahan milik Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4) UGM.
Telah diketahui ancaman rob pada area pesisir utara Jawa seperti yang diungkapkan Dosen Fakultas Geografi Prof. Dr. Aris Marfai tahun 2008. Kondisi rob menjadi latar belakang Kelompok Studi Rehabilitasi Tambang dan Kawasan Pesisir Fakultas Kehutanan UGM melakukan upaya menanggulangi terjadinya abrasi pantai di Jepara. Tim ini terdiri dari Ir. Sri Danarto, M.Agr; Ir. Widaryanti Wahyu Winarni., MP; serta Dr. Winastuti, MP. Upaya tersebut berupa penanaman bibit vegetasi yang tersusun atas cemara laut (Casuarina equisetifolia var equisetifolia) dan cemara udang (Casuarina equisetifolia var incana) karena cocok untuk pesisir utara, yakni jenis pohon bertajuk rapat, tahan terhadap salinitas tinggi, dan bersifat lentur untuk penahan angin serta mengurangi daya dobrak ombak.
Di tahun 2010 terdapat pula kerja sama UGM dengan pihak swasta, yakni PT Kaltim Parna Industri (PT.KPI) dalam beberapa tahun mendukung penelitian dosen Fakultas Teknik yang terkait dengan upaya penurunan gas rumah kaca, seperti gas karbon dioksida (CO2), metan (CH4), nitrogen oksida (NOx), dinitrogen oksida (N2O), karbon monooksida (CO), dan sulfur dioksida (SO2). Pada Maret 2017 PT Tirta Investama (AQUA Grup) bersama Fakultas Teknik Geologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan Pemerintah Desa Tegalmulyo, Kemalang membangun embung pertama Tirtamulya dengan teknologi geomembran untuk mendukung ketersediaan air bersih di Klaten, Jawa Tengah. Embung atau cekungan penampung (retention basin) adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan menampung suplai aliran air hujan serta meningkatkan kualitas air di
badan air yang terkait (sungai, danau). Air hujan yang ditadah melalui embung nantinya disalurkan untuk kebutuhan irigasi pertanian dan kebutuhan warga. Teknologi geomembran yang diterapkan pada pembangunan embung membuat embung Tirtamulya mampu bertahan lebih 50 sampai 60 tahun ke depan.
Embung pertama Tirtamulya dengan teknologi geo membran untuk mendukung ketersediaan air bersih di Klaten (Sumber: aqua.co.id)
April 2018 UGM bekerja sama dengan BMKG untuk memanfaatkan big data, guna mengembangkan quick wins BMKG yakni membangun big data analytic dan artificial intelligence. Pada 2015 kerja sama kedua instansi ini telah terjalin melalui melalui pendidikan formal. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang meteorologi, klimatologi dan geofisika serta peningkatan pemahaman cuaca, iklim dan gempa bumi. Dengan peran BMKG inilah dosendosen, peneliti dan mahasiswa bisa melakukan analisis.dengan data-data yang akurat terhadap perubahan iklim dunia.
Kepala BMKG, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc, Ph.D, saat diundang Sekolah Pascasarjana Universitas Gajah Mada untuk menjadi narasumber dalam seminar “ Inovasi Untuk Waspada Cuaca dan Peduli Iklim” yang diadakan di ruang Auditorium Pascasarjana UGM (Sumber: bmkg.co.id)