Sistem Pirau (shunt system) katup semiluner merupakan salah satu alat bantu pasien hidrosefalus untuk menyongsong hari depan yang lebih baik. Kehadiran metode shunting memberi harapan bagi para penderita penyakit hidrosefalus, terlebih penggunaan metode ini tidak lagi bergantung kepada produk-produk impor karena segala peralatannya dapat dibuat dan ditemukan di Indonesia.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2013, jumlah penderita hidrosefalus bawaan (kongenital) sebanyak 14.216 18.955. Dari jumlah tersebut, sebagian besar penderita adalah mereka yang berasal dari keluarga tidak mampu, sehingga tidak sedikit pula dari mereka memeriksakan anaknya ke dokter pada saat terlambat.
INA Shunt karya Prof. Dr. Paulus Sudiharto, Sp.BS (K) ahli bedah syaraf di RSUP Dr. Sardjito, menjadi solusi di saat beribu-ribu pasien hidrosefalus menantikan terobosan di dunia medis terkait penyakit yang mayoritas menyerang bayi ini. INA Shunt merupakan sebuah selang yang memiliki katup celah berbentuk semilunar dan diantaranya terdapat tonjolan antiselip. Katup semilunar ini terpasang pada sistem pompa dan selang kateter yang berfungsi mengalirkan cairan otak penderita hidrosefalus yang berlebihan dan mengantisipasi bahaya selang kateter terhisap ke dalam rongga otak yang bisa menyebabkan kematian.
Penemuan INA Shunt
Bermula pada tahun 1972, Sudiharto mengerjakan proyek pembuatan alat pompa bagi penderita hidrosefalus. Empat tahun kemudian, proyek dihentikan karena tidak berhasil membuat alat yang dimaksud. Setahun berikutnya, Sudiharto mendapat kesempatan untuk kuliah di Belanda. Beruntungnya selama menempuh pendidikan ia dipercaya oleh salah satu guru besar ahli saraf untuk menjadi asisten dalam operasi pemasangan pompa holter bagi penderita hidrosefalus.
Pompa buatan Amerika itu menjadi satu-satunya alat untuk menyelamatkan bayi-bayi hi-
drosefalus kala itu. Namun, pompa tersebut sering bermasalah karena tersumbat pada setelah dipasang dan berakibat tindakan operasi ulang pada pasien. Setelah kejadian tersebut, Sudiharto membawa beberapa pompa holder dan mempelajari sistem kerjanya.
Hingga suatu saat, Sudiharto tahu penyebabnya. Ia terinspirasi pada kinerja katup semiluner pada jantung dan menemukan alat INA Shunt.
Tidak mau membuang waktu, setelah pulang dari Belanda pada 1978, Sudiharto membuat desain alat tersebut. Kendati belum dipatenkan, ia mengambil risiko untuk memasang alat buatannya demi menyelamatkan pasien hidrosefalus di Indonesia. Alat yang dikembangkan sejak 1978 ini akhirnya berhasil dipatenkan pada pada September 2009.
Produksi INA Shunt dipercayakan pada perusahaan milik UGM, PT Gama Multi Usaha Mandiri melalui anak perusahaan PT Swayasa Prakarsa yang dalam pemasarannya bekerja sama dengan PT Phapros, Tbk.
Pemaparan Produk INA Shunt (Dok. UGM)
INA Shunt karya Prof. Dr. Paulus Sudiharto, Sp.BS(K), ahli bedah syaraf di RSUP Dr. Sardjito (Dok. UGM)
Harapan untuk Dunia Medis
Terciptanya INA Shunt menjadi angin segar sekaligus harapan di dunia medis bagi para keluarga penderita bayi-bayi hidrosefalus. Hingga tahun 2016, INA Shunt telah dipasang pada 10 ribu pasien hidrosefalus. Rata-rata setiap tahun terdapat 80 pasien dioperasi dan dipasang alat tersebut di RS DR Sardjito.
Pirau Katup Semilunar, Harapan Baru bagi Pasien Hidrosefalus (Dok. UGM)
Tidak hanya untuk di daerah Yogyakarta saja, jika di rumah sakit daerah lain membutuhkan alat tersebut maka akan dikirim sesuai dengan permintaan. Penggunaan INA Shunt sudah dimasifkan untuk seluruh daerah di Indonesia. Harga alat relatif tidak mahal, berkisar 1,5 juta hingga 2,5 juta rupiah. Harga ini jauh lebih ringan jika dibanding biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan alat impor.
Salah satu keunggulan INA Shunt adalah alat ini aman dipasang pada bayi berusia 10 hari hingga orang dewasa dengan syarat pasien dalam kondisi stabil. Pemasangan sistem pompa dari otak hingga perut dapat mengalirkan volume cairan otak pasien hidrosefalus hingga setengahnya. Ukurannya pun dapat disesuaikan dengan tubuh pasien. Saat ini INA Shunt sudah digunakan di Yogyakarta, Medan, Bangka, Batam dan kota-kota besar lainnya.