Untuk menuju Indonesia yang berdaulat di bidang energi diperlukan perubahan besar pada sistem energi Indonesia. Diperlukan berbagai terobosan atau bahkan perubahan mendasar di berbagai hal. Namun demikian, perubahan besar tersebut tidak akan bisa dijalankan secara mendadak; selalu ada masa transisi. Transisi energi bukan suatu revolusi mendadak setelah periode stagnan yang berkepanjangan. Proses transisi ini merupakan proses pembangunan yang secara terus menerus. Dalam proses tersebut, kurun waktu lima hingga sepuluh tahun mendatang merupakan periode transisi yang sangat menentukan, yang harus dikelola dengan tepat. Perlu peningkatan peran pemanfaatan gas sebagai energi dalam masa transisi menuju sistem energi yang berkelanjutan. Ini menjadi periode antara sebelum teknologi energi terbarukan bisa mendominasi sistem energi Indonesia.
Terkait hal tersebut industri dalam negeri di bidang gas dan energi baru terbarukan memerlukan akselerasi peningkatan daya saing di era global dan pasar bebas saat ini. Hal itu dapat dicapai antara lain melalui inovasi dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kerjasama riset industri merupakan salah satu usaha untuk membangun inovasi dan penguasaan teknologi di industri guna mendukung kemandirian bangsa. Untuk itu perlu strategi-strategi pengembangan industri nasional dalam bidang gas serta energi baru dan terbarukan. Potensi sinergi yang dimiliki oleh pihak industri dan universitas dengan dukungan pemerintah, mitra investasi, dan mitra profesional, dapat lebih dioptimalkan untuk menghasilkan kerjasama riset industri yang menguntungkan semua pihak.
Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu perguruan tinggi terkemuka di Indonesia sudah memulai usaha membangun kerjasama penelitian eksplorasi bidang energi baru dan terbarukan termasuk didalamnya pengolahan dan pemanfaatan limbah. Hal tersebut antara lain mewujud sebagai skema kemitraan sumberdaya industri khususnya pendanaan riset yang kemudian didiseminasikan melalui kegiatan Forum Riset Industri Indonesia atau Indonesia Industry Research Forum (IIRF) yang diadakan pada tanggal 5 November 2014 di Auditorium UGM Kantor Jakarta. ”Forum ini merupakan media komunikasi dan promosi antara UGM dengan stakeholders terkait dengan riset industri” ujar Dr. Yusril Yusuf, selaku Kepala Bidang Pengembangan dan Layanan Riset Industri LPPM UGM. Selain itu forum ini untuk sarana diskusi dan berbagi pengalaman antara peneliti di UGM dan praktisi industri untuk mendapatkan solusi pengembangan riset dan inovasi di bidang gas serta energi baru dan terbarukan di Indonesia dan juga menghilirkan inovasi dan pengembangan teknologi baru UGM di bidang gas serta energi baru dan terbarukan imbuh Dr. Yusril Yusuf.
”Rangkaian kegiatan 6th IIRF 2014 diawali dengan workshop kelompok kerja (pokja) UGM bidang energi pada tanggal 19 Juni 2014 di Pusat Studi Energi UGM, business meeting bidang energi tanggal 25 Juni 2014 di Jakarta, kemudian dilanjutkan rangkaian diskusi pokja energi pada bulan Juni – Oktober 2014, Sebelumnya tanggal 4 November kemarin diadakan business meeting bidang energi di Gedung Medco, Jakarta” kata ketua panitia IIRF, Widya Rosita, ST., MT
Acara yang dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Dr. Suratman, M.Sc ini menghadirkan keynote speaker Dirjen Energi Baru, Terbarukan Dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Ir. Rida Mulyana, M.Sc serta main session pertama dari 4 pembicara industri; Arman Widhymarmanto, VP Research and Technology PT Perusahaan Gas Negara, Andi Nugraha Direktur PT WIKA Industri Energi, Arief Harsono CEO PT samator Group, Martinus PT Prosympac dan 1 dari perbankan; Edi Setijawan Deputi Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK, session pertama ini dimoderatori Dr. Hargo Utomo, MBA. Untuk sesi kedua, 2 peneliti dari UGM : Dr. Deendarlianto sebagai ketua pokja bidang energi UGM dan Dr. Siti Syamsiah tentang waste clean to energy, sesi ini dimoderatori sekretaris LPPM UGM, Prof. Dr. Harno Dwi Pranowo, M.Si
Dalam sambutannya Prof. Dr. Suratman, M.Sc. menyampaikan “Cara berpikir kita harus komprehensif, termasuk bagaimana limbah bisa dijadikan energi. Sehingga, hadirnya SDM andal harus terus dipupuk lewat tri-dharma Perguruan Tinggi. Riset yang fokus, grup-grup riset, dan networking harus terus dikembangkan. Kita sudah memulai fase pengabdian kepada masyarakat, dimulai dengan Pusat Studi Energi UGM yg menginisiasi 300 Desa Mandiri Energi. Jika 1 M bisa untuk 1 desa mandiri energi dan dijadikan program nasional, berapa yang bisa kita mandirikan energinya? Maka kita akan menjadi negara mandiri energi”. Sementara itu, pelaku bisnis dari PGN, Samator, Wika Industri Energi, dan Prosympac melihat bahwa sebenarnya Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk kemandirian energi. Dengan upaya yang serius dari semua pihak untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan, para pelaku bisnis optimis bahwa Indonesia dapat segera mewujudkan kemandirian energi.
Pada acara itu juga dilakukan penandatanganan MoU antara UGM, PT Prosympac dan PT. Grahatekno Media di bidang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat serta hilirisasi riset terapan. MoU dilakukan oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Alumni UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D, Direktur Utama Prosympac, Arif Rochman, M.T serta Komisaris PT. Grahatekno Media, Dra. Sri Wahyuningsih, Apt.